Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

2002_Maret_Edisi 132_Berbagi:
Sebuah masyarakat, sebuah asal pikiran terbuka, sebuah [aikon!] society
Harjuni Rochajati

Dari berbagi-Februari
Dari Pena Remy Sylado ke Kamera Nia Di Nata
Jum’at, 15 Februari 2002

Kehadiran penulis dan sutradara Ca Bau Kan berhasil menyesaki kantor [aikon!] dengan sekitar 30 peserta.

Ini adalah film layar lebar pertama bagi Nia. Sementara bagi Remy, ini adalah karya kesekian puluh, paling tidak sejak meluncurkan puisi-pusisi mbeling yang terkenal di tahun 70-an itu. Karyanya terakhir yang diterbitkan berupa naskah sandiwara berjudul Siau Ling.

Remy memiliki begitu banyak data tentang seluk beluk hidup etnis Tionghoa di Indonesia. Arsip Nasional dan sahabat karib adalah sumber pengetahuannya untuk Ca Bau Kan. Sementara Nia, adalah pembaca yang begitu mengagumi setiap detail gambaran dikalamkan Remy.

Ca Bau di tangan Remy maupun Nia, tak luput dari kritik dan kecaman. Bila Remy maupun Nia, tak luput dari kritik dan kecaman. Bila Remy dianggap “sok tahu” bahkan “menyudutkan etnis Tionghoa”, maka Nia dianggap “tidak mampu”. Tapi, keduanya terus melanjutkan karya dan menyodorkan masyarakat untuk menilai.

Menjelang magrib Remy Sylado harus berpamitan walaupun banyak peserta yang masih ingin bertanya. Acara dilanjutkan dengan pemutaran cuplikan beberapa adegan film Cau Bau Kan.

Sampai jumpa di Berbagi bulan Maret, bersama Asmujo dan Fabriek Gallery-nya.

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *