Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

Sirkus Pribumi

Written in

by

1998_Agustus_Edisi 093_bahas:
Sirkus Pribumi

Sirkus Pribumi: Holiday Sirkus
Sulit dipercaya bahwa di Indonesia ada sekelompok orang yang bersedia hidup nomaden dalam sebuah sirkus, kenyataannya Holidays Sirkus telah berkiprah sejak tahun 1963, didirikan oleh Bapak Yacobus yang kemudian bekerjasama dengan koperasi Angkatan Darat. Awalnya Holiday Sirkus memiliki dua yang serta hanya menyajikan atraksi akrobat. Baru di tahun 1976, para binatang mewarnai pertunjukannya, ada gajah, singa, harimau, kuda dan orang utan yang dipinjam dari kebun binatang. Mencapai usianya yang ke-35, Holiday Sirkus kini satu-satunya sirkus yang masih aktif berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia. Kehidupan kelompok Holiday Sirkus tidaklah seglamor pertunjukannya mereka tinggal di caravan atau tenda-tenda kecil yang dibedakan berdasarkan status keahlian, senioritas dan loyalitas pemain. Seluruh personil Holiday Sirkus berkisar 100 anggota, dan saat ini ada 5 keluarga yang anggotanya diberdayakan menjadi pemain sirkus. Biasanya anak-anak kecil yang ikut berkeliling dengan orang tua tidak masuk dalam sekolah formal, melainkan dididik sendiri oleh guru yang ikut dalam sirkus. Adapun materi pelajaran yang diberikan antara lain membaca, berhitung, bahasa, matematika, dll. Bagi anak-anak kecil ini yang terpenting adalah latihan sirkus secara ketat –yaitu setiap hari pada pukul 06.30-13.00 pagi.

Menjadi pemain sirkus memang bukan cita-cita idola anak kecil yang sering ada dalam iklan di televisi.  Menjadi pemain sirkus biasanya dilatar belakangi oleh faktor turun temurun dari keluarga. Jika orang tuanya pemain sirkus, maka anaknya diajarkan salah satu permainan sirkus, misalnya untuk atraksi “gadis plastik” harus dilatih sejak anak usia 5 tahun agar mencapai kelenturan tubuh yang diinginkan. Ada cerita menarik dari pak Antonius Sugi, pelatih senior akrobat : “Saya masuk holiday sirkus sejak tahun 1974. Waktu itu masih umur 11 tahun dan saya diajak kakak yang memang ahli bermain juggling. Lalu saya coba-coba belajar dan masuk sirkus, tapi karena terlalu lama berkeliling, saya bosan dan ingin kembali sekolah. Tapi kakak bilang dia sudah ijin sama kepala sekolah, eh taunya saya sudah dikeluarkan dari sekolah. Karena di sirkus saya bisa dapat uang, akhirnya saya terusa saja sampai sekarang ini !”. Disamping faktor turun temurun, menurut pak David, banyak anggota holiday yang masuk sirkus karena putus sekolah atau mengganggur di kampungnya. Holiday Sirkus tidak memiliki sistem perekrutan anggota yang baku, anggota baru kadang bertemu di dalam persinggahan di sebuah kota. Misalnya pawang gajah yang bernama Koko asal Ambon, ia ikut sirkus ketika holiday datang ke Ambon. Setelah melihat sirkus, Koko pun berpikir “daripada terkurung di Ambon, lebih baik ikut sirkus dan jalan-jalan keliling Indonesia”. Kini sudah 3 tahun Koko menjadi pawang gajah di Holiday Sirkus. Lain lagi cerita pak David, yang sudah ikut Holiday Sirkus selama 18 tahun. Setelah lepas SMA, orang tua pak David tidak mampu membiayai meneruskan sekolah, akhirnya pak David coba-coba mendaftar di sirkus. Dengan bermodalkan keberanian, ia tekun berlatih Trapeza [akrobat melayang diudara dengan tali]. Melalui sirkus pula ia bertemu dengan sang isteri dan membuahkan tiga anak yang pernah dilatih bermain akrobat.

Kehidupan sirkus sebuah pilihan hidup dan pilihan bisnis yang tidak main-main. Setiap satu bulan perusahaan sirkus harus dapat memberi gaji kepada karyawan – mampu member makan bagi para binatang yang tentunya tidak murah. Seekor harimau saja membutuhkan 35 kg daging setiap harinya, seekor gajah membutuhkan satu truck rumput-rumputan. Total ongkos produksi setiap bulan sebesar 1 juta rupiah belum termasuk gaji karyawan. Ketika pentas di Pulau Ambon mereka sempat rugi besar hingga ratusan juta karena penonton sepi dan kapal yang disewa tidak menjemput mereka. Namun jika di satu tempat sukses. Holiday Sirkus bisa meraup keuntungan yang cukup besar misalnya saat pentas di Yogyakarta, setiap hari ada 2000 penonton yang rata-rata membeli karcis Rp. 3000,-. Diluar jawa seperti Kalimantan, mereka disambut meriah oleh masyarakatnya sehingga bisa berkeliling di satu pulau selama beberapa tahun. Juga di Sulawesi mereka bermain sampai 1 tahun. Ternyata pertunjukan siskus tak pernah habis pengunjung, karena tontonan yang diminati anak-anak yang selalu berganti setiap tahunnya.

Mengenai ijin pentas, Holiday Sirkus kadang menemui hambatan birokrasi. Pimpinan produksi harus memutar otak mencari tempat pentas yang baru, sehingga kehidupan sirkus penuh dengan ketidak pastian. Misalnya saja setelah waktu pentasnya di Yogyakarta habis mereka belum memperoleh kepastian apakah main di Madiun atau di Purwokerto. Memang dunia sirkus bak sebuah pertaruhan, sehingga pimpinan produksi pun harus pindah-pindah menjaga loyalitas anggotanya. Oleh karena itu kedisiplinan jadwal latihan, saling menghargai antara anggota justru terasa lebih kuat, Hanya dengan cara ini Holiday Sirkus dapat bertahan selama 35 tahun.

Sumber : Wawancara dengan pak David , Holiday Sirkus
Wawancara dengan Koko, pawang gajah Holiday Sirkus
Wawancara dengan Pak Sugi, pelatih akrobat Holiday Sirkus

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *