2000_Maret_Edisi 110_bahas:
Jalan-jalan ke Taman Nasional Alas Purwo
Kerabat WWF #Martin Ronaldi#1411
Perjalanan kami pada bulan November tahun lalu memang di luar program. Yang kami ketahui hanyalah sepenggal informasi bahwa ada Taman Nasional di Ujung Jawa Timur, yaitu Blambangan. Berbekal kemauan untuk menambah daya jelajah dan semangat observasi yang tinggi, kami sepakat untuk berangkat. Untung sebelumnya jagawani di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memberikan sedikit gambaran mengenai daerah tersebut.
Alas Purwo! Kesanalah kami akan menuju dengan kendaraan bis yang melalui Banyuwangi maupun jember. Setelah ganti bis menuju Kalipait, kami pun meneruskannya dengan ojek menuju Kantor Balai Taman Nasional yang berada di Pasar Anyar. Selama perjalanan dari Banyuwangi menuju ke Alas Purwo kami sempat heran karena banyak yang menanyakan maksud dan tujuan kami ke daerah tersebut. Kehenaran itu segera terjawab setelah mendapat keterangan dari pihak pak tri Haryono (Jagawana setempat), ternyata banyak “orang pintar” yang datang kesana untuk mendapat wangsit.
Setelah itu perjalanan kami teruskan menuju Rawabendo untuk mendaftar. Di Rawabendo dapat dilihat peninggalan sejarah berupa Pura Agung yang menjadi tempat upacara Pagerwesi bagi umat Hindu yang diadakan sekali dalam 210 hari. Sekitar 15 menit dari Rawabendo kami tiba di Pantai Trianggulasi, tepatnya pada pukul 3 sore dan istirahat di penginapan terdekat. Keindahan pantainya memang luar biasa, menyerupai Karang Ranjang yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon.
Setelah puas melepas, lelah kami menyempatkan waktu untuk berjalan menuju Sadengan yag dapat ditempuh selama 30 menit. Disana dapat terlihat sekawanan banteng dan rusa yag kadang asyik merumput di padang pengembalaan yang luas, juga terlihat beberapa ekor burung merak hijau, kangkarang, juga sekawanan burung rangkong yang terbang kabur dari dalam hutan seolah menyambut kedatangan kami. Wah…indah sekali!
Di malam pertama, acara kami adalah istirahat total. Bayangkan saja, kami telah berjalan dari Taman Nasional Brimo Tengger Semeru selama 2 hari. Tapi karena kami hanya mempunyai waktu selama 2 hari. Tapi karena kami hanya mempunyai waktu 2 hari untuk berada disini maka jadwal pun harus ketat agar bisa mengunjungi objek lainnya.
Pada hari kedua, niat untuk ke Pancur dan Plengkung terpaksa batal. Menurut Pak Komar (jagawani setempat), di Pancur sedang ada pembangunan Mesjid yang didanai oleh para “orang pintar” dan dibantu masyarakat dan PHPA. Sebenarnya kami tertarik ke Pancur karena ada yang cukup dikenal yaitu Goa istana. Disamping mempunyai panorama pantai yang indah dengan formasi karang hitam dan pasir gotri yang khas, goa ini juga sering digunakan untuk semedi. Sementara di Plengkung terdapat ombak yang terkenal diseluruh dunia dengan sebutan “G Land atau “ The Seventh Giant Wave Wonder,”Gelombangnya memang sangat spektakuler engan ketinggian rata-rata 4-6 meter dan panjang gelombang sejauh 2 km susul menyusul sejauh 7 gelombang sehingga sangat bagus untuk berselancar air (surfing).
Memasuki hari ke tiga, kami berangkat memukul Ngegelan dengan menyisiri pantai sepanjang 7 km atau 1,5 jam dari pantai Trianggulasi. Disana dapat dijumpai tempat penetasan telur penyu dan metode sensus yang dilakukan.
Hari ini merupakan hari terakhir di Alas Purwo. Pada sore hari kami menghabiskannya dengan menikmati matahari terbenam di pantai. Dan malam harinya kami berbicara banya dengan pak Komar mengenai mitos Alas Purwo, kendala dan masalah yang ada di Taman Nasional ini. Kami juga bersyukur karena masyarakat setempat mendukung program yang dicanangkan pihak Perhutani dan PIPA untuk menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang ada disini.
Tanpa terasa, Alas Purwo harus kami tinggalkan. Sabtu(27 November) pagi, kami bersiap-siap untuk pulang. Setelah membereskan semua administrasi maka kami pamit untuk kembali ke Jakarta membawa cerita dan pengalaman baru yang membuat kami merasa semakin bersemangat dan bertanggung jawab untuk turut serta menjaga dan melestarikan kelestarian dan kehijauan hutan beserta isinya yang kami miliki di negeri nan indah ini.
Leave a Reply