2000_November_Edisi 118_bahas:
hipnotis
Ade Tanesia/Joni Faizal/Rohman Yuliawan
Mengingat yang terlupa,
Melupakan yang teringat.
Ibarat sebuah pintu yang berfungsi membuka dan menutup, maka hipnotis pun memainkan peranannya sebagai pembuka ingatan yang terlupakan sekaligus mampu menutup ingatan yang ada. Sebagai sebuah potensi dalam diri manusia, tinggal kemana seseorang akan mengarahkannya. Hipnotis bisa dijadikan cara penyembuhan penyakit fisik maupun non-fisik, dijadikan cara untuk menghilangkan rasa sakit di kala sakit, atau bisa juga dijadikan modus melakukan tindak kriminal. Manusia memang punya banyak pilihan untuk mengolah potensi yang diberikan dalam dirinya.
Dikenal Sejak Lampau
Dengan sebutan yang berbeda, nenek moyang manusia sebenarnya telah mengenal kekuatan hipnotis yang berakar pada ilmu sihir. Para pendeta yang bertugas di Kuil Tidur Mesir, tidak diragukan lagi telah memanfaatkan kekuatan hipnotis untuk memberi kesembuhan pada para pasien di kuil tersebut. Relief yang diambil dari makam kuno di Thbes memperlihatkan gambaran seorang pendeta yang sedang menghipnotis pasien. Di India dan negeri Timur, orang-orang suci dan para fakir selama berabad-abad telah memanfaatkan hipnotis untuk membangkitkan keadaan ketidaksadaran (kesurupan) dan membangun kekuatan supranatural. Praktek seperti yang dilakukan Kuil Tidur di Mesir juga dilakukan di Yunani; dan karena orang Yunani mengkaitkan obat dengan sihir maka tidak aneh kalau para ahli pengobatan di sana memanfaatkan kekuatan yang kini dikenal sebagai hipnotisme ini. Di tengah bangsa Romawi, Esculapius, kerap membuat pasiennya “tertidur” dan kemudian disembuhkan dengan mengurutkan tangan ke tubuh si sakit. Di abad ke 10, Ibnu Sina Avicenna, seorang ahli pengobatan yang masyhur, mengemukakan pendapat bahwa imajinasi manusia tidak hanya dapat terjadi di tubuh manusia itu sendiri, namun bisa pula terjadi di tubuh orang lain atau bahkan yang berada jauh sekalipun. Imajinasi dapat mengubah atau menyihir mereka, baik membuat sakit atau menyembuhkan.
Pomponatius dari Mantua, di tahun 1462, tanpa ragu telah menyatakan pendapatnya bahwa penyembuhan yang dilakukan setiap hari oleh para Santo berasal dari imajinasi para pasien semata. Paracelsus, seorang ahli pengobatan dikejar-kejar dan diusir dari kota ke kota lain karena berani mengeluarkan pernyataan bahwa imajinasi dan keyakinan dapat menimbulkan maupun menyembuhkan penyakit. Edward The Coffessor, memperkenalkan gagasan “ Royal Touch” (Sentuhan Kerajaan) di Inggris, yaitu ketika raja menjadi juru sembuh rakyatnya dengan sentuhan atau elusan. Menurutnya semua penyakit disebabkan oleh kekuatan roh jahat, dan dengan meminta roh jahat tersebut meninggalkan tubuh si sakit dengan tanpa syarat, maka kesembuhan dapat dicapai. Seratus tahun kemudian, Father Gassner, seorang mantan biarawan mengobati sekitar 10.000 pasien di Eropa. Metodenya adalah dengan mengusir “roh jahat” dalam tubuh pasien dengan perintah bahasa Latin. Gejala-gejala supranatural ini baru diteliti secra ilmiah oleh Franciscus Antonius Mesmer yang nantinya meletakkan dasar konseptual bagi kemampuan hidupnotis yang dimiliki oleh setiap manusia.
Satu Pohon Dihipnosis, Beribu Orang Disembuhkan
Hipnosis dalam dunia kedokteran bukan merupakan sesuatu yang baru. Lebih dari 200 tahun yang lalu hipnosis telah menggemparkan banyak khalayak. Adalah Franz Anton Mesmer yang pertama kali memakai metode medis ini di Paris pada tahun 1778. Sejak kedatangannya pertama ke Paris, ia telah mengobati banyak penyakit dengan cara yang aneh. Dia akan melambaikan tangannya ke atas pasien-pasiennya, atau menyentuh mereka, atau bahkan menyentuh benda tak bernyawa yang kemudian disentuh pasiennya, dan mereka kemudian tak sadar dan mengelami ekstasis. Sesudah itu pasiennya kerap kali merasa lebih baik. Mesmer mengakui kekuatannya ini merupakan suatu bentuk cairan abstrak yang mengalir dari dirinya ke orang-orang atau barang-barang lain yang dinamakannya sebagai “magnetism bernyawa”. Orang lain menyebutnya sebagai “mesmerisme” yang menjadi sensasi seketika di Paris. Larisnya pengobatan gaya Mesmer ini kemudian membuatnya didatangi beribu-ribu pasien untuk disembuhkan di tempatnya, sehingga Mesmer pernah “memagnetisasi” sebuah pohon sedemikian rupa dan pasiennya dirawat dengan cara berpegangan pada tali-tali dengan diikatkan pada pohon tersebut secara beramai-ramai. Namun kesuksesan ini tidak berlangsung lama. Komisi Penyelidikan Kerajaan Prancis di tahun 1785 kemudian menganggap praktek mesmerisme ini sebagai bahaya dan akhirnya tidak lagi dipercaya. Mesmer meninggalkan Paris dan pengobatannya menjadi bahan lelucon di masa lalu. Kini pengobatan macam Mesmer justru diakui setelah Mesmer meninggal!
Demam Panggung, Gagap Bicara dan Hipnotis
Apa yang terjadi saat seorang bintang film yang sudah makan asam garam dunia film mengalami demam panggung. Itulah yang terjadi pada diri Daryl Mannah yang mengalami demam panggung saat haru tampil dalam drama The Seven Year di Queen’s Theatre, London. Untuk mengatasinya, Hannah minta pertolongan ahli hipnotis dan nyatanya kecemasannya dan rasa groginya bisa ilang akibat hipnotis. Aktor yang dihipnotis memang dapat menjalankan suatu peran dengan lebih baik daripada waktu akting dalam keadaan sadar. Hal ini dikarenakan mereka benar-benar merasa sedang menjalani, bukan sekedar akting. Kegugupan dapat dihilangkan dengan hipnotis sehingga merek dapat tampil dengan kemampuan terbaik. Ini bukan berarti bahwa orang-orang biasa dapat dihipnotis dan lantas menjadi bintang besar. Banyak penggemar yang tidak mengetahui bahwa bintang pujaan mereka dibantu dengan hipnotis, hanya saja dengan alasan menjaga reputasi praktek tersebut tidak dipublikasikan. Kepercayaan diri para bintang seringkali goyah karena perasaan takut yang terpendam dari masa lalu. Seorang penyanyi merasa takut lupa lirik lagu atau membuat ekspresi muka yang berlebihan ketika sedang menyanyi, dan ketakutan tersebut terus menghantuinya sehingga mengganggu kualitas vokalnya. Semua hal itu dapat dibantu dengan hipnotis yang berfungsi menghilangkan rasa gugup, meningkatkan kepercayaan diri dan mengajari pasien untuk rileks. Orang yang sangat berpengalaman berbicara di muka umum pun akan memiliki kekuatiran, bahkan juga jaksa penuntut yang keberhasilannya sebagian tergantung pada keyakinan diri.
Tidak sekedar demam panggung, hipnotis memang sering digunakan untuk mengatasi kebiasaan-kebiasaan buruk manusia, seperti mengmpol di usia dewasa, gigit kuku, atau gagap bicara. Persoalan gagap bicara juga dapat mengakibatkan tekanan batin. Orang yang gagap biasanya pernah mengalami trauma di masa kecil. Misalnya saja seorang professional muda terhambat karirnya hanya gara-gara ia gagap dalam bicara. Ternyata semasa kecil ia pernah dipaksa untuk mengubah kebiasaan menulis dengan tangan kiri menjadi tangan kanan. Hal ini memunculkan kegagapan dan hipnotis ternyata dapat menghentikan kegagapan tersebut. Ada lagi seorang suami yang terganggu hubungan sosialnya gara-gara gagap dan terbata-bata ketika berbicara, terutama jika bertemu dengan temannya. Ternyata sewaktu kecil dia pernah merasa begitu ketakutan menyaksikan ayahnya kehabisan suara di tengah pesta. Ia pun khawatir akan kehilangan suara sehingga memunculkan kegagapan. Kekuatiranlah yang telah menyebabkan ketegangan syaraf, dan syaraf yang tegang membutuhkan penyaluran, ada yang berupa pusing, hati berdebar atau gangguan pencernaan. Pada kasus yang dialami pria ini, ketegangan syaraf mencari penyaluran lewat tenggorokan dan menyebabkan kedutan otot yang memunculkan gagap. Dengan sugesti dan hipnotis dia diyakinkan bahwa dia dapat berbicara dengan jelas dan lancar saat rileks, dan dalam enam kali terapi kemampuan bicaranya kembali normal dan kehidupan sosialnya makin membaik. Anehnya, orang gagap akan dapat berbicara lancar dengan binatang, saat membaca buku untuk dirinya atau malah menyanyi. Mereka juga bisa dengan lancar berbicara dengan berbisik. Hanya ketika mencoba berbicara dengan orang lain, kekuatiran akan kegagalan dan kritikan memunculkan keraguan dan ketegangan mental serta menimbulkan kedutan-kedutan otot bicara. Hipnotis dapat mengajari mereka untuk rileks dan menghilangkan rasa kuatir yang akhirnya akan dapat menyembuhkan mereka.
Kebiasaan lain yang sering mengganggu adalah Enuresis atau mengompol. Seseorang yang memiliki kebiasaan ngompol sampai usia dewasa tentunya akan dilanda rasa malu dan rendah diri. Dengan hipnotis dia diyakinkan bahwa syaraf kencingnya sedang kacau namun akan dapat kembali normal dan dia tidak akan mengompol lagi. Setelah perawatan pertama kebiasaan tersebut dapat berhenti dan seseorang makin percaya diri. Banyak orang menganggap mengompol adalah masalah untuk anak-anak, namun ada yang berlanjut sampai usia dewasa dan menyebabkan tekanan batin dan mental. Hipnotis dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut, namun herannya masih banyak orang yang menanggung derita tanpa mengetahui adanya cara pengobatan yang mudah. Pada terapi-terapi untuk kebiasaan buruk individu ini hanya dipakai hipnotis ringan. Oleh karena jika memakai hipnotis mendalam sampai seorang berada pada tingkat “deep trance” atau ketidak sadaran mendalam malah akan berbahaya.
Menghilangkan Rasa Sakit
Jika para antropologi mengatakan bahwa konsep sakit seseorang tergantung pada kebudayaannya, maka para psikolog percaya bahwa rasa sakit bisa hilang lewat hipnotis. Inilah yang terjadi pada Bermadine Coady seperti yang diberitakan oleh Daily Telegraph Inggris. Wanita usia 58 tahun ini telah mengalami operasi tanpa pembiusan, melainkan hanya mengandalkan penghipnotisan diri sendiri. Laporan Daily Telegraph menyebutkan bahwa Bernadine Coady, seorang wanita berusia 58 tahun telah dioperasi tanpa proses anestesi (pembiusan). Untuk mengatasi rasa sakitnya, selama operasi berlangsung, saat pisau operasi membuka tubuhnya, ia menghipnotis dirinya sendiri. Ketika rasa sakit makin intens, ia membayangkan sebuah citra tentang pegunungan indah, kebun buah yang lezat dan Bernadine membutuhkan waktu tiga menit untuk menghipnotis dirinya sebelum operasi. Ahmad Shair pun mulai memotong kulitnya, otot dan tulang-tulangnya. Operasi ini terjadi di Rumah Sakit Fitzwilliam. Menurut Bernadine, ia mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak merasakan kesakitan itu, bahkan membayangkan bahwa tidak ada rasa sakit. “jika memang ada rasa sakit, saya akan menyukai dan menikmatinya,” ungkap Coady yang memperoleh diplomanya di British School of Hypnosis di tahun 1994. Ahmad Shair, dokter bedah yang telah berpengalaman selama 20 tahun mengatakan bahwa operasi ini berjalan normal, tentunya dengan rasa sakit yang amat kepalang. “Saya kadang tidak percaya bahwa operasi itu telah terjadi. Saya mengiriskan pisau bedah ke tubuhnya tanpa pembiusan, dan dia benar-benar tertidur,” ujar Shair, Dr. Ken Philips, seorang konsultan psikoterapist, mengatakan bahwa menekan rasa sakit semacam ini merupakan cara tertua dalam ilmu hipnotis. “Ini bukan yang terbaru, karena hal yang sama pernah terjadi di Afrika pada akhir abad 19. Seseorang akan pindah ke level kesadaran yang berbeda. Dalam pikirannya, dia membayangkan bahwa dirinya ada di tempat lain, sebuah tempat yang nyaman sehingga rasa sakit itu tidak bisa mencapainya,” ungkpa Dr. Ken Phillips.
Sulit Minum Obat? Dihipnotis Saja!
Minum obat memang kelihatan sepele. Tapi tidak sedikit orang yang merasa kesulitan minum obat. Apalagi di kalangan anak-anak. Tidak sedikit diantaranyaharus menyelipkan pil di dalam pisang atau makanan lain, atau malah harus dipaksakan oleh orang lain untuk menelannya. Kesulitan ini bisa jadi disebebkan rasa takut atau malah tidak punya keinginan sama sekali. Di sinilah hipnotis kedokteran berperan. Caranya? Dengan pendekatan yang intens oleh seorang hipnotiseur (orang yang member hipnotis), si pasien diberi sugesti melalui alam bawah sadarnya. Kemudian melalui kemauan si pasien sendiri keinginan minum obat itu dilakukan.
“Pengalaman saya tidak sampai enam kali (hipnotis)sudah bisa”, kata Dr. K. Marya Poluan, Kepala Departemen Kesehatan Jiwa RSPAD Jakarta yang sekaligus sebagai Pusat Hipnotis Kedokteran Nasional.
“Semudah itukah? Tentu saja tidak, “Sebelumnya diadakan dulu kontak dengan pasien, apa yang mereka inginkan. Benarkah pasien hanya memiliki rasa takut yang menyebabkan ia tidak ingin minum obat atau ada penyebab lain. Kalau si pasien punya keinginan akan leboh mudah. Jadi semua tergantung individu. Di sini peran si penghipnotis hanya sebagai fasilitator,” ungkap Dr. Maria
Langkah selanjutnya melakukan pemeriksaan fisik. Bahkan kalau perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya, agar diketahui ada tidaknya kelainan organic dan adanya keluhan-keluhan pasien sesuai dengan organic yang ada. Namun sekali lagi syarat utamanya terletak pada pasien sendiri. Ia harus betul-betul berada dalam kondisi rileks yang dapat dipantau melalui alat ukur electroemcpholograph (EEG). Misalnya rileksasi menjadi bagian yang penting sebelum pasien dihipnotis.
Banyak hal yang dapat dilakukan dengan hipnoterapi kedokteran. Seperti disebutkan dalam tulisan sebelumnya bahwa hipnotis kedokteran telah lama dikenal di dunia Barat. Cacatan sejarah menyebutkan bahwa sejak permulaan abad 18 dunia kedokteran mengakuinya. Di Inggris manfaat hipnoterapi sudah dilakukan secara resmi sejak tahun 1953 disusul American Medical Assosiation lima tahun kemudian Di Indonesia sendiri perhatian pada hipnoterapi mulai bergairah lagi di tahun 1975 setelah lenyap semasa pendudukan Jepang. Dan kini hipnotis menjadi kelas wajib bagi mereka yang menempuh pendidikan keahlian Psikiatri.
“Di RSPAD Gatot Subroto, keberadaan pusat hypnosis pun dapat dikatakan cukup lama. Minggu saat ini masih dilakukan kursus-kursus hypnosis bagi mahasiswa-mahasiswa kedokteran,” papar Maria. Namun keberadaan pusat hipnotis RSPAD Gatot Subroto tidak jarang disalah artikan oleh masyarakat. Banyak di antaranya mengira segala jenis penyakit bisa disembuhkan di sini, “ Ada yang pernah membawa pasien gila kemari dan minta disembuhkan. Padahal, tidak semua jenis penyakit dapat ditangani oleh hipnoterapi,” cerita Maria yang juga merupakan tenaga pengajar hipnotis di lembaga tersebut.
Menurut Maria ada beberapa keadaan yang dapat dilakukan dengan hipnotis. Pada kedokteran gigi misalnya, membantu memberikan relaksasi, mengurangi ketegangan saat pasien akan operasi, membantu mengurangi perasaan takut dan nyeri, hingga mengontrol pengurangan air liur dan pendarahan. Dalam kasus penyakit kulit dan kelamin, hipnoterapi dapat membantu mempercepat kesembuhan dengan mengurangiatau meniadakan garukan. Sedangkan dalam proses kelahiran, hipnoterapi membantu relaksasi, membantu menghilangkan ketegangan hingga rasa sakit.
Hipnotisme, Awal Psikoanalisis Freud
“Rak ada orang lain yang mempengruhi kepribadian saya sedemikian besar,” kata Freud, Bapak Psikoanalisis, menyebutkan orang yang paling dikauminya itu: Dr. Jean-Martin Carchot. Carchotlah yang memperkenalkan pertama kali kepada Freud tentang hinotisme ketika ia mulai belajar praktek pribadi ahli neuraologi di Paris tahun 1885. Wksperimen-eksperimen Charcot dengann hipnotismenya itu begitu mempesona dan luar biasa bagi Freud. Penemuan bahwa gejala-gejala penyakt jiwa mungkin disebabkan dan diringankan ole hide-ide saja, akhirnya melibatkan Freud untuk mempelajari jiwa. Bersama Dokter rekennya di Wina, Josef Brevet, Freud leboh percaya lagi pada kemungkinan-kemungkinan hipnotis di bawah bimbingan Charcot tersebut. Froud memperhatikan Charot dengen sukses meyakinkan seorang pasien dalam ekstasi hinotik bahwa gejala histerianya akan menghilang bia dia terbangun, Churcot dapat pula memasukkan gejala histeri dakam orangyang sehat bila dia terbangun.
Sekembalinya ke Wina, Freud dan Brever mengembangkan hipnotis leboh dari apa yang digunakan Charcot. Sementara psien ada dalam estetika hipnotik, mereka menganjurkan orang itu untuk bisa secara bebas mengenai tekanan emosionalnya. Inilah kemudian yang dinamakan “katarsis” atau proses pembukaan tekanan-tekanan yang tersembunyi. Freud berpendapat bahwa kataris mempunyai nilai penyembuhan ketika dan jika pasien menghayati kembali emosinya yang sejati, dengan demikian membersihkan diri dalam proses ini.
Studio Hysterie (Studi tentang Histeria, Red) merupakan buku dari hasil penyelidikan Freud dan Brever yang terbit di tahun 1895. Namun kemudian Freud mendapatkan perkembangan kesimpulan baru yang ditentang temannya sendiri, Brever, bahwa semua pikiran yang ditekan bersifat seksual. Brever tak dapat menyetujui hal ini dan berpisah dengan Freud. Segera Freud menggantkan hipnotis dengan tekniknya sendiri, yakni asosiasi bebas. Dalam teknik pasien berbicara secara rambang, semaunya pasien, tanpa disela.
Pada hakekatnya, ajaran Freud lebih menekankan emosi dan motivasi bawah sadar sebagai penggerak kehidupan kita, bukan pada peranan pikiran atau akal budi. Dan teori Freud mengemukakan studi mengenal jiwa tak dapat dibatasi hanya pada alam kesadaran. Kesimpulan utama Freud bahwa kehidupan psikis yang tak sadar jauh lebih penting dari pada alam sadarnya.
Hipnotisme, Magnetisme atau Gendam, Sama-sama Bikin Harta Melayang
Cerita tentang penipuan modus hipnotis sudah banyak kita dengar atau kita sendiri pernah mengalaminya. Dengan caranya sendiri-sendiri praktek semacam ini masih berada di sekitar kita. Benarkah itu hipnotisme? “Itu bukan hipnotis, itu magnetism,” kata Dr. K Marya Poluan, pengajar hypnosis kedokteran di Pusat Hipnosis RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Bedanya, magnetism menghipnotis dirinya sendiri langsung tanpa bantuan fasilitator. Sementara menurut dr Erwin, seperti yang dituliskan Kompas menyebutkan, magnetism yang merupakan tingkat lanjut dari hipnotisme yang merupakan tenaga dalam dan dibahasa ilmiahkan menjadi energy elektromagnetik.
Sedangkan menurut Tungus Roni, pengajar Jurusan Kriminologi UI, hipnotis merupakan salah satu cabang okultisme atau kepercayaan terhadap kekuatan ilmu gaib yang dikuasai manusia. Kekuatan ilmu gaib di Indonesia ini menurutnya dapat dibagi tiga, yaitu yang bersifat penipuan, alamiah dan yang dipelajari. Yang sifatnya penipuan adalah praktek-praktek gaib yang dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya dapat menyembuhkan, pandai mencarikan barang hilang, mencarikan jodoh dan sebagainya tapi dalam prakteknya bohong. Hal ini paling banyak di Indonesia.
Sedangkan yang kedua adalah praktek alamiah. Yaitu kemampuan gaib yang dimiliki oleh seseorang tanpa dipelajari lebih dahulu dan ada dengan sendirinya maupun bakat. Dan yang ketiga adalah okulatisme yang diperoleh dengan cara dipelajari atau dengan cara berguru atau pun memiliki jimat, mantra dan sebagainya. Hipnotisme dapat bersifat dari dua terakhir tadi, yaitu secara alamiah dan ada pula yang dipelajari, dalam hal ini hampir mirip dengan gendam dimana orang yang digendam menjadi penurut dan mudah dipengaruhi. Kejahatan hipnotis ini menurut Roni termausk ke dalam kejahatan pencurian atau penipuan, namun tidak jarang digunakan untuk kejahatan seksual. “Pengaruh hipnotis atau gendam ini ada batas waktunya,” papar Roni. Jadi, tidak selamanya dapat mempengaruhi si korbannya terus menerus.
“Yang pasti kejahatan seperti ini sulit untuk dibuktikan,” kata Roni. Untuk mencegahnya ada kiat tersendiri, misalnya jangan bepergian sendiri, sebab kadang-kadang gendam atau hipnotis itu kekuatannya terbatas. Namun kiat ini tidak dapat berjalan sendiri, berpulang pada orangnya. “Saya kira jangan mengundang orang untuk mencuri dan merampas barang yang kita bawa,” tutur Roni.
Apapun namanya, hipnotisme, magnetism atau gendam, yang pasti sebaiknya kita berhati-hati. Itu saja.
Leave a Reply