2002_Februari_Edisi 131_Bahas:
Waktu Sempit, Minuman Berenergi Ditenggak
Joni Faisal dan Ukke R. Kosasih
Tiba-tiba saja ramuan ajaib o la Panoramix dari Desa Galia menjadi akrab dengan kita. Dalam botol-botol mungil atau sachet, ramuan yang konon dapat melipatgandakan kekuatan kita untuk mengejar waktu dan prestasi, ditawarkan gencar hingga ke pelosok desa.
Dimulai tahun 1987 dengan satu merek Lipovitan, pada tahun 1990-an paling tidak pasar minuman energi diramaikan oleh lebih dari 10 merek minuman energi, minuman kesehatan, tonikum, atau apalah sebutannya. Disinyalir bahawa salah satu pemicu dari menjamurnya produk ini adalah adanya perubahan pola makan yang semakin ‘tidak karuan’ karena kurangnya waktu. Tuntutan pekerjaan seringkali menghapuskan banyak kesempatan untuk bersantap dengan benar.
Akibatnya, ketika ada tawaran berupa minuman berkhasiat sekaligus bergizi (sekalipun oleh banyak disangkal oleh ahli kesehatan), masyarakat merasa menemukan sebuah jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang sesuai dengan ritme hidup yang semakin cepat. Padahal, kalori yang terkandung dalam minuman energi umumnya hanya 100-150 kalori. Bandingkan dengan makan 100 gram nasi, dua kerat tempe goring, sebutir telur ditambah tiga sendok tumis kangkung dan satu gelas the manis, nilai energinya akan mencapai 500 kalori.
Anehnya, meki minuman energi telah banyak disebut oleh para ahli sebagai minuman yang lebih banyak menjual sugesti dari pada gizi, tetap saja dianggap masih berpotensi berhasil untuk digandrungi oleh masyarakat. Ini terlihat dari masih tingginya belanja iklan produk ini di berbagai media. Sebagai gambaran, pada yahun 1999, biaya yang dikeluarkan Extra Joss untuk berpromosi di televisi saja mencapai Rp. 16.410.000.000,-!
Pertanyaannya, apakah dengan semakin banyak Indonesia menenggak minuman energi lantas prestasi kerja pun turut terdongkrak? Atau, lagi-lagi, kita diajak untuk mengikuti budaya instan yang ternyata tidak membawa kita ke mana-mana selain jalan di tempat.
Sumber. Warta Konsumen, Desember 2000. Tempo, Agustus 2001. Warta Kota, 28 Agustus 2001. Media Scene, 1999-2000.
Leave a Reply