Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

Thomas Karsten

Written in

by

1998_Juli_Edisi 092_bahas:
Thomas Karsten

Sejalan dengan perkembangan ekonomi, bangunan dan tata kota Semarang pun digarap dengan serius oleh para arsitek kebangsaan Belanda. Salah satunya yang terkenal adalah Thomas Karsten, lahir di tahun 1884 dan belajar arsitektur di Delft. Ia datang ke Indonesia pada tahun 1914 atas undangan bekas teman kuliahnya, arsitek Maclaine Pont.

Karya Karsten merupakan profil gaya perpaduan antara arsitek kolonial dan tropis. Sebelumnya pada Konggres perumahan internasional tahun 1913 di Scheveningen Belanda, H.F. Tellima menjelaskan buruknya kondisi perumahan terutama pada unsur penghawaan dan pencahayaan di Indonesia dengan kasus kampung di Semarang. Berdasarkan hal inilah, Karsten mementingkan kedua unsur tersebut di setiap karyanya.

Bebebapa karya bangunannya adalah gedung stoomvart Nederland, sebuah perusahaan pelayaran di jaman kolonial yang dibangun tahun 1930. Gedung ini bergaya seperti bangunan abad pertengahan yaitu tanpa halaman, terletak langsung di jalan raya. Selain bangunan, Karsten pun membangun banyak pasar seperti pasar Jatingaleh [1933], Pasar Sentral [1936]. Sumbangan Karsten yang terbesar juga adalah site plan berkonsep “garden city” yang diterapkan untuk perluasan kota Semarang ke selatan atau daerah atas yang terkenal dengan nama candi atas, candi baru. Dalam site plannya ini Karsten membagi lingkunagn kota tidak berdasarkan suku, melainkan kelas ekonomi tinggi-menengah-rendah. Disamping itu, oleh karena daerah atas itu berbukit-bukit maka Karsten pun sangat memperhatikan keadaan topografi, kemiringan, belokan-belokan yang ada sehingga rumah dan taman dapat menghadapa ke pemandangan laut di sebelah utara. Dalam merencanakan kota, Karsten sendiri kekurangan tenaga terampil sehingga akhirnya ia sendiri turun ke bidang pendidikan dengan mengambil bagian dalam kuliah perencanaan kota di ITB. Hanya 6 bulan,kehidupannya diakhiri dengan tragis yaitu meninggal di dalam interniran Jepang di Cimahi.

Sumber :
Laporan Akhir RTBL Semarang oleh PT WISWAKHARMAN, Jl. Semeru no. 9c. 024-442614
Sumalyo, Yulianto. “Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia”, Gajah Mada University Press : 1995
Ir. Soentono, “Semarang 450 Tahun: Satu Kota Dua Wilayah Kota Lama dan Simpang Lima”, Kompas: Jumat, 2 Mei 1997

Dr. Ing Prawito, M Arch, “Menilik Pertumbuhan Kota Semarang”. Kompas, Sabtu, 3 Mei 1997

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *