2002_Maret_Edisi 132_Temu:
One style individu Tiarma
Joni
Anda bosan dengan kecenderungan gaya yang seragam? Berbahagialah, karena Anda tidak sendirian. Ternyata tidak sedikit orang beranggapan bahwa trend busana telah membuat banyak hal menjadi seragam, bahkan ada yang mengatakan telah membunuh kepribadian dan kreativitas.
Tiarma Dame Ruth Sirait, dengan Studio Poleng-nya, adalah salah seorang yang beranggapan seperti itu. Karenanya, setiap pakaian atau kostum yang diciptakannya kental dengan semangat personal, identitas, dan tampil beda. Terinspirasi oleh ungkapan sosiolog Irfing Goffman, “Fashion is a presentation of self”, maka Tiarma mengembangkan konsep “One Style One Individu”.
Ama, panggilan perempuan berusia 33 tahu ini, tidak segan-segan menawarkan sebuah konsep baru dalam busana, sehingga pemakainya dapat tampil sebagai dirinya sendiri. Hal ini sungguh tampak saat ia memperlakukan batik Indramayu. Di tangan Ama, batik yang umumnya berkaitan dengan sesuatu yang bersifat tradisional telah dipresentasikan dengan desain-desain kontemporer sehingga pemakainya merasakan bahwa batik Indramayu merupakan pilihan atau cara untuk mengekspresikan dirinya.
Bagi lulusan Jurusan Desain Tekstil ITB dan Fashion Design RMIT Australia ini, busanan karyanya sangat mengundang banyak interpretasi, sebagai layaknya karya seni. Bayangkan saja, fantasia apa yang akan ada di benak Anda ketika melihat karya busananya yang berbulu atau bermotif psychedelic.
“Bulu-bulu itu khan saya buat dengan warna ang manis dan wah. Mengundang orang untuk menikmati keindahannya. Tapi rasanya seperti menjilat loli. Enak sebentar lalu sakit gigi……,” paparnya dalam bulletin Surat terbitan Cemeti.
Dengan dasar pemikiran seperti itu, mungkin mudah ditebak seoerti apa pribadi perempuan pecinta anjing ini, atau justru malah sebaliknya?
Sumber: Surat 11, Sweet Lolly Intalation “Batik Indramayu Dalam Busana Casual”, @Pikiran Rakyat, 3 Desember 2000.
Leave a Reply