Pahit dan pedas adalah rasa dari rujak pare kecombrang.
Tradisi makan rujak ini dimulai pada peringatan 20 tahun Tragedi Mei 1998, di hari Minggu, 13 Mei 2018 oleh Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong, Semarang. Tahun lalu, 2021, tradisi itu menyertai peletakkan sinci Martadinata Haryono, Ita.
Ita adalah seorang penyintas tragedi Mei 1998 yang dibunuh pada 9 Oktober 1998, empat hari sebelum dirinya berangkat untuk memberikan kesaksian pada sebuah konggres Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai kekerasan yang dilakukan oleh negara. Tim Gabungan Pencari Fakta, yang dibentuk presiden Habibie, menyatakan Tragedi Mei 1998 itu berlangsung dari 13 sampai 15 Mei 1998.
Bahan
- 3 buah Pare
- 600 mililiter air
- 1 sendok makan kapur sirih
- 1 sendok teh terasi
- 5 cabe merah
- 2 bunga Kecombrang
- 2 sendok makan asam jawa
- 200 gram gula merah
Cara membuat:
- Belah pare jadi dua bagian memanjang, buang bijinya, iris ½ – 1 cm.
- Rendam dalam campuran air dan air kapur sirih selama 45 menit, tiriskan, cuci bersih,
- Sambal kecombrang: Gerus cabai bersama garam dan terasi.
- Tambahkan ½ bagian kecombrang iris, dan gula merah, gerus hingga halus dan tercampur rata.
- Masukkan air asam jawa, aduk rata.
- Tambahkan sisa kecombrang iris, aduk rata.
- Cocol dengan pare yang sudah diiris tadi.
Selamat menikmati tradisi rujakan pare dan kecombrang sambil tetap menolak lupa.
Sebagai referensi tentang Tragedi Mei 1998, sila unduh dan baca materi keluaran Komnas Perempuan berikut ini dan ini.
Leave a Reply