Modal sosial berupa pengetahuan lokal, tradisi, dll. yang dimiliki oleh teman-teman di pedalaman Indonesia adalah sangat besar. Sama halnya dengan luasnya ilmu, keahlian, jaringan yang dimiliki masyarakat kota. Bila dua hal ini dipertemukan, dikombinasi prinsip yang adil dan lestari, niscaya keseimbangan kehidupan baru akan dapat diraih.
Menurut banyak tulisan di media, seperti ini, itu, atau itu, dan ini atau yang ini, serta banyak lagi tulisan semacam, saat ini sedang ada ‘kebutuhan’ mendesak untuk merevisi/memperbaiki mekanisme pasar yang kapitalistik. Kita percaya, bahwa kerusakan ekologis dan terjadinya banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia, merupakan dampak dari sebuah mekanisme pasar yang mendorong manusia yang terlibat di dalam dan di sekitarnya untuk terus berpikir, berusaha menimbun kekayaan finansial pribadi atau kelompoknya secara terus menerus.
Bila tidak dianggap realistis untuk menggantikannya, setidaknya perlu diusahakan akan adanya sebuah sistem produksi dan jual-beli yang lebih tepat untuk berjalan pararel dengannya.
Yang mau dituju adalah terbentuknya komunitas yang bermartabat dalam mengisi kehidupan. Komunitas ini menghidupi sebuah proses produksi dan jual beli sebagai alternatif dari mekanisme ekonomi yang ada. Komunitas ini percaya, bahwa masyarakat yang mandiri dan seimbang dalam menjalankan proses hidup, adalah kunci kehidupan yang lebih baik.
Suatu proses ekonomi yang adil dan lestari disepakati dan dijalani bersama. Masyarakat lokal, kaum urban, dan publik dilingkupi oleh sebuah narasi yang disepakati bersama untuk menjadi pengikat dan pendorong perbaikan. Masing-masing bekerja, berkontribusi, sekaligus menjadi pemilik komunitas yang terbentuk.
Diawali dengan kegiatan kelompok lokal di pedalaman Nusantara bertemu dan berkolaborasi dengan perancang, akademisi, pemusik, dan lain-lain, untuk saling mengembangkan narasi kehidupan. Orang-orang ini memproduksi produk produk, tangible maupun intangible, yang progresif dan mendunia oleh karena narasi kehidupan yang dimilikinya dirancang, diproduksi, dan diperjualbelikan secara adil dan lestari. Progresif karena merupakan lompatan besar dalam memengaruhi kehidupan orang banyak. Perlu mendunia karena komoditi yang ditawarkan memiliki pasar di seluruh dunia. Dalam prosesnya, setiap anggota kelompok akan menjalankan peran sebagai roda-roda gigi yang membuat mesin berputar. Mesin bersama yang menghasilkan keuntungan bagi masing-masing komponen di dalamnya. Kelompok masyarakat adat berbagi kapital berupa pengetahuan lokal dengan para desainer yang mengontribusikan keahliannya. Kapital sosial berupa pengetahuan dan hubungan merupakan ‘mata uang’ yang dipertukarkan secara adil. Proses ini dijalankan seefisien dan seefektif mungkin, dengan menggunakan teknologi yang ada, dan dilakukan secara masif, menyebar.
Sebuah perhelatan kemudian diselenggarakan sebagai perayaan atas pencapaian bersama dan untuk memberi ‘penghargaan’ atas pencapaian dalam menjawab tantangan kehidupan yang bersahaja dan berestetika. Kegiatan ini pun penting untuk memperoleh perhatian sekaligus meraih keterlibatan publik yang lebih luas.
Dua hal di atas diharapkan akan dapat terus mendorong terbentuk dan berkembangnya komunitas yang ber-koperasi. Satu orang, satu hak suara, dan kepemilikan bersama, menjadi landasan interaksi dan transaksi. Anggota kelompok menjadi bagian dan pemilik komunitas itu. Masing-masing menentukan arah perkembangan komunitas yang terbentuk. Beragam komoditi yang dihasilkan akan menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi sesama anggota.
Pararel dengan kegiatan-kegiatan di atas, sebuah ruang bersama dipersiap dan dijalankan.
Sebuah lahan kosong di tengah kota, disewa, dipinjam, atau ‘diduduki’.
Lahan tersebut dikonversi menjadi ruang kerja yang penuh dengan berbagai transaksi. Transaksi modal sosial sampai ekonomi. Masyarakat kota memiliki destinasi baru untuk dihadiri secara terus menerus, karena tempat ini menyodorkan berbagai hal yang layak dikonsumsi secara jasmani dan rohani.
Ruang ini menjadi outlet bagi produk-produk mulai dari bahan makan pokok, sampai dengan produk-produk fungsional berestetika tinggi hasil dari kelompok-kelompok lokal yang mengusung kebaikan secara ekologis, sosiologis dan estetis. Narasi lokal, tradisi, ilmu, dan kekayaan alam masyarakat lokal serta berbagai isu HAM dikedepankan melalui berbagai medium yang dirancang dengan baik. Selain sebagai pasar bersama, ruang bekerja bersama pun disiapkan, di samping ruang pamer dan diskusi.
Leave a Reply