Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

Kuas

Written in

by

1997_akhir Februari_Edisi 063_bahas:
Kuas

Lebi dari 200 tahun yang lalu, China telah mengembangkan alat tulis menulis yang sangat sederhana yang kita kenal sebagai kuas (untuk menulis/kaligrafi) atau fude ke-5, Jepang mengadopsi cara tulis menulis China berikut peralatannya. Setelah abad ke-13, kuas merupakan satu-satunya alat tulis di Jepang.

Pertama kali kuas dipakai untuk menulis dan menggambar. Perbedaan bahan, bentuk dan komposii serta fungsi kuas menjadikan beragamnya kuas yang ada. Kuas itu sendiri biasanya terbuat dari bulu binatang seperti rusa, kelinci, raccoon, tupai, domba, luak musang, srigala, kucing, anjing, sedang bahan lainnya digunakan seiring sejarah perkembangan seni lukis dan kaligarafi. Bahan lain yang dipakai untuk kuas ialah beberapa jenis bulu unggas, buluh bamboo, kulit padi, berbagai rumput yang dikeringkan. Sedangkan untuk tangkai pegangannya, biasa dipakai bamboo atau kayu. Selain fude, kuas lain yang dikenal di Jepang ialah hake, yaitu kuas yang dibuat khusus, dikerjakan secara manual dan diproduksi terbatas. Hal inilah yang menyebabkan mahalnya harga kuas jenis ini dan biasanya digunakan untuk mengecat, mengelem, memoles pernis dan semacamnya.

Dari beragam tipe kuas, kuas kaligrafi merupakan yang paling banyak perkembangannya. Tetapi, sistem kategori cukup mudah, mulai dari angka 1 sampai 10, tergantung pada diameter pegangannya. Klasifikasi ini berdasarkan pebandingan panjang dan diameter kuas itu sendiri, teknik produksi, kasar halusnya bulu yang dipakai dan bahan lain yang digunakan.

Cara membersihkan kuas
Cucilah kuas dengan air suam-suam kuku; jangan menggunakan air panas karena dapat merontokkan bulu kuas dan merusak logam pengikatnya. Usapkan ujung kuas pada sabun dan tekanlah hingga berbusa lalu bilas dengan air dingin sampai cat luntur.

Disadur dari:Japanese Brsushes, Kodansha International , 1979
Hasil wawancara dengan pelukis Djoko di Studionya di Madukismo
Hasil wawancara dengan Lucia Hartini di rumahnya, di Bugisan
Hasil wawancara dengan Indratama, perupa muda dari Bantul

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *