Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

1997_mula Januari_Edisi 060_senggang:
Kalau perlengkapan perang jadi koleksi

Penggemar perlengkapan militer (biasanya perlengkapan militer Amerika) punya banyak alasan untuk menjelaskan hobi unik mereka. Mulai dari penjelasan untuk mengenang peristiwa dunia sampai penjelasan mengenai penemuan mutakhir. Dengan segala alasan tersebut, perlengkapan perang memang kemudian jadi begitu menarik untuk dikumpulkan. Bayangkan saja, dalam kategori perlengkapan perang ini ada tas yang dapat menampung berat beban 60 kg, namun terikat disandang, Anda hanya akan merasakan berat paling tidak 10 kg saja! Tidak hanya itu, Ada juga celana, biasa disebut ribstop, yang terbuat dari bahan yang tidak akan membuat sebuah robekan meluas ke bagian lain dan hanya memerlukan waktu 15-30 menit saja untuk mengeringkannya (sambil tetap dikenakan) setelah dicuci/atau basah).

Barang-barang seperti ini sebenarnya bisa saja dibeli di toko-toko Army Look yang ada. Namun para penggemar perlengkapan perang nampaknya lebih suka membeli dari rekan sehobi, yang berburu langsung barang-barnag ini dari tempat asalnya. Selain lebih murah, keasliannya juga terjamin. Dari rekan sehobi ini mereka punya kemungkinan besar untuk mendapat barang-barang “used”. Barang seperti ini biasa dibeli langsung dari tentara (dari Amerika pada umumnya) atau di PX, sebuah koperasi tentara di Amerika, yang hanya mau menjual perlengkapan kepada tentara dan orang-orang tertentu, yang mempunyai kartu keanggotaan. Apa saja yang menjadi koleksi mereka?

Ternyata cukup beragam, mulai dari botol minuman yang digunakan Tentara Amerika saat Perang Teluk, Seragam digunakan waktu menjaga Tembok Berlin, sampai Ransel milik Pasukan Khusus Angkatan Darat Amerika. Paling tidak itu yang jadi sebagian koleksi milik Rajes, salah seorang kolektor di sini. Ia mengaku mengkoleksi barang semacam ini karena memang membutuhkan perlengkapan untuk naik gunung, dan untuk barang dengan sejarah khusus, merupakan kebanggaan tersendiri untuk menyimpannya.

Walau pernah ada larangan mengenakan pakaian tentara (motid loreng), para kolektor tidak takut kena razia. Menurut mereka, larangan tersebut hanya berlaku untuk pakaian militer Indonesia. Motif loreng sendiri ternyata banyak macamnya, beberapa di antaranya adalah; wood-land, yang digunakan ketika perang Malvinas,; teogerstrip, untuk pakaian perang Vietnam; dan tricolors, pakaian untuk di gurun. Jadi tidak hanya sekedar loreng-loreng. “Orang awam mungkin susah membedakannya. Seperti batik, hanya orang yang mengerti batik yang tahu daerah asal batik tersebut,” papar Rajes.

Sejarah memang selalu menjadi hal yang menarik bagi manusia, makanya mengkoleksi benda saksi sejarah yang dimaksud adalah perang, kenangan yang tertingal semoga akan mengingatkan kita akan keganasannya, tentang ribuan korban yang ditinggalkan. Dengan demikian, tak perlu lagi ada perang selanjutnya.

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *