2001_Juli_Edisi 126_Bahas:
donasi komputer bekas: membagi kue teknologi
Rohman Yuliawan
Saat ini jutaan komputer produk lama tidak difungsikan atau malah dicampakkan ke dalam bak sampah. Padahal ada jutaan orang yang belum pernah memiliki kesempatan untuk menapakkan jarinya di atas tuts keyboard atau malah sekedar menatap pendar layar monitor. Palung kesenjangan teknologi yang tercipta tidak akan semakin melebar jikalau tersisa kepedulian untuk berbagi kesempatan untuk mengenal memanfaatkan mesin pintar ini.
Perkembangan teknologi computer dewasa ini mengalami percepatan yang luar biasa mengagumkan. Dari ENIAC, generasi awal piranti komputasi tahun 1940-an yang berbobot mati 30 ton sampai ke generasi ke lima yang berbasis prosesor Pentium, teknologi komputer telah melewati jalinan inovasi yang membuatnya semakin pintar, ringan dan bersahabat. Namun di sisi lain, inovasi perangkat keras maupun aplikasi program membuat produk komputer generasi sebelumnya menjadi ketinggalan jaman dan tidak kompatibel. Kondisi ini mendorong pengguna komputer untuk membeli produk baru dan mengistirahatkan komputer yang dia pakai sebelumnya.
Akibatnya, ada kecenderungan komputer lama digudangkan atau malah dibak-sampahkan ketika produk baru telah dimiliki. Di Amerika Serikat, diperkirakan sedikitnya 500 juta bangkai komputer bakal memenuhi tempat pembuangan sampah pada tahun 2007. Padahal sebenarnya komputer- komputer bekas pakai dan periferalnya masih dapat dimanfaatkan, setidaknya masih dapat digunakan untuk menjalankan aplikasi sederhana atau untuk memperkenalkan perangkat ini kepada kalangan masyarakat yang memiliki keterbatasan akses pada penguasaan teknologi dan aplikasi komputer.
Di beberapa negara telah berdiri lembaga yang mewadahi donasi komputer bekas untuk disalurkan pada kelompok masyarakat atau institusi sosial yang membutuhkan. FORCE (Foundation for Computer Education) di India bergerak mengumpulkan komputer bekas atau rusak dari perusahaan-perusahaan atau perseorangan, dan setelah diperbaiki kemudian disalurkan ke sekolah-sekolah atau perguruan tinggi di negara tersebut. Shared Technology di Amerika menyediakan situs dan data base untuk mendukung aksi donasi komputer dan periferal di Amerika maupun tempat-tempat lain di seluruh dunia. Sampai pada bulan Mei 2001, tercatat lebih dari 1,300 komputer bekas disumbangkan ke sekolah-sekolah, penderita cacat, lembaga-lembaga sosial nirlaba dan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Gagasan untuk menyumbangkan komputer bekas pada lembaga sosial ataupun perseorangan ternyata masih terdengar asing di negara kita. Setidaknya sampai saat ini belum ada lembaga yang bergerak mewadahi aksi semacam itu, walaupun donasi komputer bekas oleh perseorangan lumayan sering dilakukan. “Komputer bekas masih banyak dicari pembeli, apalagi semenjak krisis ekonomi melambungkan harga komputer baru, “kata Jeffri dari Binner Komputer, Yogyakarta. “Komputer generasi lama bisa di-upgrade sehingga lebih berdaya-guna dan mampu menjalankan aplikasi baru,” tambah Jeffri. Selain itu, komputer bekas juga banyak dimanfaatkan oleh lembaga kursus komputer atau jasa pengetikan dan rental komputer.
Nampaknya, tingkat pemanfaatan komputer bekas masih relatif tinggi di Indonesia, selalu ada saja akal untuk tetap memanfaatkannya. Ironisnya, dengan kondisi seperti itu saja, baru tersedia dua juta komputer untuk lebih dari 200 juta penduduk Indonesia. Nah, untuk lebih meratakan kesempatan memanfaatkan teknologi komputer, mari buka pintu gudang kita. Barangkali sebuh komputer tua penuh debu yang teronggok di sana akan lebih berarti di tangan orang lain.
Komputer “tua” yang termasuk generasi 286,386 dan 486 masih bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan aplikasi atau bahkan mengarungi dunia maya. Sitem operasi New Deal yang dirilis oleh Clive Smith memungkinkan PC 286 dengan memori 640 KB dan hard dizk 10 MB menjelajah internet. Sistem operasi yang dijual seharga 70 USD ini juga menyediakan aplikasi setara MS Office dari sistem Windows.
Leave a Reply