2001_Agustus_Edisi 127_Bahas:
meracik gaya lawasan, menjadi retro.
Ade Tanesia
Kini kerap kita jumpai karya desain grafis-baik dalam bentuk buku, kartu pos, poster, agenda-yang sarat dengan sentuhan indis. Desainer grafis Harry Ong Wahyu dan Konsultan Desain Le Bo Ye merupakan salah satu pelopornya yang turut berperan menyebarkan gaya ini dalam dunia desain grafis Indonesia. Hal-hal apa saja yang menjadi latar belakang mereka merevitalisasi visual tempo duli ini.
Le bo ye….mendengar nama ini, ingatan kita langsung dibawa pada berbagai produk kartu pos, kaos, poster, agenda yang memakai gaya tempo dulu. “Kami mengistirahatkan gaya desain grafis ini adalah gaya retro, bukan indis. Karena kami telah mengambil unsur kuno yang kemudian diulang dan diberi sentuhan kekinian,” ungkap Bapa Hermawan Tanzil dari Le Bo Ye. Tak sekedar comot sana-sini, Le Bo Ye menganggap bahwa di jaman kolonial telah tumbuh desain grafis. Artefak poster, reklame atau barang apapun di masa lalu itulah yang dikumpulkan, didokumetasikan, untuk kemudian diperkenalkan kepada masyarakat. Setidaknya masyarakat tahu bahwa ada koleksi sejarah yang sangat berharga, demikian misi Le Bo Ye lawasan ini.
Transformasi semangat lama ke produk baru juga dilakukan oleh Harry Ong Wahyu, desainer grafis yang telah melahirkan hampir 300 sampul buku. “Saya biasanya mengambil gambar-gambar gaya indis yang kemudian dimaknai baru sesuai tema bukunya. Dengan cara ini saya ingin agar orang juga melihat sejarah. Bahkan meskipun gambarnya baru, saya sering memakai font dan warna berkesan lawasan (masa lampau). Saya ingin mengambil kesan berjarak dengan teknologi. Dengan komputer, orang bisa membuat image apapun, saya malah ingin tidak berkesan teknologi. Kesan manual dan craftmanshipnya tetap ada,” ungkap pria yang berdomisili di Yogyakarta ini. Dalam konteks kekinian, ekspresi indis yang juga sering disebut gaya lawasan memang tidak sekedar akulturasi budaya penjajah dan pribumi, tapi telah mengalami pemakaman baru, yaitu ketika wujudnya menggoreskan ingatan masyarakat akan sejarah, ekotisme dan nostalgia.
Leave a Reply