Memperingati Hari Kartini dan Hari Bumi
21 April 2013
Hari Kartini, Hari Bumi
Kegiatan ini merupakan acara yang digagas untuk berbagi pengalaman mengenai usaha memperbaiki ruang hidup kita di Jakarta, terutama yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Kami akan sangat bangga apabila dapat berbagi berbagi gagasan yang baik bagi Kota Jakarta dan penghuninya, dan untuk acara Hari Kartini Hari Bumi ini kami ingin menampilkan para pembicara sebagai berikut;
1. Ukke Kosasih, Circa
Berbagi mengenai pengalamannya melatih warga dalam pembuatan handicraft,
2. Reda Gaudiamo
Berbagi mengenai buku Serial Catatan Kemarin: Na Willa dan pengalamannya menerbitkannya secara patungan,
3. Puput Ahmad Safrudin, KPBB
Berbagi mengenai gagasan Car Free Day dan penerapannya hingga hari ini,
4. Nizamudin Aulia, Team Manager ‘Sadewa Otto’, Universitas Indonesia
Tim ini akan berlaga di ajang Shell Eco-marathon, Sepang, Kuala Lumpur dengan ciptaan timnya, yaitu: mobil hemat energi. Tim ini menampilkan purwarupa (prototipe) mobil dari tim tahun lalu yang berhasil memenangkan piala,
5. Joddy Krisnadi, Mobil Elektrik Indonesia
Berbagi soal pengalamannya melakukan konversi mobil bertenaga mesin BBM ke mobil bertenaga listrik, dan suka dukanya. BioBemo juga merupakan produk ‘hasil’ kolaborasi komunitas ini.
6. Ingri Lalan, Tim mobil Etanol STKIP Surya
Berbagi soal rencana pertarungan di Sirkui Sepang, Bulan Juli mendatang,
7. Anugrah Nurrewa, BikeBdg
Berbagi soal komunitas bike-sharing pertama di Indonesia,
8. Adityayoga, Indonesier
Berbagi soal Bingkai Nusantara, komunitas yang mengajak banyak keluarga untuk berfoto bersama.
Adapun acara ini diharapkan akan dapat diselenggarakan pada;
Hari/tanggal Minggu, 21 April 2013
Bertempat di Taman Suropati
Pada pukul 08.30 – 10.30 WIB
Kegiatan
Yoga Gembira oleh Yudhi Widdyantoro, pukul 07.00 sampai 08.30
Obrolan Warga, pukul 08.30 – 10.30
Konperensi Pers Paguyuban Bemo Jakarta, pukul 10.30
Foto keluarga di taman oleh Bingkai Nusantara, pukul 10.30
Musik oleh @suROCKpatiJAMM
Gelaran;
Buku Serial Catatan Kemarin: Na Willa
Circa Handmade
Pop-up Market, Ruang kolekan
The Cookie Lady
Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara
Catatan
1. Penggerak kegiatan juga akan mengundang warga yang berumah di sekeliling Taman Suropati untuk hadir dan meramaikan Obrolan Warga di Taman Surapati,
2. Pengunjung diharap menjaga kebersihan Taman Suropati dengan tidak membuang sampah, serta memungut sampah yang ditemui saat beraktivitas di Taman Suropati,
3. Membawa minum dan makanan dengan kemasan TIDAK berbahan styro-foam,
4. Pengunjung dianjurkan menggunakan kendaraan umum, berjalan kaki, bersepeda, berkendaraan tenaga listrik atau yang rendah emisi karbon,
5. Diharap pengunjung tidak merokok dalam lingkungan Taman Suropati.
—
Pendahuluan
Hari Bumi yang diperingati di seluruh dunia setiap tanggal 22 April dicetuskan oleh Gaylord Nelson, anggota Senat di Amerika Serikat, bersama gerakan masyarakat sipil sejak 1970. Dasar pemikiran peringatan hari bumi ini bermula dari kepedulian dan keprihatinan terhadap kondisi lingkungan hidup global yang makin memburuk akibat eksploitasi berlebihan oleh manusia. Gerakan lingkungan hidup ini menjadi semakin penting setelah isu perubahan iklim dan pemanasan global mengemuka di era 2000-an. Gerakan ini kemudian diadopsi oleh PBB sebagai Hari Ibu Bumi internasional sejak 2009. Berbagai hal terus dilakukan oleh masyarakat dunia sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup. Termasuk misalnya gerakan Earth Hour yang diselenggarakan pertama kali pada 2007 oleh World Wildlife Fund Australia di kota Sydney, yaitu gerakan mematikan lampu selama satu jam, untuk penghematan enerji.
Di Indonesia gerakan untuk memperingati Hari Bumi berlangsung setidaknya sejak 1990-an. Sementara itu untuk mengurangi emisi gas buang, kota Jakarta menjalankan program Car-Free-Day, hari bebas-Mobil. Memang gerakan lingkungan hidup di Indonesia terus bergulir, walau berjalan dengan sangat lambat. Namun hal positifnya adalah bahwa upaya kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup ini terus meningkat dengan adanya komitmen, keterlibatan dan kerjasama antara warga dan lembaga-lembaga sosial, dengan pihak pemerintah dan pihak swasta. Tanpa kesadaran dan kerja sama erat antara berbagai pihak maka upaya pelestarian lingkungan hidup ini menjadi sangat sulit dan lambat.
Satu masalah di antara banyak permasalahan terpenting dalam pelestarian alam ini, adalah bagaimana menurunkan polusi akibat gas buang kendaraan bermotor. Berbagai hal yang menyebabkan lemahnya kesadaran akan polusi dari kendaraan bermotor, khususnya di Indonesia: pertama adalah kurangnya kesadaran warga di satu sisi, serta kurangnya upaya dari pemerintah untuk mendorong berkembangnya industri otomotif berbasis enerji terbarukan. Selain itu kendala lainnya tentu saja biaya tinggi yang harus dikeluarkan oleh industri otomotif untuk melakukan konversi mesin penggerak kendaraan bermotor. Indonesia dengan jumlah penduduknya yang sangat besar, dan pertumbuhan ekonominya yang terus meningkat, maka permasalahan polusi kendaraan bermotor semakin menjadi mengingat indonesia adalah pasar otomotif konvensional yang sangat besar. Bahkan memang hampir di seluruh dunia, jalan raya masih didominasi oleh kendaraan bermotor Bensin.
Permasalahan
Upaya untuk mengajak masyarakat maupun pemerintah memahami betapa pentingnya mengubah pola transportasi yang digunakan harus dimulai, walau dengan langkah yang sangat kecil dan sederhana. Lingkaran setan dalam permasalahan konversi enerji tidak akan selesai bila hanya diperdebatkan. Dalam hal ini maka BioBemo sebagai salah satu upaya gerakan akar-rumput yang sangat sederhana dan kecil untuk megatasi masalah polusi. Biobemo adalah upaya gotong-royong warga untuk meremajakan Bemo berbahan bakar bensin campur yang polutif, dikonversi menjadi bemo listrik tanpa emisi gas buang. Pemahaman Biobemo ramah-lingkungan memang mempunya catatan penting, bahwa penggunaan listrik di DKI, sementara ini masih berbasis pembangkit tenaga listrik yang belum menggunakan enerji terbarukan.
Tujuan Program Biobemo ini adalah agar bemo dapat kembali hidup di kota Jakarta ini, menghidupi kota Metropolitan ini, selain menghidupi juga warga pengemudi Bemo yang selama ini makin terpinggirkan oleh kemajuan jaman. Dengan skala kerja demikian maka upaya ini tidak dapat dilihat dalam kerangka pikir manufaktur atau industri besar padat-modal. Biobemo merupakan bagian dari upaya ‘survival’ para pengemudi Bemo, dengan inisiatif dari Yayasan Aikon yang nirlaba, untuk memperbaiki nasib pengemudi Bemo itu sendiri maupun kondisi tranportasi publik agar lebih ramah-lingkungan. Penting untuk digaris-bawahi adalah bahwa Biobemo bukanlah program padat teknologi dan padat-modal, karena Biobemo adalah program pemberdayaan sosial dari masyarakat warga kota secara gotong-royong, memanfaatkan teknologi tepat-guna dan ramah-lingkungan berbiaya terjangkau, dengan memperhatikan aspek budaya dan historis.
Mengapa dimulai dari Bemo? Hal ini karena Bemo sebagai transportasi publik yang masih terus dibutuhkan untuk lingkungan pemukiman warga, juga memiliki nilai historis dan ‘tabungan emosional’ tinggi di warga penggunanya. Nama Bemo berasal dari kata “becak motor” yang menjelaskan upaya pemerintah mengganti dan memodernisasi transportasi publik dari Becak menjadi kendaraan bermotor. Bemo yang nama aslinya Daihatsu Trimobile, masuk ke Jakarta pada era Soekarno, menjelang diselenggarakannya Ganefo (Games of Emerging Forces Organization) pada 1963. Sejak itulah Bemo menyebar di berbagai kota di pulau Jawa.
Dalam waktu dekat diharapkan pengembangan Biobemo akan dibangun berbasis open source, artinya rincian teknis dalam proses peremajaan Bemo menjadi Biobemo akan dibuka seluas mungkin sehingga dapat diakses siapapun secara gratis. Dengan demikian pengemudi Bemo atau siapa pun yang minat, dapat membangun atau merakit Biobemo sendiri tanpa harus melalui sejenis produsen otomotif ataupun perantara/dealer Bemo. Pengemudi atau pemilik Bemo dapat memesan langsung perangkat motor listrik ke pabriknya untuk kemudian memasangnya sendiri, dengan asistensi dari aikon :: Yayasan Pikir Buat Nusantara, apabila dibutuhkan. Dengan sistem demikian diharapkan Biobemo dapat semakin mudah dan meluas penggunaannya.
Pembicara + Partisipan
Adityayoga, Indonesier
{bingkai nusantara} sebuah inisiatif sederhana yang sadar akan kekuatan “kehangatan keluarga” mengajak semua individu untuk mempererat ikatan keluarga dalam sebuah bingkai memori yang terekam dalam sebuah lembar foto keluarga. “Satu Keluarga se-Nusantara” menjadi jiwa {bingkai nusantara} untuk mengajak seluruh Indonesier* berbagi foto keluarga, dan dengan sadar menjadi satu keluarga yang hangat dari sabang sampai merauke. {bingkai nusantara} adalah sebuah inisiatif dari www.hiduplahindonesiaraya.
+62815.141.86902
bingkai.nusantara.id@gmail
Anugerah Nurrewa, BikeBdg
BikeBdg didirikan di pertengahan 2012, merupakan komunitas bike-sharing pertama di Indonesia. Bike-sharing adalah sebuah sistem layanan transportasi umum berupa sepeda yang dapat disewakan untuk perseorangan sebagai transportasi sehari-hari. Menyediakan sepeda yang dapat digunakan sebagai transportasi alternatif selain kendaraan bermotor yang diharapkan dapat berdampak baik terhadap pengurangan polusi udara dan suara serta kepadatan lalu-lintas. BikeBdg menyewakan sepeda yang sampai saat ini, tersebar di 10 titik shelter di kawasan Bandung.
Joddy Krisnadi, Electric Vehicle Indonesia atau Mobil Elektrik Indonesia
Sebuah proyek privat menjadi komunitas yang mengkonversi kendaraan konvensional yang berbahan bakar bensin atau solar, ke kendaraan bertenaga listrik / hybrid.
Bersama Tenny Bagindo, ia memulai komunitas ini di 2011. Saat ini anggotanya telah berjumlah 90 orang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, saling berbagi pengalaman sekitar penggunaan energi listrik kendaraan dan lainnya. Tujuan komunitas ini adalah mendorong penghematan penggunaan bahan bakar minyak yang saat ini menipis dan akan diberlakukannya regulasi pembatasan BBM bersubsidi oleh pemerintah.
Puput Ahmad Safrudin, Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB)
+62816.897959
puput@kpbb.org
www.kpbb.org
http://
Reda Gaudiamo
Ibu dari Soca Sobhita, istri dari Eddie Prabu ini sebenarnya sudah suka menulis sejak kecil. Tetapi baru benar-benar memanfaatkannya sebagai sumber mata pencaharian di jaman kuliah dan akhirnya berlanjut sampai sekarang. Reda juga suka menyanyi.
Meskipun pernah bekerja di lebih dari sepuluh perusahaan, karier Reda Linda Gaudiamo sebetulnya banyak dihabiskan pada bidang kreatif, dan terutama pada dunia tulis menulis. Semasih menjadi mahasiswa di Jurusan Sastra Perancis, Universitas Indonesia (1981-1986), ia telah menulis cerpen untuk mencari tambahan uang jajan.
Setelah lulus ia bekerja di pelbagai media cetak, seperti Gadis, Mode, HAI, dan Cosmopolitan. Ia pernah pula bekerja di Avon Indonesia, sebuah perusahaan kosmetik, itu pun sebagai penulis teks iklan (copywriter). Setelah itu, Reda banyak berkecimpung di sejumlah agen periklanan, dari sebagai senior copywriter sampai creative director di Ogilvy, McCann Erickson dan Bates Indonesia.
Naskahnya memenangkan Lomba Penulisan Cerita Pendek Majalah Femina (1990), Lomba Penulisan Novel Femina (1990), dan Lomba Penulisan Cerita Pendek Majalah Gadis (1991). Cerpennya dimuat dalam buku kumpulan cerpen Gallery of Kisses & China Moon (2002 & 2003). Sementara, kumpulan cerita pendeknya, Bisik-bisik, diterbitkan oleh EKI Press pada 2004.
Bersama Ari Malibu, ia membuat musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono. Albumnya antara lain Hujan Bulan Juni (1989), Hujan dalam Komposisi (1996), Becoming Dew (2007). Akan ke Manakah Angin merupakan rekaman lain, yang juga merupakan musikalisasi puisi Emha Ainun Najib, Acep Zamzam Noor, dan AGS Arya Dipayana.
Kini tamatan program S2 Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia yang lahir di Surabaya, 1 Agustus 1962 ini sedang asyik menimba pengalaman baru di dunia minyak dan gas, setelah sebelumnya selama 4 tahun menjadi penerbit untuk tujuh majalah perempuan dari grup Kompas-Gramedia: Kawanku, Sekar, CHIC, Prevention, InStyle, MORE, dan Martha Stewart Living. Pada 2008 ia terpilih sebagai salah satu dari 14 penulis yang diundang mengikuti Ubud Writers & Readers Festival.
@RedaGaudiamo
http://
facebook: Reda Gaudiamo
Pop-up Market
Merupakan bagian dari Ruang Kolekan, gerakan konversi amal. Pop-up market ini menjual barang-barang beraneka ragam, mulai dari barang sandang, aksesoris, karya foto, dan lain-lain yang dikirim publik. Seluruh hasil penjualan dari pop up market ini akan disumbangkan untuk komunitas anak-anak pengidap kanker di Rumah Sakit Dhamais.
—
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi;
Inggita Notosusanto: 08111.62646, inggita@gmail.com
Arief Adityawan: 0858.640.65146, arifaditya@yahoo.com
Enrico Halim: 0811.951.087, rico@aikon.org
Leave a Reply