Dimulai dari mendapatkan tiang-tiang kayu berukuran 14 x 14 x 290cm, bekas rumah limasan, sebuah proyek eksperimen dimulai.
Proyek kali ini berupa pembangunan sebuah warung makan dan ngopi yang terinspirasi dari menjamurnya warmindo – warung mi Indonesia – di Yogyakarta. Permasalahan yang ingin dijawab adalah bagaimana menyodorkan perubahan sosial yang berkelanjutan melalui kegiatan menjual makanan dan minuman sederhana.
Terbayang adanya sebuah warung yang mempertemukan berbagai pihak dari berbagai kelas, berbincang, saling tahu, kenal, dan paham, sehingga selain wareg (kenyang perut), juga dapat mendorong adanya pikiran yang sehat – waras. Ikut mendorong kondisi wareg dan waras itulah inti dari eksperimen kali ini.
Tiang-tiang kayu dari kayu nangka lawas itu akan menopang atap berupa genteng kripik. Dinding-dindingnya akan berupa pintu-pintu yang terbuat dari seng gelombang berangka kayu sengon. Arsitekturnya akan mengadopsi banyak benda bekas untuk menyodorkan impresi kesederhanaan (frugal), mentah (raw), dan transparan.
Pada akhir Maret 2025 lalu, penggalian sumur bor sedalam 12 meter dengan pemasangan pompa immersive memulai proses perwujudan mimpi ini. Semoga akan berjalan, bergerak maju sampai jauh nantinya.
Leave a Reply