Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

Teater Garasi Genap Sewindu

Written in

by

2002_Februari_Edisi 131_Sekitar Kita:
Teater Garasi Genap Sewindu
Rohman Yuliawan

Teater Garasi Yogyakarta genap sewindu 4 Desember lalu. Tidak ada gegap gempita pesta atau ruah sajian, hanya acara buka puasa sederhana dan sebuah drama yang dipersembahkan sebagai hadiah oleh Sanggar Gardanalla.
“Meski setiap tahun kami selalu menandai pertambahan usia, namun sewindu tetap bernuansa istimewa bagi komunitas Garasi,” ungkp Gunawan “Cindhil” Maryanto. “Semacam transisi untuk menjadi lebih dewasa dalam daur hidup manusia, “lanjutnya.

Didirikan oleh Yudi A. Tajuddin, Kusworo Bayu Aji dan puput Yulianto sebagai teater kampus di Fisipol Universitas Gajah Mada pada tahun 1993, lalu menemukan ruang tumbuh yang lebih leluasa di luar kampus, Teater Garasi memantapkan diri menjadi salah satu teater muda yang produktif dan progresif dalam berkarya. Mereka menjejali tahun demi tahun dengan rentetan karya yang tak berpijak pada satu gaya, dari memanggungkan Panji Koming Gulung Koming yang penuh canda sampai mengusung Endgame-nya Beckett yang absurd.

“Teater bagi kami adalah evolusi, suatu perjalanan mencari-cari. Karena itu kami tidak pernah bersetia pada satu bentuk penyajian saja,” jelas Yudi, direktur artistik Teater Garasi. Dan selepas pementasan keliling Les Paravent karya satrawan Perancis Jean Genet di awal tahun 2000, Teater Garasi menghabiskan diri sebagai Laboratorium Penciptaan Teater. Sebuah ruang untuk mengikatkan tradisi penelitian pada setiap proses berkarya serta menumbuh-suburkan semangat penciptaan tanpa batas.

Kecintaan pada teater, simpul Cindhil, adalah buhul yang menyatukan belasan pegiat untuk terus menggumuli lakon demi lakon. Hingga menginjak sewindu, enam belas naskah dan puluhan kali pementasan digelar di berbagai kota. Mereka tetap bersama, hampir tanpa krisis. “Paling banter hanya kejenuhan atau seperti saat ini, ketika beberapa teman mulai berumah tangga dan berhadapan dengan tuntutan baru,” lanjut Cindhil.

Menyoal pencapaian, ia menilai pengkayalan batin dan teknis personal yang diperoleh sepanjang proses yang lebih bermakna disbanding kuantitas pementasan maupun meriahnya sambutan penonton.

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *