1997_akhir Juli_Edisi 073_peduli:
notasi tidak selalu menjamin permainan musik yang sama
Tanpa notasi, permainan cello Johann Sebastian Bach mungkin tidak pernah dapat dimainkan oleh para musikus saat ini. Kemerduannya tidak pernah dapat kita dengar. Kita bahkan mungkin tidak pernah mengenal nama Bach di jajaran musikus besar.
Tulisan adalah bukti, yang tidak hanya berarti tapi juga dapat menggambarkan perasaan. Begitu pula dengan notasi. Bahkan lebih istimewa dari tulisan, notasi dapat menggambarkan panjang nada, jarak di antaranya, dan ketukan. Notasi adalah tanda nada yang menerjemahkan dinamika dan kekuatan perasaan karena itu, tidak mengherankan bila ada ungkapan “musikus tidak membaca notasi melainkan mendengar”
Ilmu tentang notasi telah ada jauh sebelum manusia mengenal tulisan. Pada masa itu, manusia mengkomunikasikan musik secara lisan dalam bentuk pola kata. Baru pada tahun 300 SM, diperkirakan bangsa Mesir kuno telah mengena adanya proses penyusunan musik melalui sistem tanda menggunakan tangan dan jari.
Ketika manusia mulai mengenal tulisan sebagai salah satu cara berkomunikasi, lahir pula keinginan untuk membuat tanda nada. Beragam notasi kemudian muncul berdasarkan kebutuhan masyarakat penciptanya. Di Barat, notasi diciptakan dari musik vocal. Di Yunani dan Mesir justru berawal dari instrument musik.
Bangsa Yunani kuno adalah yang pertama menggunakan alphabet sebagai notasi, yang mereka sebut notasi instrumental. Bangsa Cina menggunakan suku kata sebagai symbol untuk notasi. Abad 2 SM bangsa Jepang telah mengenal istilah notasi pentatonic dengan lima suku kata; kung, shang, chueh, chih, dan yu. Sedang bentuk notasi kita kenal saat ini biasa disebut notasi seumatik baru ditemukan abad 9 M. Bentuk awalnya berupa garis, kurva, dan lengkungan untuk menandakan tinggi dan rendahnya melodi.
Dengan notasi, kelanggengan sebuah alunan musik dimungkinkan dapat terpelihara. Namun, untuk beberapa kalangan notasi tidak menjamin sepenuhnya permainan musik yang persis sama seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Kalangan ini berpendapat bahwa bukan merupakan hal yang sulit untuk menerjemahkan ide atau ritme dari sebuah musik ke dalam notasi. Tapi, kesulitan terbesar akan timbul ketika kita meminta orang lain untuk memainkan musik berdasarkan notasi tersebut. Selalu akan memainkan musik berdasarkan notasi tersebut. Selalu akan terdapat perbedaan, yang bersumber dari perbedaan interpretasi. Karena itu, notasi bukanlah sesuatu yang eksak.
Sumber:
Mark, Diater. Sejarah Musij Jilid IV.
Sadie, Stanley (ed). The New Groove, Dictionary of Music and Mucisians. Macmillan publisher, 1980.
Jean, George (ed).Writing: The Story of Alphabets and Scripts. Thames and Hudson, 1992.
Leave a Reply