Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

1998_April_Edisi 089_bahas:
Kemasan 4R (reuse, reduce, refill, recycle)

Seorang ibu dari Suku Dayak Bungan dipusingkan oleh sampah bungkus mie isntan yang ternyata tidak habis dibakar. Mie Instan, sebuah panganan baru kegemaran anak-anak hulu Sungai Kapuas ternyata berbuntut panjang – yaitu persoalan sampah. Sebelumnya, sampah rumah tangga mereka adalah sampah organik yang habis dimakan bakteri atau mikroba di dalam tanah. Oleh karena mie instan berasal dari kota, maka warga Suku Dayak Bungan memutuskan untuk mengirim kembali sampahnya ke kota melalui sungai.

Tidak hanya masyarakat pedalaman Kalimantan Barat yang bingung mengatasi sampah plastik, para desainer kemasan juga dihadapkan pada persoalan baru. Sebuah penerlitian membuktikan bahwa sampah kemasan menduduki peringkat tertinggi dari jenis sampah rumah tangga. Dan kini para desainer ditantang untuk merancang kemasan yang ramah lingkungan tanpa mengurangi daya tarik dan fungsi kemasan sebagai pelindung sebuah produk.

Beberapa cara sudah dipikirkan untuk mengatasi sampah kemasan. Misalnya saat ini telah dirancang bentuk kemasan yang bisa dipakai lagi [re-use]. Atau kemasan yang dapat diisi kembali [refill] dalam jangka waktu lama. Beberapa produsen telah menerapkan sistem ini, bahkan berani memberikan potongan harga kepada konsumen mereka yang mau berpartisipasi melakukan pengisisan ulang, seperti yang ditawarkan oleh The Body Shop, sebuah perusahaan kosmetik dari Inggris.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah memproduksi kemasan dengan materi daur ulang [recycle material]. Contohnya materi kertas daur ulang sangat efisien sebagai bahan baku kemasan, karena baik untuk lingkungan dan tampilannya lebih menarik ; Juga sangat baik jika menggunakan bahan plastik daur ulang seperti jenis plastik PET [polyethylene terephthalate] yang kualitasnya bagus, jernih dan bisa di daur ulang. Perusahaan Procter and Gamble telah menggunakan jenis plastik ini untuk kemasan produk deterjen Lenor. Dan yang juga menjadi kelebihan produk Lenor adalah usaha memadatkan deterjen [concentrate detergent] sehingga mengurangi penggunaan kemasan [reduce].

Yang lagi populer di industry kemasan adalah materi Biodegradable karena dipercaya dapat menjawab masalah sampah plastik. Pengertian Biodegradable adalah cara menghancurkan sampah dengan proses alam, misalnya melalui bakteri, mikroba. Untuk mengatasi sampah nonorganik, maka dikembangkan photobiodegradablenya itu kandungan plastik yang dapat dihancurkan oleh cahaya matahari. Namun cara inipun tidak bisa 100% menghancurkan plastik, karena masih saja tertinggal partikel-partikel plastik yang dapat mengkontaminasi air dan tanah. Disamping itu penerapan photobiodegradable masih dirasakan terlalu mahal dan tidak praktis. Untuk masa mendatang para ahli berharap bisa menemukan materi kemasan yang bisa dihancurkan lebih mudah dan aman. Mungkin sebaiknya para desainer dan ahli belajar dari Dayak Kalimantan yang sudah ratusan tahun membuat kemasan ramah lingkungan, misalnya botol mereka terbuat dari buah labu; materi tas bawaannya dari daun pandan, kulit kayu, akar rotan, piring dari daun pisang yang semuanya juga bisa dipakai lagi [re-use], diisi kembali [refill] di daur ulang [recycle] dan tentunya mengurangi produksi kemasan yang kadang terlalu boros [reduce].

 

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *