2000_April_Edisi 111_bahas:
Tempat Sampah
Ade Tanesia
Manusia tidak pernah tidak menyampah. Siapa pun dia, apa pun kegiatannya, di mana pun tinggalnya, kapanpun hidupnya, selalu ada saja sampah di sekitar kehidupan manusia. Karena itu, wajar-wajar saja bila perilaku manusia sering pula “dipelajari” melalui tempat sampah.
Ada banyak macam tempat sampah dikembangkan manusia untuk menampung buangannya. Ada banyak pula kegiatan dilakukan manusia untuk menggantikan peran tempat sampah.
Kerap kita bertanya-tanya, bagaimana manusia di masa lalu membuang sampahnya? Pertanyaan ini sedikit terjawab setelah Witkamp melaporkan adanya bukit kerang di daerah muara sungai Tantian dekat Seuwai. Bukit-bukit setinggi 4,5 m ini diperkirakan hasil kegiatan manusia di masa lalu, diantaranya adalah buangan sisa-sisa makanan. Daerah pertemuan bukit ini membujur di daerah pantai Sumatera sepanjang 130 km.
Penyelidikan bukit kerang ini dilanjutkan oleh Van Stein Calleendels pada tahun 1925 dan tahun 1923 yang menghasilkan temuan kerang, beberapa buah kapak genggam Sumatera berbentuk lonjong, alu dan lebung batu. Khusus temuan kerang, Van der Meer Mohr meneruskan penyelidikan tersebut dan menyimpulkan bahwa kerang itu juga digunakan sebagai gayung air, tempat minum, perhiasan, bahkan dijadikan makanan dengan dipanaskan terlebih dahulu dan diambil isinya (meretrix). Dua buah bukit kerang lainnya ditemukan di Bulu Cina dan Tandes Hilir, disebelah timur laut Modan. Pada temuan ini dapat kita jumpai 5 lapisan, yaitu tanah setebal 20 cm. H. Kupper juga melaporkan bahwa di daerah Lansa, Aceh dan juga ditemukan bukit kerang, yang terpenting terletak di suatu daratan 60 meter di atas permukaan laut. Di sini didapati kapak genggeam Sumatera dan berbagai jenis sisa makanan.
Setelah melewati proses penelitian yang panjang, para ahli menyimpulkan bahwa berbagai temuan pada bukit kerang ini berasal dari masyarakat yang masih hidup pada taraf berburu, mengumpulkan makanan dan mencari makanan di laut. Hidup merekea masih sangat bergantung pada alamnya, teknologi yang muncul antara lain kapak genggam, alat serpih bilah dan alat tulang yang menjadi perkakas mereka. Bahan-bahan makanan yang mereka kumpulkan berasal dari daerah sekitarnya, seperti umbi-umbian yang dikorek, dibersihkan dan dilepaskan kulitnya. Mereka juga makan kerang, siput dan tulang-tulang ikan. Pola hidup mereka inilah yang masih tersisa dan terbenam dalam timbunan perbukitan kerang yang sangat unik.
Leave a Reply