Di kala negara mengalami kemunduran ekonomi, presiden Obama mengusahakan pemulihan dengan menginvestasikan 12 milyar dolar di bidang pendidikan. Memperbaiki gedung, mengadakan banyak komputer, menaikkan gaji guru? Ya, itu semua, namun bukan pada sekolah-sekolah berperingkat tinggi dan terkenal, tapi di sekolah-sekolah kecil (community colleges).
Mengapa demikian?
Menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Stanford dan IFO Institutes di Munich; dengan sekedar meningkakan kualitas belajar di sekolah (seperti membuat kelas dengan pelajar lebih sedikit, menggaji guru lebih tinggi, menyediakan perangkat belajar modern), tidak selalu mendorong hasil yang lebih baik. Terbukti dengan studi yang dilakukan di Amerika, Perancis, dan Jerman, bahwa menaikkan pengeluaran pada pada pendidikan saja, hanya menghasilkan performa negara yang stagnan. Perhatian yang terfokus pada menaikkan jumlah anak yang masuk sekolah, atau mengusahakan sebuah sekolah berada dalam ranking atas dunia, ternyata tidak membawa hasil yang diinginkan, yaitu mendorong kemakmuran sebuah negara.
Pertanyaan sebenarnya adalah: pengeluaran bagi pendidikan seperti apa yang dapat dipertanggung jawabkan dan efektif secara sosial dan ekonomi?
Jawabannya adalah: negara perlu mendorong pembangunan di sektor pendidikan yang berada di tingkat bawah. Membangun infrastruktur pendidikan bagi masyarakat kelas bawah memacu lebih banyak warga untuk memperoleh pendidikan lebih tinggi, yang kemudian mendorong banyak orang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik, sehingga kemudian meningkatkan kesajahteraan (mengecilkan jurang pemisah si kaya dan si miskin).
Disadur dari tulisan Stefan Theil: Dumb Money. Newsweek 17 agustus 2009.
Leave a Reply