1998_Maret_Edisi 088_nuansa:
“Jangan Terlalu Akrab”
Tidak banyak orang yang diberi keberanian untuk mencoba. Kami percaya betul hal itu. Masalahnya, kami telah punya sederet pengalaman sehubungan dengan hal tersebut. Salah satunya adalah memberi kesempatan agar seseorangg berani mencoba mengatur perusahaan kami. Nah…seru bukan?!
Sepertinya memang gampang mengatur orang. Apalgi kalau jumlahnya tidak terlalu banyak. Tapi, seperti yang selalu kami wanti-wanti kepada setiap ornag yang mau mencoba untuk mengatur perusahaan ini, sekalipun jumlah orangnya sedikit, masalahnya belum tentu sedikit pula. Dan, selalu saja, orang-orang itu optimis dengan kemampuannya untuk mengatur. Lalu dimulailah babak baru kehidupannya.
Pertama, pastilah mengajak semua personil untuk bekenalan. Entah dapat ilmu dari mana, langkah ini selalu diambil sebagai langkah pertama. Biasanya, bila langkah ini yang dipakai, kami sudah bisa menebak hasilnya…”pemimpin itu akan menjadi terlalu akrab dengan kami sehingga dia tidak lagi menjadi objektif, sampai akhirnya, dia kemudian merasa tidak mampu lagi bertindak sebagai pemimpin atau merasa bersalah atau malah menyalahkan kami karena dianggap telah menyebabkan dia tidak mampu”.
Karena hal tersebut telah berulang kami alami, beberapa waktu lalu kami mengajukan satu syarat kepada seseorang yang katanya cukup punya jiwa besar untuk memimpin kami. Syaratnya sederhana saja, yaitu mengharuskan dia untuk mencoba agar tidak teralu akrab dengan kami. Namun, mungkin karena dianggap aneh, dia tidak mau mencoba menjalankan, bahkan untuk “merenungkan barang sesaat” syarat tersebut. Akhirnya, terbukti akibatnya…cerita lama pun berulang.
Dari pengalaman itu, kami punya kesimpulan sederhana, memang tidak semua orang berani mencoba sesuatu yang baru…apalagi kalau dianggap tidak biasanya, seperti mencoba untuk “tidak terlalu akrab”.
Salam!
Leave a Reply