1998_Februari_Edisi 087_Nuansa:
SEPATU
Sepatu: transportasi sampai GENDER
Biografi sepatu tak lepas dari sejarah transportasi manusia. Di setiap jaman, jalan kaki dan berkuda merupakan bentuk transportasi paling awal yang dimiliki manusia. karena mengendari kuda adalah wilayah kerja kaum pria, desain sepatu mereka pun disesuaikan untuk keperluan ini. Misalnya, saat harus melalui perjalanan berat, sepatu tumit tinggi akan jadi pilihan unutk menolong penunggang kuda mengontrol pijakan kaki dan gerak kuda. Tapi, tentu saja kaum pria pun membutuhkan alas kaki yang nyaman untuk berjalan kaki, toh kuda bukan satu-satunya alat transportasi.
Memang hanya sebuah alas kaki, namun sejarah manusia pun berbicara di atas sepatu
Kalau sepatu pria dirancang untuk kebutuhan aktivitas luar rumah, maka sepatu wanita dirancang kebalikannya. Karena itu, pilihan bahannya pun berkisar satin, brokat dan sulaman. Pada awalnya, sangat sedikit sepatu wanita yang terbuat dari kulit atau bahan cukup kuat untuk berjalan jaju jarak jauh. Ketika wanita bepergian, mereka biasa diantar oleh pengendara sebuah penemuan baru untuk transportasi dalam kota. Bahkan di Versailles, sebuah sedan biasanya langsung mengantar penumpang ke ruang publik agar sepatu para wanita bangsawan dapat langsung menyentuh lantai bersih. Tentunya, bentuk sepatu wanita seperti ini tidak untuk memenuhi kebutuhan praktis seperti halnya sepatu pria, melainkan lebih untuk sebuah daya tarik. Bagimana tidak, bila di istana Louis XVI, misalnya, kaum wanitanya kerap menggunakan sepatu bertumit tinggi sehingga mereka harus menggunakan tongkat untuk berjalan dan harus pula ditolong saat menaiki anak tangga.
Agenda Seputar Sepatu
Ribuan cerita telah lahir dari benda untuk mengalas kaki ini… Di jaman Mesir kuno, perasaan dendam terhadap musuh dieksprsikan dengan melukis wajah musuh bebuyutan di atas sol sandal…Dengan sandal beralaskan emas. Kaisar Nero telah menendang sang isteri Popaea hingga tergeletak. Di abad pertengahan, seorang ra memap mempersembahkan sandal kepada Sri Paus sebagai symbol kesatuan antara negara dan gereja…Pelacur romawi seringkali menulis kalimat “ikut saya” di sol sepatu mereka agar dapar tercatak tanah… Hukum di Jaman Nabi Musa mengharuskan kaum pria untuk bersedia mengawini janda saudara prianya, bila tidak, janda tersebut akan mengumumkan kepada khalayak dengan cara memindahkan sepatu iparnya sambil berkata “pria ini tidak akan meneruskan dan memelihara rumah tangga saudara laki-lakinya yang sudah meninggal”…Masyarakat Yahudi kuno juga menggunakan sepatu sebagai symbol kontrak, seperti yang tertera dalam kitab Ruth “demi memperkuat status harta benda, seorang pria Yahudi harus mencabut sepatunya dan diserahkan pada tetangganya”.
Sepatu Keberuntungan
Di berbagai kebudayaan, sepatu sering dipercaya sebagai benda pembawa keberuntungan. Seorang bocah yang baru saja memperoleh sepatu baru akan menginjak-nginjak sepatunya dengan harapan dapat meraih keberuntungan. Selain itu, kalau seorang anak kecil melihat kuda putih, ia akan menandai sol sepatunya dengan symbol salib sambil berkata “kuda putih, beri saya keberuntungan, untuk hari ini dan hari esok” . Orang Eropa percaya bahwa meletakkan sepatu baru di atas meja akan membawa sial. Di Norfolk dan Inggris para wanita biasanya meletakkan daun semangat dalam sepatunya dengan harapan akan menemukan jodoh seorang pria lajang. Dalam upacara pernikahan tradisional Eropa, sang ayah memberikan sepatu anak perempuannya kepada mempelai pria sebagai symbol bahwa kini kesejateraan anak perempuannya menjadi tanggung jawab suaminya.
Cinderella Ternyata Berasal dari Cina
Sekitar tahun 1940 di Veneto, Italia utara, masih hidup sebuah ritual yang mengikuti cerita Cinderella di mana pihak keluarga serta para tamu akan mencocokkan sebuah sepatu dengan ukuran telapak kaki calon pengantin wanita. Cinderella memang terkenal sebagai cerita asli Cinderella ditulis pertama kali di Cina pada abad 9 M. Lalu di tahun 1697, Charles Perrault merubahnya dalam versi Eropa berjudul “Tales of Mother Goose”.
Hubungan antara Cinderella dengan bangsa Cina bisa ditelusuri dari tradisi Cina yang mengharuskan kaki anak perempuannya berukuran sekecil mungkin. Tokoh Cinderella pun terkenal akan ukuran kakinya yang sangat kecil, sehingga dialah satu-satunya yang memiliki sepatu kaca dengan ukuran mungil tersebut. Pada bangsa Cina, tradisi ini bisa dikaitkan dengan legenda taki di abad ke-13 yang lahir dengan sepasang kaki bengkok. Untuk melegitimasi kekuasaan, maka pihak istana sebisa mungkin menjadikan cacat kaki ini sebagai symbol kekuasaan yang harus pula diikuti oleh rakyatnya. Walhasil, sejak kecil perkembangan seluruh kaki wanita Cina dibatasi agar memperoleh ukuran kaki kecil yang dikenal sebagai “kaki lotus”. Konon, pria cina pun mendapatkan kenikmatan seksual dari bentuk kaki tersebut. Bahkan bagi pria kebangsaan Cina, kaki merupakan wilayah yang paling menggairahkan dari tubuh wanita.
Leave a Reply