1998_September_Edisi 094_selip:
gosip…
Eh … eh … mau tahu ? si ini…sedang begini…dan si itu…katanya sangat begitu dan kalau si itu begitu, terus mereka bagaimana?
Inilah stereotip gaya ungkap GOSIP – suatu praktek pembicaraan tentang urusan orang lain. Praktek menggosip merupakan kecenderungan alami setiap kelompok manusia dimanapun dan disegala waktu. Gosip telah menjadi “trademark” makhluk manusia yang mampu membuat hidupnya lebih bergairah. Dikatakan bergairah, karena gosip informasi ! Dan informasi adalah kekuasaan yang menentukan seberapa banyak info yang Anda ketahui, siapa yang Anda ketahui, dan rahasia apa yang Anda pegang. Disinilah kegiatan gosip-menggosip menjadi sangat menarik bagi setiap orang, karena di dalamnya ada sensasi untuk berkuasa, sensasi perlawanan, dan tentu saja sensasi uang. Seperti yang dikatakan Karen Feld, kolumnis Gosip Washington “Setiap orang menyukai gosip, karena begitu menggoda dan menantang.” Tentu saja gosip bukanlah kenikmatan bagi korbannya. Kurt Cobain bunuh diri karena gosip – matinya Lady Diana pun dianggap sebuah pembunuhan dari media massa yang selalu saja memburu gosip tentang diriya.
Teori-teori, gosip adalah:
Kapan manusia bergosip? Yah sejak mereka tinggal dunia, Karena gosip adalah hiburan paling murah, meriah dan bisa menyalurkan naluri barbar manusia …”Bikin sakit hati orang lain!”[the oth]
- Gosip merupakan ciri-ciri masyarakat tertekan, baik tertekan dalam kehidupan pribadinya maupun kehidupan politik. Kondisi masyarakat merupakan ladang subur bagi berkembangnya gosip. [james Danandjaja]
- Biasanya orang mulai m’gosip saat dirinya tidak eksis di kelompoknya. Kemudian mereka mencari kepuasan dengan membuka info-info rahasia. Lewat cara itu, seseorang merasa bahwa dirinya penting dan dibutuhkan kelompoknya. [the oth]
- Manusia mulai menyebarkan gosip karena mereka iri atau ingin membuka konflik [sarah, the oth ganga]
- Gosip merupakan komunikasi yang menandai suatu kelompok dari kelompok lainnya. Orang asing yang masuk dalam kelompok tidak bisa langsung diterima dan terlibat jika tidak mengetahui gosip [Balley]
- Gosip yang beredar di sebuah kelompok merefleksikan norma-norma kelompok tersebut. Eiptein, seorang ahli antropologi yang meneliti kasus perzinahan di ndola mengatakan “Bahwa masyarakat tidak mengutuk tindak perzinahan itu, melainkan menggosip tentang ketidakserasian pasangan itu karena berasal dari status sosial yang berbeda. Sehingga perzinahan bukan dianggap hal yang buruk.” [Eipsten]
- Gosip digunakan oleh para penguasa untuk mempertahannkan kekuasaannya. Misalnya di Kwanga, Papua Nugini, pemimpinnya sengaja memunculkan gosip tentang kemampuan mereka untuk memainkan ilmu hitam sehingga genggsi penguasa naik dan sangat potensial untuk menekan rival politiknya.
- Tidak ada UU tentang pergosipan, namun jika ada seseorang yang merasa dirugikan oleh gosip biasanya mereka merujuk pada hukum pidana tentang penghinaan misalnya pasal 310 menyatakan “Barang siapa sengja menyerang kehormatan atau nama baik seorang, dengan menuduh suatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam, karena pencemaran dengan pidana penjara lama Sembilan bulan atau denada paling banyak tiga ratus rupiah.
- Kepuasan menggosip? Yang jelas memuaskan rasa ingin tahu manusia – rasa ingin mengontrol orang lain dengan cara menyebarkan informasi. Kalau gosip dikendalikan sama saja menekan hasrat setiap manusia. [Darmanton Jatman]
Leave a Reply