1997_mula Februari_Edisi 062_kenal:
Ternyata … Boneka Juga Bisa Terjangkit Penyakit!
Belum lama ini ditemukan suatu wabah penyakit yang dapat menimpa boneka, terutama yang berasal dari koleksi tahun 50 dan 60-an. Penyakit yang ditemukan oleh peneliti dari Universitas Bradford, Inggris ini membuat boneka seolah menangis karena terlihat mengeluarkan air mata. “Air mata” yang berwarna kecoklatan ini mengeluarkan bau yang sangat tajam, seperti cuka.
Penyakit ini bersumber dari reaksi kimia antara plastik dengan unsur besi yang terdapat pada bola mata. Sebuah reaksi terjadi, boneka akan terlihat mengeluarkan air mata, selanjuatnya kondisi boneka akan memburuk perlahan-lahan. Lebih parah lagi, penyakit ini menular pada boneka lain yang berada di dekatnya atau satu lemari dengannya.
Pengobatan yang ditawarkan adalah mencuci boneka yang terinfeksi dengan air sabun, namun sesudah itu harus dikeringkan benar-benar untuk mencegah elemen besi dari karat.
New Scientist, May,1996 (disadur dari Utne Reader, Sept – Oct 96)
Sejak awal abad 19 boneka telah muncul sebagi hasil dari industry skala besar. Kolektor boneka kemudian mengenal Jerman dan Perancis sebagai negara pembuat boneka terbesar. Di kedua negara pembuat boneka biasa dibuat dari porselen atau vinyl. Pemilihan bahan dasar ini merupakan permintaan kolektor yang menginnginkan kualitas pembuat boneka yang terbaik, selain tahan lama. Di perusahaan pembuat boneka tersebut perancang boneka diperlakukan sebagai artis (seniman), seperti layaknya pelukis. Mereka biasa ditemukan perusahaan boneka tersebut pada berbagai festival/pameran boneka. Dengan cara pencarian seperti itu, kita boleh berharap Siana Kristiani,menjadi salah satu yang terpilih.
Saat ini Siana mungkin adalah satu-satunya seniman pembuat boneka di Indoneisa. Walaupun terjun dalam dunia perbonekaan secara tidak sengaja, hingga kini sudah 3 tahun ia menekuni karirnya sebagai pembuat boneka. Awalnya ibu dua orang putri yang sebenarnya lulus sebagai arsitek ini adalah seorang pengusaha keramik dan elemen-elemen interior. Perkenalannya dengan seni pembuatan boneka terjadi tahun 1992, ketika ia pergi ke Belanda untuk membeli clay yang biasa digunakan untuk membuat prototipe keramik. Di tempat penjualan clay, Siana melihat banyak boneka dibuat, dan mulailah ia menyadari bahwa dengan clay ia juga bisa mencoba membuat boneka.
Sejak pertemuannya dengan Joke grobben, seorang seniman boneka yang sudah 20 tahun malang melintang sebagai pakar pembuat boneka, Siana kemudian memutuskan untuk ikut les membuat boneka.” Sebenarnya saat itu saya tidak yakin untuk ikut les, soalnya saya tidak punya latar belakang mematung atau melukis. Apalagi untuk membuat hidung atau mulut boneka, itu susah sekali. Tetapi berhubung saya tertarik, apa salahnya mencoba”, paparnya.
Kalau Siana memilih karakter anak-anak untuk boneka yang ia buat, itu karena ia menyukai wajah polos anak-anak, “mereka itu, real bener-bener ada, udah gitu lucu. Saya kalau buat boneka biasanya kan sampai malam, lalu bangun tidur saya lihat, eh ni anak kok tampangnya lucu, gitu,seneng saya”, ungkapnya.
Pada awalny Siana membuat boneka dari keramik, namun setahun kemudian, pada tahun 1994, ia beralih ke porselen. Pertimbangannya saat itu adalah ia ingin membuat yang terbaik, karena sebenarnya proses yang sulit adalah ketika membuat prototipe boneka, menurutnya sayang apabila sudah susah dibuat, hasil akhirnya tidak maksimal. Perbedaan boneka keramik dengan porselen antara lain terdapat pada kehalusan teksturnya. Porselen jauh lebih halus dibanding keramik, hal ini sangat terlihat dari hasil akhir pengecatan. Selain itu ‘mata’ boneka porselen lebih hidup, karena merupakan mata palsu yang ditanam, sedang pada boneka keramik ‘mata’-nya hanya dilukis.
Untuk membuat sebuah boneka biasanya dibutuhkan waktu satu sampai dua bulan. Tahap awal adalah pembuatan protitipe dari clay, bila hasilnya bagus baru direproduksi dalam jumlah tertentu. Setelah itu mata ditanam, dan pada bagian tertentu khususnya hidung dan mulut harus diukir untuk menyempurnakan karakter boneka. Baru setelah itu dilakukan pembakaran sampi didapat warna yang diinginkan, biasanya sampai 4 kali. Usai pembakaran barulah baju dan rambut dikenakan.
Sampai saat ini Siana sudah membuat 15 karakter boneka. Dua diantaranya (dan kebetulan paling laku) adalah sosok kedua anaknya sendiri, Coolen dan Cynthia. Menciptakan karakter yang benar ada dengan menciptakan sosok lewat imaji sama menyenangkan bagi Siana.” Kalau dari anak yang benar-benar ada, yang dikejar adalah kemiripan, sedang kalau rekaan kita selalu bertanya-tanya ‘bagaimana rupanya nanti?”.
Biasanya satu boneka hanya diproduksi sebanyak 5 buah saja. Bila sudah terjual habis barulah diproduksi kembali. Dalam setiap produksi, boeka-boneka ini mempunyai semacam tanda pengenal, yang berisi keterangan nama, warna kulit, tahun pembuatan, dan nomor berapa dari jumlah boneka (dengan karakter sama) yang diproduksi saat itu, selain nama seniman pembuatnya. Boneka porselen memang lebih diperlukan sebagai benda seni/pajangan ketimbang sebagai mainan. Harga standar sebuah boneka saja berkisar antara DM 1500 (sekitar 2 juta rupiah).
Saat ini di Indonesia peminat boneka porselen memang masih terbatas, mungkin karena harganya masih terasa mahal. Padahal, boneka porselen menjadi semacam investasi bagi kolektor boneka di Eropa. Bila seorang seniman memproduksi boneka baru, mereka biasa berebut untuk membelinya, karena beberapa tahun lagi boneka tersebut dapat dijual beberapa kali lipat, tergantung reputasi si seniman dari pameran yang diadakannya dan festival yang diikutinya.
Siana sendiri sudah beberapa kali mengadakan pameran di Indonesia, bahkan di beberapa negara Eropa, seperti Rotterdam dan Nurenberg. Walaupun biaya pameran seringkali tidak ditutupi dari hasil penjualan, namun namanya kini mulai dikenal kolektor boneka Eropa. Sampai saat ini ia mempunyai tiga agen di Belanda dan satu di Jerman.
Siana masih terus mencoba mengembangkan keahliannya membuat boneka. Menurutnya ia masih belum apa-apa dibandingkan seniman lain, Philip S Health dan Joe Grobben (keduanya adalah artis Gots, sebuah perusahaan pembuat boneka di Jerman), yang mampu mengukir wajah sedetail mungkin, dengan kelopak mata yang berlipat, kerutan di bawah mata, dsb. Makanya ia masih belum berani menerima pesanan dari banyak ibu yang ingin membuat boneka dengan wajah anaknya. Nah bila satu saat ada seorang wanita memperhatikan anak Anda jangan curiga dulu bisa jadi ia adalah Siana, yang sedang mencari inspirasi.
Leave a Reply