1996_mula September_Edisi 052_bahas:
Pasar: (kata benda) tempat
Ternyata…
Setiap 500 jiwa membutuhkan pasar seluas 0,15 HA. Berarti, untuk sekitar 9 juta jiwa (jumlah penduduk Jakarta saat ini) dibutuhkan pasar seluas 2.700.000 M2. Saat ini luas pasaar di Jakarta adalah 945.857 M2 (data terakhir PD Pasar Jaya), jadi masih kurang 1.754.173 M2. Sementara itu, dalam 7 tahun terakhir paling tidak ada 5 buah pasar digusur, 3 buah digususr untuk pelebaran jalan, 1 buah untuk pembangunan pelabuhan, 1 buah untuk pembangunan terminal).
Pasae Legendaris di Djogja
- Pasar Beringhardjo; Berawal dari penjualan barang bekas dipakai atau bekas dicuri, Pasar Beringhardjo kini berkembang menjadi tempat transaksi segala kebutuhan masyarakat Djogja maupun pendatang. Dari kain batik lusuh sampai kembang-kembangan daapt ditemukan disana.
- PAsar Burung Ngasem; Pasar yang satu ini surge bagi pecinta burung. Berbagai jenis burung dan ayam berikut pakan dan sangkarnya ada di sini. Ada juga rupa-rupa ikan, makanan, serta aquariumnya.
- Pasar sapi di Kuncen; Jika hari pasaran tiba, sapi-sapi pun siap digiring untuk dijual. Pasar Penaksir sapi mulai memilih jenis sapi yang jempolan untuk dipotong.
Tahu / tidak?
Bursa yang memperjualbelikan kertas berharga, ada awalnya adalah Pasar Gelaran (curb market). Bermula di Amerika Serikat tahun 1849 kertika ditenukan emas di California. Biasanya diadakan di jalan oleh makelar dan lebih berupa pertemuan yang tidka terorganisasi. Tapi kemduian, ketika mulai memperjualbelikan kertas berharga kegiatannya pun mulai diatur oleh pemerintah.
Pasar Khas di Bandung
Pasar besi: Jl. Aceh
Pasar buku: Pasar Cihargeulis, Jl. Palasari dan Jl. Surapati-Suci.
Pasar barang elektronik; Jl. Cikapundung
Pasar sepeda: Jl. Banceuy
Pasar onderdil mobil: Jl. Banceuy
Pasar ban dan velg bekas: kawasan Viaduct dan Jl. Rajawali Timur
Pasar loak (baju, kaset, tape mobil): Jl. Cipahit
Pasar perlengkapan militer & survival: Jl. Malabar
Pasar mesin dan onderdil serta besi rongsokan: Jl. Jatayu
Pasar pakaian khusus ABRI, seragam & perlengkapan camping: Jl. Jatayu
Pasar bahan bangunan bekas/material bekas (teralis, kusen, pintu rumah dsb):kawasan Jl. Sukarno Hatta, Jl. Pasir Koja dan Jl. Situ Aksan
Pasar oleh-oleh khas Bandung: Jl. Otto Iskandar Dinata (Pasar Baru)
Pasar kain: Jl. Tamim (kawasan Pasar Baru)
Aturan Unik di Pasar Baru (pada Jaman Belanda)
- Orang yang memiliki penyakit borok dan kudis tidak diperkenankan berada di okasi penjualan daging
- Daging yang datang dari tempat jagal ahrus ditutup
- Penjual daging harus memakai baju dengan lengan ¾.
- Pada pukul 13.00 wiB, gong dibunyikan untuk menandakan bahwa daging sudah tidak segar lagi dan harganya harus diturunkan sampai ½-nya.
- Pukul 13.00 WIB, gong kecil pun dibunyikan sebagai tanda bahwa kegiatan jual beli harus dihentikan.
- Pukul 14.00 WIB pasar dicuci dan dibersihkan
- Pukul 16.00 WIB,penjual makanan matang mulai berdatangan. Begitu pula dengan pemain rebab, suling dan kecapi, sehingga suasana menjadi seperti pasar malam.
- Pukul 01.00 WIB, penjual sayur mulai berdatangan. Pada saat itu pula pengunjung muali berbelanja sambil menikmati hidangan dan suasana pasar malam.
- Pukul 04.00 WIB, pengunjung mulai pulang dengan menggunakan delman, sehingga, pada jaman itu bila orang mendengar derap langkah kuda, orang pasti tahu bahwa itu pukul 4 pagi.
Pasar “wajib kunjung” di Bali
- Sukawati, terletak di desa Sukawati-Ubud, Gianyar, 20 km dari Denpasar. Di sini tersedia berbagai baju, kaos, kain dan pernak-pernik kahas Bali. Yang suka tawar menawar pasti pada suka dengan pasar ini, karena harga yang didapat ada yang samapi sepertiga atau seperempatnya! Apalagi kalau datangnya pagi-pagi, pokonya “shop till you drop”.
- Pasar Kumbasari, Isinya hampir sama dengan pasar Sukawati, tapi lokasinya ada di pusat kota Denpasar, jadi harganya agak lebih tinggi.
- Pasar Badung. Letaknya tepat disebelah Pasar Kumbasari, dibatasi sungai sembahyang untuk umat Hindu
- Pasar Senggol Kuta Buka mulai sore hari. Yang ini pasti heboh unutk yang suka makan. Ada seafood khas Bali, ketupat tahu (disebut santok), nasi goreng, makanan dan jajanan khas Bali seperti srombotan, babi guling Gianyar, la’lak, jaja uli, juga es ronde, es campur, es buah, dan es-es yang lain…sedap!.
Munculnya Pasar Tradisional di Bandung
- Awalnya (tahun 1846) berada di Jl. Kapatihan. Namun, tahun 1848 terjadi huru-harta Munada yang menyebabkan pasar tersebut terbakar. Sejak saat itu, tak ada lagi pasar di kota Bandung, sehingga ornag berjualan di sekitar Jl. Cikapundung, Jl. Asia Afrika
- Lalu, muncul Pasar Babatan (Pasar Lama di belakang Pasar Baru) yang menjual bahan makanan dalam partai besar engan harga miring. Pasar ini kemudian berpindah sampai 2 kali ke Ciroyom dan Caringin.
- Tahun 1906, Kota Bandung dibangun sebagai Kota Praja dan pasar pun digunakan sebagai wahanan untuk memperluas kota dnegan pertimbangan bahwa pasar akan dapat menarik orang untuk tinggal di sekitarnya.
- Sudirman, Asia Afrika dipilih sebagai poros utama pembangunan kota Bandung. Untuk kawasan Utara, dibangun Pasar Baru. Untuk kawasan Selatan dibangun Pasar Tegaleja. Untuk kawasan Barat, disaat itu dibatasi oleh Jl. Cibadak, didirikan Pasar Andir dan untuk kawsan Timur didirikan Pasar Kosambi.
Mengapa dikawasan Pasar Kosambi banyak dijumpai masakan Jawa Timur dan jamu? Jawabannya berawal pada tahun 1896, ketika daerah Bandung dan Cimahi dijadikan pusat garnisun militer. Saat itu, pabrik senjata dipindahkan dari Surabaya ke daerah tersebut, sehingga para pegawainya ikut pindah dan menetap di sana. Kawasan yang berada di sekitar Pasar Kosambi itu kemudian dinamakan Babakan Surabaya.
Pasar bisa juga berarti Pekan Raya (Fair)
- Sekitar 1000 SM, seringkali para pedagang dari berbagai negara berkumpul dengan caraan mereka di Mesir, Syria, Palestina, dan Mesopotamia dalam sebuah festival yang diadakan pada hari libur (Kata “fair” sendiri berasal dari bahasa Latin “feria”, yang berarti hari libur). Mereka membawa barang-barang dari dan ke tempat-tempat yang jauh seperti India, Afrika, Asia untuk dipertukarkan atau perjualbelikan. Sejak saat itu, pekan raya mulai surut, karena saat itu sudah ada pedagang grosir (wholesaler) dan pengecer (retailer).
- Pada abad 18, Revolusi Industri merubah cara distribusi dan konsumsi barang di dunia. Tidak diperlukan lagi mengumpulkan barang dari penjuru dunia untuk diperjualbelikan (dalam pekan), karena setiap negara bisa membuat dan memiliki pengecernya sendiri.
- Kini, “fair” bisa juga berarti pameran (expo atau exhibition), dan kembali menjadi satu cara efektif untuk mepromosikan barang dari seluruh penjuru dunia.
- Pameran Internasional pertama di Asia adalah Expo 70 di Osaka, Jepang. Pameran ini berlangsung dengan sukses dan berhasil menarik lebih dari 64 juta pengunjung dalam 183 ahri. Saat itu, ada 77 peserta dalam area seluas 330 HA.
Sumber tulisan. Compton’s Interactive Encyclopedia, Copyrught (c) 1994, 1995 Compton’s New Media, Inc. Ensiklopedia Indonesia, Buku 5. Indonesia Hand Book, Bil Dalton, Moon Publication Inc., 1995. Profil Profinsi RI, DKI, Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara. Humas PD Pasar Jaya. Laporan Survey Pasar dalam Kota Bandung oleh Ir. Haryoto Kunto dan Wawancara dengan Ir. Haryoto Kunto. Sumber Ilustrasi. Dong Bret No.3, November 1989
Leave a Reply