Rumah dalam Gang nya Dharmawan, kini hampir rampung.
Letaknya lebih di persimpangan tidak beraturan. Di sekitarnya terdapat rumah petak tanpa kamar mandi yang disewakan penduduk yang datang lebih dulu, kepada para pendatang yang membutuhkan.
Rumah itu bertingkat, berwarna putih. Jendela di lantai dasar berwarna kayu sedang yang di lantai atas di cat hitam. Warna hitam ‘matte/doff/flat’ pun menyelimuti elemen besi seperti talang air dan penyangga atap teras.
Angin semilir, terus bertiup melalui jendela-jendela dan lubang angin di tembok. Lantai rumah bagian bawah, berupa tegel lawas yang Dharmawan kumpulkan selama bertahun-tahun bersama dengan pintu, jendela, dan komponen rumah lainnya. Langit-langit lantai bawah merupakan papan-papan kayu jati yang tersusun rapih, sebagai lantai ruangan di atasnya.
Sebuah kamar mandi kecil di pojok sebelah dapur terlihat ‘kompak’ dan resik. Ia menggunakan tegel putih kecil-kecil ukuran 5 x 5 sentimeter sebagai pelapis lantai dan dindingnya. Sebuah kloset gaya lama, buatan jaman modern, berrantai menggantung di atasnya, menambah fungsi dan estetika ruang mungil itu.
Berbagai ide telah terpikir oleh Dharmawan. Antara lain, mengadakan pemutaran video bagi anak-anak sekitar, membuka pintu untuk anak-anak yang ingin membaca sambil menyediakan teh manis dalam teko, sebagai pengganti limun warna-warni beracun yang digemari ‘anak-anak kampung’ pada umumnya.
Rumah dalam gang ini terinpirasi oleh ‘teater dalam gang’ almarhum Teguh Karya, yang sekarang di telantarkan dengan menyedihkan oleh anak didik beliau.
Semoga segera bergulir berbagai program menarik dan berguna bagi warga sekitar rumah dalam gang itu.
Leave a Reply