1996_akhir September _Edisi 053_peduli:
Kota Tua Jakarta
Yudi
Bayangkan kalau Kota Tua Jakarta kembali ditata
Kota Jakarta kini punya ‘hajat besar’. Di wilayah ‘kota’ yang dikenal dengan sebutan Old Batavia pada zaman baheula, rencanannya akan dibuat menajdi kawasan kota tua. Renacana yang diberi nama Revitalisasi Kota TUa itu meliputi kawasan seluas 139 hektar. Terdiri dari 88 hektar di wilayah Jakarta Barat dan 51 hektar di wilayah Jakarta Utara. Seperti apa nantinya bentuk wilayah kota tua tempo dulu itu? Kita lihat saja nanti.
Yang pasti, cobalah berdiri di puncak Menara Pengawas/Syahbandar (Uitkijk) di ujung Jalan Pasa Ikan, Jakarta Utara. Sejauh mata memandang akan tampak sisa-sisa peninggalan sejarah Kota Jakarta tempodulu. Si sebelah Utara dari menara itu, tampak berderet-deret perahu Phinisi merapat di dermaga pelabuhan tradisional Sunda Kelapa. Sementara di seberang muara Kali Besar (agak ke Timur dari Pelabuhan) berdiri sebuah gedung bekas gudnag barang Westzijdsche pakhuizen) yang kini menjadi Museum Bahari serta sebagian kecil dari tembok kota Batavia tempo dulu.
Sekitar 500 meter ke arah selatan, tampak lagi sebuah jembatan penyeberangan tua yang telah direnovasi. Pada zaman VOC (Verceenigde Oost-Indische Compagnie) jembatan itu dikenal dengan sebutan Hooder-pasarbrug, atau Jembatan Pas Ayam. Jembatan yang ebntuknya mencontek dari jembatan gantung di Belanda itu, dibuat pada awal Abd ke-18, bersama beberapa gudang tempat penyimpanan rempah-rempah yang masih utuh berdiri hingga sekarang. Dan semakin ke Selatan ada sebuah bangunan bertingkat gaya klasik yang dibangun pada tahun 1707 pada masa Gubernur Jenderal Joan van Hoorn. Gedung yang pada masa itu disebut Stadhuis sekarang ini dikenal sebagai Museum Fatahillah.
Pemandangan itu, barulah sebagian kecil dari peninggalan sejarah Kota Jakarta tempo dulu. Kalau kira mau lebih teliti lagi mengamati kawasan ‘kota tua’ itu ternyata hampir setiap jengkal tanahnya memiliki nilai sejarah yang tak terhingga. Contohnya, sebut saja muara Kali Besar yang ada di pinggir Jalan Pakin, Jakarta utara itu. Sewaktu dilakukan pengerukan guna menanggulangi banjir pada 1980-81, ditemukan sejumlah keramik kuno dari berbagai negara. Seperti keramik Cina dari dinasti Ming dan Ching, keramin Jepang zaman dinasti Imari dan Karatsu, keramik Thailand dari abad ke-14 dan ke-19, serta keramik dari Persia dan Eropa. Sementara tidak jauh dari muara tersebut, teaptnya di sudut antara Jalan Cengkeh dan Jalan Nelayan Timur, Pernah ditemukan sebuah Prasasti Padrao dari abad ke-16, yang kini tersimpan di Museum Nasional (Museum Gajah). Nah, kalau semua itu ditata kembali,,,bayangkan!!
Leave a Reply