Free Tibet: aksi menolak obor olimpiade
Obor Olimpiade Beijing akan diarak di Jakarta pada 22 April 2008. Sebagai masyarakat yang peduli terhadap masalah kemanusiaa, kita tentu harus bersikap mengingat penguasa China mengabaikan janjinya saat mengajukan diri menjadi tuan rumah pesta olah raga dunia itu. Pada 2001, pemerintah China berjanji akan memperbaiki kondisi HAM-nya menjelang Olimpiade. Kenyataanya justru sebaliknya, dengan alasan demi keamanan Olimpiade, mereka bertindak semakin represif terhadap kelompok spiritual serta aktivis HAM dan pers. Penangkapan, penahanan dan pembunuhan dengan sasaran mereka terjadi dimana-mana.
Kekerasan yang terjadi di Lhasa-Tibet akibat provokasi aparat China yang menewaskan 140 orang adalah salah satu bukti kejahatan rejim komunis China. Saat ini situasi di Tibet masih mencekam, perburuan & penangkapan terhadap kaum Tibetan masih berlangsung. Wartawan dan orang asing dilarang masuk. Penguasa China bahkan memaksakan diri akan mengarak Obor Olimpiade ke Tibet. Hal itu tentu akan memperparah situasi di sana.
Atas parahnya keadaan HAM di China yang empat bulan lagi akan menggelar Olimpiade, Masyarakat Indonesia Untuk Kebebasan Tibet sedang menggalang solidaritas untuk rakyat Tibet dan rakyat China yang tertindas, yang dilanggar HAM-nya. Solidaritas ini didukung sejumlah organisasi masyarakat sipil dan para individu atau tokoh nasional, yang menaruh perhatian pada masalah kemanusiaan. Dukungan ini dimaksudkan untuk menolak Obor Olimpiade yang akan tiba di Jakarta. Selama penguasa China tidak mau memperbaiki kondisi HAM-nya dan masih menindas kaum Tibetan, mereka tidak layak menyelenggarakan pesta olah raga dunia itu. “Free Tibet, No Human Right, No Olympics”.
Untuk itu kami mengundang Anda untuk bergabung dalam aksi damai yang akan dilangsungkan pada:
Hari/ Tanggal : Selasa, 22 April 2008
Waktu : Pukul 10.00- selesai
Tempat : Pintu Gerbang Stadion Senayan Jakarta (Pinggir Jl. Sudirman, antara pintu Gelora 1-5,)
Agenda : Orasi, happening art, dan performance
DUKUNGAN Anda kami butuhkan untuk mengekang kejahatan Rejim Komunis China terhadap rakyatnya.
Jakarta, 18 April 2008
Masyarakat Indonesia Untuk Kebebasan Tibet
Tri Agus S. Siswowihardjo
Koordinator Aksi
10 ALASAN MENOLAK OLIMPIADE BEIJING
Menindas Tibet
Sejak 1959, penguasa komunis China telah menindas rakyat Tibet. Sebanyak 150.000 rakyat dan biksu Tibet tewas dan ribuan kuil-kuil Buddha hancur akibat penindasan yang terjadi selama puluhan tahun. Pertumbuhan ekonomi Tibet yang mencapai 12 persen per tahun tidak bisa dinikmati rakyatnya, sebaliknya etnis lain (Han) lebih merasakan kue pembangunan itu. Menjelang Olimpiade Beijing, tekanan terhadap Tibet semakin intensif. Kekerasan yang tejadi belum lama ini di Lhasa yang menewaskan 140 orang adalah buktinya.
Menekan Kristen
Sejak akhir 1980-an, setidaknya 2,7 juta diantara 60 juta pengikut Kristen Family Church telah ditahan, dan 440 ribu dihukum kerja paksa dan pendidikan kembali. Bahkan lebih dari 10 ribu disiksa hingga mati, lebih dari 20 ribu menjadi cacat. Selain disiksa, para pemimpin gereja diseret ke pengadilan. Banyak juga gereja yang dihancurkan. Selama tahun 2000 telah dirusak sebanyak 450 tempat ibadah yang dianggap ilegal. Menjelang Olimpiade, tekanan terhadap mereka semakin kuat, sejumlah pimpinan Kristen ditangkap dan tahan.
Menumpas Muslim
Pada 2002, kaum muslim Uyghurs di Xinjiang barat dicap sebagai kelompok teroris. Sejak itu, penindasan semakin intensif dilakukan dengan cara memanggil imam dan menutup mesjid sampai menghukum mati
ribuan orang setiap tahun. Kaum Muslim tidak diperbolehkan menghadiri sekolah agama atau datang ke mesjid sampai umur 18 tahun. Kegiatan dan ekspresi agama dilarang ketat di sekolah-sekolah. Mereka dilarang berdoa, memakai pakaian atau symbol agama, serta berpuasa. Menjelang Olimpiade terjadi beberapa kali penyerangan terhadap kaum muslim di Xinjiang yang menewaskan puluhan orang.
Menyiksa Falun Gong
Sejak ditindas pada 20 Juli 1999, sedikitnya 3.086 pengikut Falun Gong dipastikan tewas. Jumlah itu bisa lebih besar mengingat tertutupnya informasi di sana. Lebih mengerikan, mereka yang ditahan di kamp-kamp konsentrasi telah diambil organ tubuhnya untuk memenuhi industri transplantasi. Laporan David Matas & David Kilgour dari Kanada memperkuat dugaan itu. Kebiadaban itu masih berlangsung hingga kini meski secara resmi telah dilarang. Penangkapan besar-besaran terhadap pengikut Falun Gong juga terjadi menjelang Olimpiade, sejak awal 2008 ini sudah 1000 orang lebih ditahan dan puluhan tewas.
Menekan Aktivis
Aktivis HAM semakin menghadapi tekanan yang meningkat menjelang Olimpiade. Baru-baru ini aktivis HAM Hu Jia yang memperjuangkan kebebasan beragama dan kesehatan HIV dihukum penjara 3,5 tahun atas dakwaan subversi. Sejumlah pengacara juga menjadi sasaran represi. Pengacara terkenal, Gao Zhisheng yang membela Falun Gong sudah setahun lebih menjalani tahanan rumah. Tahun lalu, polisi menangkap pengacara HAM Guo Feixiong dan menjatuhkan hukuman 5 tahun penjara. Meskipun penguasa China telah membebaskan sejumlah tahanan Tiananmen, tapi jumlah aktivis HAM yang ditahan masih banyak.
Memasung Pers
Semua media harus tunduk di bawah kendali partai. Selain media cetak dan elektronik milik partai, pengendalian secara ketat dilakukan terhadap media swasta termasuk internet. Laporan tahunan indeks kebebasan pers 2007 versi Reporters Without Borders menunjukan kebebasan pers di China tetap menduduki 10 peringkat terburuk. Ia berada diurutan ke-163 dari 169 negara dunia. Menjelang Olimpiade, kontrol terhadap pers dan internet justru semakin ketat. Dalam setahun ini ratusan koran, radio dan website telah ditutup secara paksa.
Memperkeruh Darfur
Amnesty Internasional melaporkan pada 2005, Beijing mengapalkan 200 truk militer menuju Sudan. Bantuan militer ini memperkuat pasukan milisi bentukan pemerintah Sudan, serta memperparah perang saudara di Darfur sejak 2003, lebih dari 200.000 rakyat tewas akibat genosida ini, dan 2,5 juta orang harus meninggalkan tempat tinggalnya. Pemimpin Gerakan Keadilan dan Kesetaraan, Khalil Ibrahim menuduh Beijing memiliki andil besar dalam krisis di Darfur karena memberikan senjata dan mendukung pemerintah Sudan.
Mengakangi Burma
Pemerintah Beijing mendukung junta militer Myanmar yang represif terhadap rakyatnya sejak berkuasa pada 1988, dengan membantu lebih dari 2 juta dolar AS untuk militernya, beberapa juta dolar AS dukungan ekonomi, termasuk basis infrastruktur dan berbagai pelatihan. Pada Januari 2007 lalu, China bersama dengan Rusia dan Afrika Selatan telah memveto sangsi PBB kepada Myanmar, sehingga membuat junta militer semakin kuat membabi buta dalam menghadapi gerakan demokrasi. Dukungan Beijing terhadap rejim Myanmar sepenuhnya demi kepentingan investasinya atas sumber daya alam di negeri itu.
Merusak Lingkungan
Berbagai studi dan foto-foto satelit membuktikan bahwa tingkat nitrogen dioksida di Beijing sangat tinggi, yang sangat berbahaya bagi kesehatan para atlet. Saat ini, China bahkan mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai penghasil karbon dioksida terbesar sehingga mendorong pemanasan global. Tidak puas menghancurkan lingkungan di dalam negeri, kini China melahap hutan alam Indonesia. Sedikitnya 300.000 meter kubik kayu merbau asal Papua diseludupkan ke China setiap bulannya. Permintaan kayu ilegal ini semakin meningkat seiiring dengan tingginya aktivitas pembangunan sarana dan prasana Olimpiade.
Menggusur Rakyat
Survei Centre on Housing Rights and Evictions di Jenewa menyebutkan lebih dari satu juta penduduk Beijing telah digusur secara paksa dengan alasan untuk pembangunan sarana dan prasarana Olimpiade, dan jumlah ini akan bertambah sampai 1,5 juta pada 2008 ini. Di luar itu, para pejabat partai telah menyita lahan warga untuk membangun pabrik-pabrik tetapi tidak memberi ganti-rugi yang semestinya kepada para petani. Warga yang menolak, atau menuntut ganti rugi yang layak harus berhadapan dengan represi aparat.
Leave a Reply