Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

topi & rontoknya bulu binatang

Written in

by

2000_November_Edisi 118_gaya:
topi & rontoknya bulu binatang
Ade Tanesia

Tidak jarang sebuah mode membawa dilema bagi pemakainya. Mengenakan topi saja, ternyata bisa menyebabkan reaksi keras dari kelompok-kelompok tertentu. Inilah yang terjadi ketika bulu binatang yang indah telah dirontokkan untuk bahan dan hiasan topi.

Putri Sophie, isteri Pangeran dari kerajaan Inggris rupanya telah melakukan kekeliruan besar. Saat muncul di kawasan resort St. Moritz, ia mengenakan topi berbulu serigala sungguhan. Kontan saja direktur kelompok pecinta binatang Inggris, Mark Glover berang. “ Topi bulu bukanlah hiasan kepala. Tindakannya sangat memalukan,” ungkap Glover berapi-api. Kebetulan saja, Putri Sophie adalah figure yang menjadi sorotan publik. Putri Sophie tidak sendirian, sesungguhnya masih banyak wanita yang dengan bangga memakai topi berbulu binatang. Malah topi dengan bulu burung telah menjadi tema dari acara “Ladies’day at Royal Ascot” di Inggris. Acara bergenggsi di kalangan atas masyarakat Inggris ini menjadi ajang para desainer topi untuk memamerkan karya-karyanya. Philip Treacy, desainer kenamaan asal Inggris telah mendesain topi bergaya sarang burung dengan bulu-bulunya.

Eksploitasi bulu satwa untuk topi sudah dimulai sejak abad lampau. Di abad ke-14, topi dari bulu berang-berang menjadi gaya di Flander dan kemudian menyebar ke Prancis, Inggris dan tempat-tempat lain. Sekitar tahun 1890-an, wanita-wanita Eropa sering mengenakan topi dan pakaian dari bulu burung. Padahal sebelumnya, burung, Frank Chapman menghitung adanya 40 jenis burung yang dulunya telah menjadi asesoris topi dari 700 wanita di kota New York pada tahun 1886. Bulu burung unta, selama berabad-abad telah dijadikan penghias topi pria, dan diikuti oleh wanitanya pada era 1600-an. Dalam catalog Sears Roebuck di tahun 1905, terdapat daftar bulu burung unta dan burung Egret dengan harga 58,50 sampai $15.00. Tidak terlalu mahal, sehingga di jaman itu sungguh marak pemakaian burung unta sehingga saat sekumpulan wanita Barat yang sedang berjalan persis seperti gerombolan burung. Namun di tahun 1914, hokum federal di Amerika telah melarang pamakaian burung Egret sebagai bahan baku topi. Pasalnya burung Egret terancam punah dan tidak seperti burung unta yang hanya dicabut bulu-bulunya, burung Egret harus dibunuh terlebih dahulu sebelum bulunya dicabuti. Bahkan kadang ada burung utuh yang dijadikan hiasan topi wanita. Hingga kini, pemakaian bulu binatang pada topi rasanya belum mendapat perhatian khusus. Entah berapa jumlah satwa yang sudah dikuliti untuk kebutuhan mode ini. Gejala ini terutama terjadi di Negara-negara Barat yang telah mempunyai tradisi mode topi cukup lama. Sementara di Indonesia, perkembangan industri topi nampaknya belum terlalu marak. Kasus di negeri Barat tentunya bisa menjadi contoh bagi kita untuk tidak memindahkan bulu binatang ke atas kepala.

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *