2001_Juli_Edisi 126_Bahas:
buku di Indonesia: jendela dunia yang berkarat
Rohman Yuliawan
Ada petuah bijak yang mengatakan bahwa buku adalah “jendela dunia”, sebuah bidang pada dinding peradaban yang memungkinkan cahaya pengetahuan menerobos masuk dalam kegelapan pemikiran. Namun di Indonesia “jendela-jendela” pengetahuan agaknya dipenuhi karat pada engselnya sehingga hanya sedikit saja yang bisa terpentang lebar.
“Karat” tersebut bisa berupa pajak yang dibebankan pada para penerbit dan penulis atau penterjemah, kemudian juga misalnya dukungan pemerintah pada industri penerbitan. Harga kertas, tinta dan bahan baku produksi lain yang menjadi komponen utama dalam penerbitan buku, membumbung tinggi semenjak krisis moneter dan mereka sekitar 300-an lembaga penerbitan menghentikan kegiatannya sehingga jumlah penerbitan buku mengalami pemerosotan tajam. Sekitar empat tahun lalu dunia penerbitan Indonesia mampu memasok sekitar 5.000 sampai 6.000 judul buku per tahun ke tengah masyarakat, namun kini para penerbit hanya mampu menghasilkan 2.000 atau 3.000 judul saja dalam satu tahun. Padahal idealnya, dengan sekitar 200 juta penduduk, jumlah buku yang diterbitkan di Indonesia minimal 10.000 judul per tahun.
Kita seharusnya menengok untuk belajar pada dunia penerbitan di India. Negara yang dalam tingkat perekonomian sebenarnya tidak terpaut jauh dengan Indonesia, tapi penerbitan buku sangat maju jauh meninggalkan Negara kita. Setiap tahun lebih dari 60.000 judul buku diterbitkan oleh kurang lebih 11.000 penerbit di negara yang berpenduduk hampir satu milyar jiwa itu. Berkebalikan dengan kondisi di Indonesia, dunia penerbitan di India telah menikmati subsidi dari pemerintah, tidak dikenai pajak penerbitan dan dukungan penuh pemerintah, tidak dikenai pajak penerbitan dan dukugan penuh pemerintah pada industri kertas sehingga bahan baku penerbitan buku dapat diperoleh dengan mudah dan murah.
Kemajuan dunia penerbitan di India juga tidak lepas dari peran Asosiasi Buku Nasional India (NBTI) yang didirikan oleh pemerintah dengan tugas mempromosikan buku-buku ke dalam dan luar negeri, kemudian menumbuhkan budaya baca masyarakat. Secara spesifik NBTI mengemban lima tugas pokok, yakni menerbitkan buku, mempromosikan buku-buku dan yang terakhir merangsang pertumbuhan sastra anak-anak. NBTI juga rajin menggelar pameran buku, terhitung sejak tahun 1992-saja telah lebih dari 300 pameran buku digelar di seantero India.
Tentunya dukungan dan kegairahan semacam itulah yang diimpikan oleh para penerbit di Indonesia. Masyarakta juga tak sabar menunggu larik-larik cahaya menerobos melewati jendela-jendela dunia yang baru.
Leave a Reply