2001_Juni_Edisi 125_Sekitar Kita:
Kritik Seni Rupa, Masih Perlu Diperbincangkan
Ade Tanesia
Dunia seni rupa memang aneh! Kualitas dari infrastrukturnya saja masih harus diperkuat, tapi sudah ribut dengan gelimangnya bisnis di bidang ini. Di tengah ramainya pembicaraan soal komodifikasi karya seni rupa yang dicurigai dapat memandulkan daya kreasi para perupa, maka sebuah komitmen untuk membangun kritik seni seakan tenggelam menjadi tak begitu penting. Padahal kita tahu bahwa melimpahnya uang dari praktek pasar seni rupa, juga telah membahayakan independensi para kurator dan kritikus seni rupa di Indonesia. Yayasan Seni Cemeti di Yogyakarta, rasanya tak harus terpengaruh dengan berbagai gemerlap pasar seni rupa. Kesadaran untuk menciptakan situasi infrsatruktur seni rupa yang sehat tetap dibangun. Salah satu caranya dengan tetap melakukan diskusi dua bulanan perihal kritik seni. Lagipula, diskusi seni rupa belum menjadi budaya di kalangan perupa, khususnya Yogyakarta, terbukti dengan jarangnya acara semacam ini diadakan.
Sudah hampir delapan bulan terakhir, program ini secara mendalam mengulik “kritik seni”, Para pemikir muda seperti Antariksa dan Nuraini dari media KUNCI, Rain Rosidi dari Gelaran, Kuss Indarto, Warsono, Danu Wijoyo dari Etnovertika, telah diajak untuk melontarkan pendekatannya tentang kritik seni. Menurut Sujud sebagai koordinator program, metodologi kritik seni rupa masih sangat jarang dibicarakan. Sehingga dengan adanya berbagai pendekatan, seperti Cultural Studies, analisa dari sudut apresian, filsafat, mungkin bisa dicari sintesa untuk membangun metodologi yang pas untuk kritik sastra yang sudah memiliki pisau analisa yang cukup ampuh”, ujar sujud. Tentunya upaya yang dilakukan Yayasan Seni Cemeti sangat penting untuk dunia seni rupa di masa mendatang. Untuk sementara ada baiknya melupakan isu hangat tentang pasar seni rupa. Simak saja seluruh hasil, diskusi ini di majalah SURAT terbitan yayasan Seni Cemeti.
Yayasan Seni Cemeti
Jl. Patehan Tengah no. 37 Yogyakarta 55133
t:0274-375247
Leave a Reply