1995_mula Oktober_Edisi 030_jalan:
Mencari Wujud Dewi Sri
Rasa syukur pada saat batang-batang padi menunduk dan bulir-bulir berubah keemasan diungkapkan para petani dengan berbagai ritual untuk sosok imaji; Dewi Sri.
Rasa cemas pada saat hujan tak kunjung datang dan hama meradang, juga diungkapkan petani dengan berbagai sesaji untuk sosok imaji; ketika petani mulai mengenal peradaban Hindu, tapi jauh sebelum masa itu. Konon symbol kesuburan tanah ini sudah dikenal sejak manusia masih hidup pada peradaban batu besar.
Dari masa ke masa, dari daerah ke daerah, Dewi Sri ditampilkan dalam wujud dan cara yang hampir tidak pernah sama. Adalah sebuah kekayaan tak terhingga bagi kita karena memiliki tradisi ini. Namun, pada saat teknologi dipilih menjadi jawaban untuk menghadapi keterbatasan lahan garapan; Apakah sosok Dewi Sri masih akan hidup?
Dewi Sri adalah tinggalan masa lalu, yang terasa makin tergerus dan memudar. Paling tidak itu yang dirasakan oleh Ray Bachtiar, hingga ia merasa perlu untuk beraksi dan bercerita lewat dokumentasi visualnya.
Mungkin meruapakan sebuah hal yang baru dalam dunia fotografi untuk memadukan foto dengan tari, nada apalagi sandiwara yang dikemas alur cerita fiksi. Tapi, itulah cara Ray Bcahtiar untuk menyusuri hidup Dewi Sri dari masa ke masa.
Tahun depan, sebuah dokumentasi fotografi dalam format alternative akan digelar. Kita akan menyaksikan evolusi panjang yang dipepatkan dalam pagelaran sepanjang lebih kurang enam puluh menit.
Leave a Reply