2001_Maret_Edisi 122_Peduli:
hambar tanpa garam
Rohamn Yuliawan
Bayangkan jika tak ada garam di dunia ini. Tentunya segala makanan yang kita santap begitu hambar. Garam telah menghantarkan rasa asin yang adalah lawan dari manis. Perannya begitu penting, sampai-sampai ada ungkapan…”kamu adalah garam dunia”, yang menyimbolkan bagaimana hidup kita sebagai manusia seharusnya seperti garam, yaitu memiliki arti bagi orang lain. Pada daerah yang tak mempunyai garam, maka benda ini menjadi barang mewah, seperti di beberapa tempat di Afrika Tengah, garam hanya tersedia di dapurnya orang kaya saja. Lebih dari sekedar penyedap masakan, garam tercatat mempunyai 14 ribu fungsi bagi kehidupan manusia. Mulai fungsi kesehatan, hingga dipakai sebagai bahan mainan anak. Ketika diolah kandungan garam juga menjadi penopang ekonomi ruamah tangga, seperti para petani garam dikawasan Bledug Kuwu, Gobogan. Cerita tentang garam memang tak akan pernah selesai. Tapi ia adalah bagian kecil yang sungguh membuat hidup manusia tidak hambar.
Menurut penelitian yang dilakukan Salt Institute, Vinginia, Amerika Serikat, tercatat ada lebih dari 14 ribu manfaat praktis garam. Sebagian besar diantaranya diketahui secara turun temurun. Selain sebagai penyedap masakan, garam dimanfaatkan mulai untuk mengawetkan bahan makanan, memaniskan buah, menghilangkan noda pada kain, memutihkan gigi dan menghilangkan noda pada perangkat dapur bahkan menghilangkan tato atau dapat dibuat menjadi alat peraga pendidikan dengan bentuk adonan garam (salt daugh). Garam juga dipakai dalam pembuatan sabun, glaze dan enamel porselen, dan dalam proses meta lurgi dipakai sebagai flux (zat untuk membantu pencampuran logam). Jika garam dibubuhkan ke dalam es atau salju akan dapat merendahkan titik beku campuran tersebut, karenanya garam banyak dipakai di daerah-daerah berhawa dingin untuk menghilangkan tumpukan salju dan es di jalan-jalan umum.
Beribu manfaat si asin
Sejak beribu tahun lampau, garam telah menjadi komoditas penting ditengah masyarakat, apalagi fungsinya juga melebar ke bidang sosial dan religius serta magis. Daging sesaji persembahan di China Kuno harus diawetkn dengan garam, juga di masa Romawi Kuno, di tengah bangsa Inca hingga masyarakat di masa kini. Para prajurit Romawi menerima gaji berupa garam-disebut solarium-menandakan betapa berharganya garam di masa itu. Potongan-potongan garam berukuran kecil pernah dimanfaatkan sebagai mata uang di Ethiopia dan beberapa tempat lain di Afrika dan Tibet.
Di Perancis, sejak abad ke-12 setiap pembelian garam dikenai pajak sehingga memberatkan msyarakat miskin. Kondisi ini berlanjut sampai abad ke-18 dan diyakini salah satu pencetus meluasnya ketidak puasan rakyat yang berujung pada meletusnya Revolusi Perancis.
Di jerman, adona garam (saltzeis) diberikan pada pasangan pengantin oleh ibu mempelai perempuan disertai harapan agar rumah tangga mereka tidak akan kekurangan makanan, yang disimbolkan oleh adonan air, garam dan tepung. Kini tradisi pemberian tersebut berubah dengan memberikan segulung roti dan sekantung garam.
Bagi anda yang pernah mengiuti kegiatan pramuka tentu mengetahui manfaat garam untuk mengusir ular dan serangga. Garam juga dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menolak bala, maka tak heran kalau banyak praktek supranatural yang memanfaatkan garam sebagai medium.
Leave a Reply