2000_Agustus_Edisi 115_bahas:
pengendalian enceng gondok
Thomas Barano S.S
Pengendalian Enceng gondok di sungai Maro dan Wanggo, Merauke, Papua
Dalam edisi ini merupakan tulisan bagian terakhir dari artikel Pengendalian enceng Gondok di Sungai Wanggo dan Sungai Maro. Yang semula terdiri dari 4 bagian tulisan tetapi kami persingkat menjadi 3 bagian sehingga kami dapat mengisi artikel dengan subjek yang tak kalah menarik untuk edisi bulan depan.
Kualitas enceng gondok dan air kolam.
Kualitas enceng gondok sebagai media penumbuhan dan perkembangbiakan Noochetina sp harus dalam kondisi yang sehat dan segar. Begitu pula air yang merupakan tempat hidup enceng gondok senantiasa kaya akan nutrient dan perlu diperhatikan kondisi fisik serta kimia baik temperatur, pH dsb. Biasanya tanaman memerlukan penumpukan yang teratur, namun perlu diingat bahwa penumpukan yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan gulma lain seperti Salvinia sp, Lemma sp, Arolla sp menjadi lebih cepat. Apabila kualitas air menurun perlu segera diganti dengan air segar dan ditambah pupuk. Dalam kondisi panas dan suhu air dibawah enceng gondok melebihi 26°C maka kolam tersebut perlu diberi ruangan, begitu pula dengan pH air perlu dijaga anatar pH 6-7. Untuk kolam yang berdinding plastik tidak selalu memiliki masalah dengan penambahan pH, tetapi untuk kolam yang berdinding semen apabila keasamannya meningkat dapat diberi kapur yang menetralisir, atau dinding semennya dilapisi plastik.
Jenis tanaman lain adalah kontaminan.
Harus diperhatikan dalam becoding pool hanya diberikan enceng gondok jika ada tumbuhan air lainnya seperti yang disebutkan diatas ataupun jenis lainnya maka harus segera diambil dari dalam kolam. Jika tanaman pengganggu tersebut dibiarkan tumbuh bersama enceng gondok dalam becoding pool akan menjadi kontaminun dan mengganggu pengembang-biakan agen. Untuk pembersihan tanaman gulma dalam becoding pool dapat dilakukan dua cara yaitu pengambilan langsung dengan tangan tanpa alat atau dengan alat. Pengambilan tanaman gulma dlam becoding pool akan lebih efektif dengan menenggelamkan enceng gondok terlebih dahulu.
Memanen kumbang
Pemanenan kumbang secara teratur akan sangat baik untuk menjaga pertumbuhan media agen agar tetap sehat dan menghindari tingkat kepadatan populasi agen. Apabila indukan kumbang telah cukup mapan maka panenan dapat dilakukan setiap minggu. Panenan yang tidak teratur dapat menyebabkan enceng gondok sebagai media pertumbuhan serangga akan cepat mati akibat tekanan jumlah populasi yang besar. Bila hal ini terjadi maka proses perkembangbiakan agen dapat berhenti atau mencari inang lain dengan pindah ke kolam yang lain. Perlu diingat bahwa setiap hasil panenan dan peyimpanan agen untuk pelepasan harus dihindari dari panas.
Teknik memanen kembang ada beberapa cara seperti pengambilan tanaman gulma dari becoding pool. Ada pula uraian cara pengambilan agen dari enceng gondok sebagai berikut:
(a). Pemanenan kumbang dengan tangan
Teknik ini merupakan cara tradisional yang sering dilakukan yaitu mengambil kumbang dari tanaman dengan tangan. Kumbang bersifat nocturnal, sehingga selama siang hari (dalam kondisi terang) akan lebih sering bersembunyi di dekat mahkota enceng gondok atau di dalam gulungan daun muda yang belum sepenuhnya membuka. Pada malam hari, kumbang bergerak menuju tangkai dan memakan daun. Oleh karena itu pemanenan dengan tangan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin sebelum kumbang kembali menuju ke tempat gelap dan sejuk di bagian pangkal tanaman.
Kumbang yang telah tertangkap selanjutnya ditampung dalam wadah plastik yang dapat diperoleh dengan mudah dan murah. Agar kumbang dapat mudah masuk maka bagian penutup wadah diberikan corong sebagai jalan masuk penyimpanan agen yang tertangkap. Untuk menghindari cahaya terang didalam tabung plastik tersebut dapat diberikan beberapa potong daun serta batang enceng baik untuk tempat berlindung maupun pelepasan telur bagi induk yang siap bertelur.
(b). Panenan kumbang dengan pembenaman enceng
Cara kerja dari teknik ini sangat sederhana tetapi sangat efektif bagi kolam yang menghasilkan agen dalam jumlah besar. Tahapan pelaksanaan teknik ini adalah kita harus memiliki bentuk ram/kasa yang telah dibuat dalam bentuk setengah lingkaran. Selanjutnya kawat ram tersebut di letakkan di atas masa enceng gondok dan selanjutnya ditekan ke dasar kolam. Agar tidak merobek plastik polimer, bagian tepi kawat kasa sebaiknya sesudah dilapisi plastik sehingga aman bagi becoding pool. Untuk menahan tekanan balik kepermukaan oleh masa enceng gondok maka diatas kawat ram tersebut dapat diberikan beton pemberat. Pada tepi kawat yang berbatasan langsung dengan dinding kolam dapat dikaitkan kawat pengait berbentuk S di dinding kolam sehingga tekanan beban beton coe tidak sampai ke dasar kolam.
Secara alami kumbang akan muncul kepermukaan peraian untuk mengambil oksigen. Dalam waktu kurang lebih 5-10 menit sejak awal pembenaman enceng gondok, kumbang akan muncul satu persatu bergerak ke permukaaan. Pada saat itulah, dengan alat penyaring daun teh dengan mudah kita memanen agen yang telah muncul dipermukaan.
Manfaat lain dari teknik ini adalah dengan pembenaman enceng gondok dapat/mengendalikan/mematikan serangan tungau merah. Tungau merah ini dapat juga dimatikan dengan akatinida yang tidak membunuh agen misalnya “merotan”.
Mengkoleksi Neochetina sp dari lapangan
Lokasi yang telah terinvasi oleh kumbang penggerek enceng gondok tersebut akan menjadi habitat pembibitan di alam. Hasil perbanyakan Neochitina sp tersbut dapat dengan mudah dipindahkan ke lokasi-lokasi lain yang belum tercemar.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana kita dapat memanen agen yang telah mapan di habitat alami. Ada beberopa model yang dapat digunakan antara lain:
(a). Pengambilan dengan tangan
Pengambilan dengan tangan secara langsung tidak terlalu sulit, tetapi sangat tidak efektif jika agen yang akan diambil dalam jumlah besar. Disamping itu akan menyita banyak waktu jika dilakukan sendiri. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat bila mengarahkan tenaga manusia dengan jumlah besar.
(b). Pengkoleksian enceng yang terinvasi
Cara yang kedua umumnya lebih disukai orang karena lebih mudah dan praktis, yaitu dengan mengumpulkan enceng gondok yang telah terinvasi. Dengan cara ini maka bisa menghemat waktu dan tenaga yang lebih besar. Namun ada beberapa kendala yang akan dihadapi dengan penerapan metode ini yaitu :
(b.1.). Harus dilakukan secara hati-hati agar gulma air lainnya tidak ikut terambil dan pindah ke daerah baru yang belum terinvasi sebelumnya.
(b.2.). Enceng gondok segar cukup berat dan merepotkan dalam pengangkutan. Apabila populasi Necochetina sp di lapangan rendah, diperlukan jumlah enceng gondok yang cukup besar sehingga memadai dalam mencapai target penyebaran.
(b.3.). Sebagaimana penyimpanan agen yang telah dipanen, maka penyimpanan enceng gondok yang diambil harus dihindari dari panas yang ekstrim pula.
Secara singkat disusun langkah-langkah sbagai berikut:
Tahap Pertama 1:
1. Mempersiapkan tempat becoding dan pengisian air tawar
2. Pemilihan bibit enceng yang segar dan penyiapan pupuk
3. Pemberian pupuk dan gambar becoding pool yang telah di set-up
Tahap kedua (setelah tiga hari dari tahap 1):
1.Serangga dewasa dimasukkan dengan jumlah 200 (dengan komposisi 100°C dan 100°C)
2. Setelah 4 minggu serangga betina mulai bertelur berikut fase kehidupan
3. Selam tiga bulan 10 hari, dilakukan perawatan, dengan memberikan gulma-gulma yang tumbuh di dalam bak becoding.
Tahap ketiga(panen pertama setelah 70 hari):
1. Cara panen yang dengan menenggelamkan enceng gondok, setelah kurang lebih 10 menit serangga akan muncul dan mengapung, lama penenggelaman enceng kurang lebih 45 menit.
2. Serangga yang mengapung kemudian diambil dengan saringan dan disimpan dalam kotak penampungan sementara.
Tahap keempat (pengisian data base dan perencanaan pelepasan):
1. Setelah serangga ditangkap kemudian dihitung jumlahnya dan dimasukkan dalam table data base.
2. Selama menunggu masa panen telah dilakukan pengkajian dan pemilihan lokasi-lokasi penting yang akan menjadi tujuan pengendalian.
Tahap kelima (pemeliharaan)
1. Setelah panen pertama, satu minggu kemudian dilakukan panen kedasar dan panen-panen berikutnya setiap minggu selama satu tahun.
2. Setelah satu tahun, isi buk dan dinding buk dibersihkan secara total kemudian proses becoding dimulai dari awal lagi. Dalam proses pembenihan asal jangan dilakukan bersamaan untuk semua kolam, tetapi satu persatu karena kolam yang lain dapat menjadi sumber bibit serangga bagi kolam yang sudah dibenihkan.
3. Setiap tiga minggu pemupukan kepada enceng-enceng yang mulai mati segera diganti dengan yang baru. Dan enceng jangan sampai tampak menguning.
4. Jika air telah berkurang ditambah dengan air baru. Temperatur air harus tetap terkontrol (maximum 30°C dan minimum 15°C)
Tahap keenam (pelepasan):
1. Serangga yang telah di panen disimpan dalam box penyimpanan. Sebelumya box tersebut telah diisi cacahan dari enceng gondok. Box tersebut harus disimpan dengan kondisi yang sejuk, jangan sampai terkena panas matahari.
2. Jumlah populasi yang dilepas di alam minimal sebanyak 400-500 individu dewasa dengan perbandingan jantan 50% dan betina 50%.
3. Pelepasan harus ditempat yang teduh dan air yang tenang.
4. Jumlah serangga yang dilepas dicatat tanggal, jam dan jumlahnya. Juga perlu adanya dokumentasi visual (minimal photo), tentang kondisi awal lokasi sebelum pelepasan serangga.
Pelibatan masyarakat lokal dalam pengendalian enceng gondok sangat baik untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus menjadi media pendidikan.
Leave a Reply