1997_akhir Agustus_Edisi 075_bahas:
Kunci
Setiap bangsa telah mengembangkan kunci dengan ragam bentuknya. Bangsa Yunani kuno menggunakan kunci dari kayu berbentuk bulan sabit. Desain ini mengikuti bentuk lubang kunci yang dipasang di pintu. Walaupun tidak terlalu aman, kunci sabit ini merupakan awal teknologi pembuatan kunci.
Kunci logam untuk pertama kalinga digunakan oleh masyarkat Romawi kuno, Kuncinya dirancang secara khusus dengan mempertimbangkan kemungkinan dibuat duplikat. Mereka juga memikirkan bentuk kunci yang efisien, misalnya dengan memperkecil ukurannya dan mempermudah sistem buka tutup. Pemikiran ini kemudian melahirkan penjepit dari perunggu. Orang Romawi saat terkenal sebagi penghias kunci yang piawai, dengan langgam satwa serta bunga-bungaan, kunci-kunci mereka tidak kalah cantik dengan anting-anting. Selain itu, mereka pula yang kemudian berhasil menjadi penemu kunci yang cara kerjanya menjadi prototype modern.
Hingga abad 16, kunci digunakan di seluruh Eropa untuk mengamankan kotak-kotak perhiasan. Konsep dasar kunci ini diadaptsi dari kebudayaan Cina yaitu dengan teka-teki nomor yang dipasang pada sebuah kumparan yang bisa berputar. Jika nomor kodenya tepat maka kotak akan terbuka.
Era baru dalam pembuatan kunci dimulai tahun 1778, ketika Robert Baron dari Inggris menemukan kunci pasak pengukit. Kemudian di tahun 1784, Joseph Bramah membuang prinsip dari pengamanan kunci proyeksi. Lalu mematenkan bentuk kunci terbaru berbentuk silinder, 1818, Jeremiah Chubb menemukan kunci detector.
Sampai pertengahan abad 19, Inggris menjadi pusat pengembangan kunci di dunia. Karena itu, bangsa Amerika tidak mau ketinggalan, Linus Yale dari Connecticut adalah bapak kunci Amerika, kunci model Yale dipatenkan tahun 1961. Ayah Linus Yale juga seorang penemu kunci yang mengkonsentrasikan diri pada pengembangan kombinasi kunci. Idenya kemudian disempurnakan oleh James Sargent dari Rochester, New York, yang mengembangkan kombinasi kunci untuk peti besi. Sargent dari Rochester, New York, yang mengembangkan kombinasi kunci untuk peti besi. Sargent tidak berhenti mengeksplorasi bentuk-bentuk kunci, pada tahun 1973, ia berhasil mematenkan kunci dengan pengatur waktu, yang menjadi kunci pengaman untuk bank-bank modern hingga saat ini.
Juru Kunci di Gunung Merapi
Kedudukan juru kunci adalah pemimpin informasi dalam masyarkat di sekitar Gunung Merapi. Ia dianggap perantara manusia dengan Eyang merapi, yaitu penguasa gaib gunung tersebut. Dan sebagai perantara, tidak jarang, penduduk datang kepada juri kunci untuk memohon bantuan spiritual.
Selain itu, hanya juru kunci yang dapat member izin boleh tidaknya pendakian gunung. Peranannya sangat diperlukan untuk mencari orang yang tersesat, hilang atau mendapat kecelakaan di Gunung Merapi. Menurut cerita dulu ada seorang penunggang kuda yang memasuki wilayah Merapi tanpa seijin juru kuncinya yaitu Kyai Wonodriyo. Amarah sang juru kunci pun timbul sampai ia berseru, “Biarkan saja. Dia datang kesini hanya untuk menyetorkan nyawa ke dalam jurang. Orang kok tidak mempunyai sopan santun”. Tidak lama kemudian penduduk melaporkan adanya seorang penunggang kuda yang mati tersungkur masuk jurang berikut kuda-kudanya.
Bisanya juru kunci pun menjadi pemimpin pengambil jenazah, korban dalam pendakian gunung. Sebelumnya, ia akan melakukan puasa selam tiga hari berturut-turut untuk mendapatkan tanda-tanda gaib dari Eyang Merapi. Tujuan puasa ini untuk meminta ijin dan memohon keselamatan untuk orang-orang yang akan mengambil jenazah. Setelah tanda gaib diperoleh, melalui mimpi yang biasanya berlangsung dini hari antara pukul 02.00 – 03.00, langsung saja ia akan membakar kemenyan dan menyediakan bunga-bungaan sebagai tanda syukur. Barulah bersama penduduk, juru kunci mulai melakukan pengambilan jenazah. Setelah ditemukan jenazah dimasukkan dalam karung atau keranjang bamboo yang biasa digunakan untuk membawa babi. Selama pengambilan jenazah, keluarga korban harus menyiapkan sesajian berupa; nasi jagung, sambal goreng, ayam, pisang, perkedel, kerupuk, dan lain-lain, yang ditentukan oleh juru kunci.
Seorang juru kunci biasanya mempunyai jajar atau wakil yang disyahkan keratin dan bertugas membantu memelihara Merapi. Seorang jajar secara otomatis akan menggantikan jabatan juru kunci lama akan mengusulkannya kepada tepas kawedanan pangulon sebagai wakil keratin. Kalau usulannya diterima, maka pihak keratin akan mengeluarkan surat kekancingan yaitu surta pengesahan pengangkatan seorang sebagai abdi dalem dan pemberian gelar. Jika juru kunci meninggal, pihak keratin akan meminta kembali surat pengesahan tersebut. Gelar untuk juru kunci tidak bisa diwariskan kepada keturunannya secara otomatis seperti halnya gelar-gelar kebangsawanan. Tidak mudah menjadi juru kunci, karena harus memiliki keberanian, kekuatan fisik, sanggup memelihara dan menjaga Merapi, mengabdi tanpa pamrih kepada sultan dan yang utama memliki kesaktian untuk berhubungan dengan leluhur dan makhluk halus.
Sumber
Encyklopedia Amerucana
Triyoga, Sasongko Lucas, Manusia Jawa & Gunung Merapi : Persepsi dan Sistem Kepercayaannya, Gajah Mada University Press : 1991
Majalah Basis, Pebruari: 1990
Brouwer, M.A.W. Psikologi Fenomenologi. Gramedia, 1984
Percakapan dengan Ir. Mahatmanto, Dosen Arsitektur Universitas Duta Wacana
Leave a Reply