Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

Surat si Ika: Why Art Mechandising?

Written in

by

  1. Karena jualan karya original susah.
  2. Karena walaupun ada orang yang ingin beli karya original, mereka belum tentu punya uangnya.
  3. Karena karya original susah dibawa ke mana-mana apalagi kalau udah dibingkai segala.
  4. Karena gue ingin sebanyak-banyaknya orang melihat dan tahu tentang karya-karya gue lalu berharap semoga mereka lantas ingin memilikinya.
  5. Karena karya yang dipakai dengan karya yang tidak bisa dipakai mestinya sama menyenangkannya buat siapapun yang memilikinya.
  6. Karena ingin bisa hidup dari karya-karya seni gue suatu hari nanti.

Terlepas dari semua alasan di atas, gue bikin kolase. Sebuah bentuk karya yang selain tidak umum tekniknya, juga tidak banyak yang membuatnya disini. Akibatnya, perjalanan yang mesti gue tempuh (Halah!), untuk membuat orang ingin membeli karya semacam ini, jadi jauh lebih lama dan berliku prosesnya. Saking seringnya mesti menjelaskan apa itu kolase, gue sudah mulai merasa mungkin sebaiknya gue bikin video tentang proses pembuatannya. Video itu lalu diletakkan di meja saat berjualan. Ini baru tentang proses pembuatan karya lho, cin! Lalu kapan dagangnya, bila proses bikin karyanya saja orang belum tahu?

Nah, di sinilah merchandising gue menjadi makin penting perannya. Karena saat karya gue sudah berbentuk merchandising, orang menjadi lebih gampang mengapresiasinya. Mereka bisa suka karena warnanya, gambar atau bentuk produk itu sendiri. Ini berarti; gue sudah berhasil memperpendek proses panjang tadi dan bisa memulai cerita tentang karya gue.

Itu tadi satu keuntungan dari merchandising yang gue bikin. Sekarang mari kita bicara tentang pemasaran atau penjualan merchandising yang menurut gue memang beda caranya dengan menjual karya original. Eh apakah ada yang mau berbagi tentang bagaimana jualan karya original? Hihihi! Kalo ada, gue mau dong!

Seni instalasi Ika Vaniati di Fashionation, April 2012

 

Dengan kondisi kalau jualan merchandising pun mesti dipikirkan strategi dan efektifitasnya, berikut ini hal-hal yang biasa gue lakukan:

Gue jarang stock up atau ready stock, karena nggak mau barang menumpuk dan tidak menjadi uang. Jadi gue produksi hanya pas mau ada kesempatan berjualan atau adanya pesanan. Kalau pesanan datang pun gue selalu minta dibayar lunas di depan ataupun setidaknya bayar separuhnya dulu. Ini memastikan juga jadi kita tahu pembelinya serius atau tidak.

Setiap ada tawaran jualan gue usahakan untuk mengetahui dulu siapa yang akan datang di acara itu. Usia, pekerjaan dan jenis kelaminnya. Karena kan anak kuliahan perempuan sama mas-mas kantoran pasti beda barang-barang yang menarik serta bisa mereka beli, bukan? Nah pastikan berbagai karakter pembeli yang kira-kira akan ada di sana terpenuhi dengan barang-barang gue ini.

Karena gue jualan barang buatan tangan atau hanya dibuat dalam jumlah terbatas, maka gue berusaha menceritakannya di semua kemasan produk gue. Deskripsi produk bisa panjang atau pendek, dan diletakkan di sebelah harga produk.

Jangan malas ngobrol! Setiap kali ada orang yang datang ke stand gue walaupun dia hanya pegang-pegang aja gue tetap menceritakan produk gue. Itu adalah waktu dimana setidaknya gue berkesempatan membuatnya tertarik – walau di akhir, ia hanya minta kartu nama. Jangan salah, yang ambil kartu nama ini bisa jadi, menghubungi setelah acara dan bicara tentang pembelian atau pemesanan barang lainnya.

Kartu nama, ibu-ibu dan bapak-bapak! Selalu bawa kartu nama ke manapun kita pergi dan jangan lupa meletakkan kartu nama di stand kita. Percaya deh! Ini awal dari banyak hal-hal menyenangkan di kemudian hari. Kalaupun mereka tidak membeli, tapi mereka sudah punya kontak kita dan bisa tanya-tanya misalnya kalau ada produk baru atau lain sebagainya.

Belajar bikin display jualan yang beda-beda dan menarik. Tahu yang mana yang produk unggulan mana yang produk tambahan. Kalau kita memang punya benang merah yang membuat karya-karya kita menjadi berbeda, namun saat yang sama kita juga ingin menjual barang yang sama sekali berbeda, pastikan tampilan stand atau meja kita memperlihatkan itu. Barang-barang jagoan harus lebih dominan daripada barang-barang pendukung.

Harga. Banting harga boleh, tapi kalau memang pembeli membeli banyak. Jangan mau ditawar seenaknya, ya! Kita kan jualan barang yang dibuat dengan cinta dan air mata begini, masak iya mau dinilai seharga barang kodian di Mangga Dua. Setuju cin?

Lain kali, gantian elo yang kasi tau gue apa yang lo lakuin pas jualan merchandise.

Terimakasih banyak buat Popoh, Sigit, Ameng, dan Ruang Rupa yang mengorganisir pameran ini. Terimakasih juga buat sesama peserta pameran: Cubatees, Recycle Experience, P.A.L.U, Jah Ipul, Kamengski, dan Komunitas Pecinta Kertas (KPK).

Sampai bertemu di pameran dan kesempatan jualan di lain waktu yaw!

Ika Vantiani
0812 87884432
iniakuika@gmail.com
www.vantiani.etsy.com
(teuteup jualan!)
www.ikavantiani.blogspot.com

Tags

One response to “Surat si Ika: Why Art Mechandising?”

  1. antyo Avatar

    Jangan mau Banting harga. Bener. Lebih bener lagi kit a kasih gratis krn kit a cocok. 🙂 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *