1998_September_Edisi 094_selip:
Gosip menyerbu lewat TELEVISI
Suatu hari di pagi Sabtu seorang ibu penjual sayur di rumah susun kawasan Cawang. Jakarta mengeluh gara-gara dagangannya sepi. Tapi seorang ibu muda menghibur, “Sebentar lagi pada turun, Pok. Mereka ‘kan lagi nonton gosip di tivi?” Karuan saja di Pok penjual sayur kembali bersemangat dan mengharap bahwa ibu-ibu di rumah susun tersebut akan turun. “Memangnya gosip apa?” tanyanya penasaran.
“Itu, lho Pok. Gosip Elma Theana yang mau putusan sama Sultan Jorghi.”
Entah Si Pok tidak mengerti atau memang tidak punya telvisi untuk tahu tentang gosip. Apalagi untuk mengenal Elma Theana dan Sultan Jorghi. Tapi ibu-ibu lain ingin mengenal Elma lewat Sinetron “Mama” yang ditayangkan RCTI tiap senin malam itu, melainkan juga ingin tahu lebih dalam “ngapain sih” Elma dalam kehidupannya sehari-hari. Sementara itu, gadis remaja yang lain (ABG) tak kalah histeris sewaktu Sultan Jorghi muncul. Entah kagum atau kasihan, tidak tahu.
Begitulah gosip akhir-akhir ini menyerbu lewat televisi. Tidak kalah memabukkan dengan sinema India dan telenovela yang marak beberapa waktu silam. Gosip televisi ini pun cenderung membuai dan sangat potensial menghabiskan waktu para ibu-ibu dan wanita muda dengan cara-cara yang lebih sensasional. Lain-lainnya hanya gosip di lingkungan kelompok yang punya fungsi control sosial, maka gosip televisi menghadirkan sebuah mimpi tak terjangkau, dimana akhirnya mereka bisa menjadi bagian dari kehidupan yang diimpikan lewat televisi. Ironisnya, gosip televisi akhirnya lebih digemari dan menggantikan gosip yang punyai sisi evaluasi. Toh akhirnya realitas buatan ini bisa menghasilkan uang. Lihat saja misalnya acara Cek & dan Ricek yang ditayangkan RCTI itu. Hingga bulan Juli lalu mampu berada di rating ke 3 di bawah acara Kabar-Kabari dan Buletin Sinetron (kedua acara terakhir ini juga menyajikan gosip). Tidak kalah seru, acara yang dapat disaksikan dua kali seminggu — Selasa dan Jumat sore – ini juga pernah merenggut share audience (perkiraan jumlah pemirsa seluruh stasiun TV di Indonesia pada jam tayang yang sama) mencapai 66 persen. Bahkan tajuk acara tersebut telah mengilhami H. Ilham Bintang menjadikan tabloid. Tidak tanggung-tanggung, taboid yang mengklaim sebagai “infotainment” pertama di Indonesia ini dicetak dengan oplah 100.000 eksemplar tiap minggunya dengan sasaran kaum hawa. [Baca juga Cek & Ricek : Dari TV ke Tabloid, Meluruskan Gosip].
Ada lagi KiSS, Kisah Seputar Selebritis – dulu dipandu Indra Savera – dengan host barunya Tika Pangabean. Acara yang berlogo bibir merekah ini, terdiri dari tiga segmen yaitu, teropong, ragam dan kontak artis.. Dalam acara ini, artis yang mejadi objek gosip sengaja dibuat menjadi objek gosip sengaja dibuat seolah-olah sedang digosipkan oleh pemandu acaranya. Narasinya pun dibuat dengan nada “memancing”,. Misalnya, “ih, kalau operasi caesar, ada bekas jahitannya dong, diperut. “kata Tika Pangabean mengomentari Donna Harun yang menurut sumber KiSS melakukan operasi caesar saat melahirkan.
“Biarin! Saya kan tidak muda lagi?” balas Donna yang tidak sadar bahwa dirinya telah terpancing. Mengenai pancing-memancing gosip kabarnya lebih seru lagi ketika dipandu Indra Savera. Soalnya, menurut salah satu penonton setia KiSS yang ditemui [aikon!], Indra Savera lebih atraktif alias lebih “rumpi” dibanding Tika Pangabean yang baru beberapa episode menjadi host di KiSS. Selain itu, Indra kadang memakai bahasa slank yang biasanya menjadi populer dikalangan anak muda.
KiSS dalam catatan rating jenis talk show wilayah nasional berada di rating ke 4 (bulan Juli) di atas acara serupa: Blak-Blakan yang disiarkan oleh TPI. Perlu diketahui acara KiSS yang pada awalnya hanya ditayangkan sekali seminggu, kini menjadi 3 kali dalam seminggu, yaitu hari Sabtu pagi serta Jumat dan Selasa sore. Tidak kalah dengan dua acara di atas. ANteve juga membuat acara serupa yang bertajuk ASLI. Acara ini juga diasuh oleh Indra Savera, dengan rating tidak jauh beda dengan acara gosip yang lain yaitu berkisar antara 2 dan 3.
Sementara itu SCTV tidak kalah ketinggalan memiliki juga acara bernama Dunia Bintang. Acara ini memang tidak mengkhususkan pada gosip sepenuhnya seperti pada acara lain, tetapi terdapat segmen yang membahas hal serupa, semacam gosip artis.
Jika dideretkan lagi, ada beberapa acara seperti Panorama, Bulletin Sinetron, Planet Remaja, Sisi Sisi Selebritis dan Ngerumpi di Mall yang tak kalah “rumpi” juga menyelipkan gosip sebagai pemanis acara. Meskipun berbeda-beda formatnya, hampir seluruh tayangan di atas terdapat satu keseragaman: objek gosip pada umumnya adalah selebritis dari kalangan aktris dan aktor sinetron serta penyanyi yang mempunyai fisik memadai alias harus ganteng dan cantik. Gosipnya pula, faktor ini kelak akan menentukan selling point acara tersebut.
Dari acara-acara ini, dapat kita simpulkan bahwa gosip memang berpeluang untuk menarik perhatian khususnya wanita dewasa dan remaja putri. Wajar saja jika beberapa waktu silam majalah Tiara pernah mengadakan polling mengenai gosip yang disukai masyarakat.Hasilnya, 34.7% menyukai gosip seputar artis, disusul gosip politik 18,8% dan gosip pejabat dan anak pejabat 15,9% yang berada di urutan 2 dan 3.
Selain itu, menurut Myra Sidharta yang mengutip Marvin Zuckerman dalam bukunya Sensation Seeking (1979), manusia cenderung menambah dan mengurangi rangsangan-rangsangan dari luar untuk mencapai keadaan optimal perasaan nyaman dalam dirinya. Hal ini dilakukan dengan mencari sensasi misalnya berupa kehebohan dalam kehidupan orang lain. Kehebohan bintang film atau selebritis misalnya, dapat ia ceritakan pula kepada orang lain seolah-olah sang bintang itu adalah tetangganya. Teori Zackerman ini setidaknya telah menjawab sebagian, mengapa orang menyukai gosip.
Akankah fenomena maraknya acara gosip di televisi ini bernasib sama seperti telenovela? kita tidak tahu, selama tidak menjadi ancaman, kita tidak dapat menyalahkan siapa-siapa. Tetapi untuk bersikap secara netral, mungkin tepat mengutip gosip berikut ini yang mengatakan (untuk tidak cepat percaya pada Teori Peluru): segala diskursus dalam televisi, tak peduli apa yang ditayangkan dan melalui sudut pandang mana, alasannya bahwa semua itu untuk menghibur dan menyenangkan kita semua.
Leave a Reply