Sonya Sondakh
Sekolah Pascasarjana IKJ
Saya bertemu langsung dengan seorang Enrico Halim ketika ia harus mengikuti wawancara dalam rangka seleksi mahasiswa baru Angkatan 11 di Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tahun 2016. Sebelumnya kami sudah beberapa kali bekerja sama dalam relasi pemberi dan penerima pekerjaan terjemahan. Saya yang menjadi penerima pekerjaan itu. Saya tidak pernah membayangkan akan terus bekerja sama dengan Enrico sampai sejauh ini. Saat ini kami sedang mempersiapkan penerbitan tesis magister seninya menjadi buku yang lebih populer sehingga
pembacanya bisa lebih luas.
Ketika Enrico mengirim WA kepada saya untuk meminta kesediaan pembimbing tesisnya (SDD) dan saya untuk menuliskan sesuatu untuk dimasukkan dalam katalog pameran, saya langsung ikut bersemangat dan ada perasaan bahagia. Melalui WA ia juga bilang bahwa sudah mendapat dukugan dari Mas Seno (rektor IKJ) yang juga bersedia menulis untuk katalog pamerannya. Karena ada dua nama besar itu, saya jadi perlu bertanya kepada seniman muda ini, apakah saya pantas ikut dimasukkan dalam katalog. Jawabannya membuat saya bahagia, ia bilang, “Mbak kan yang mengajar saya menulis.” Benar atau tidak, saya tidak bisa memastikan, tetapi yang pasti adalah ketika Enrico kuliah di Sekolah Pascasarjana IKJ, kami sering berkomunikasi tentang tugas-tugas mata kuliah Proposal dan Seminar Tesis. Sekolah Pascasarjana IKJ ingin mengubah image bahwa seniman tidak mau dan tidak mampu menulis. Enrico telah membuktikan bahwa menulis yang baik dan runtut juga perlu
diperjuangkan oleh siapa pun yang ingin menyampaikan dan membagi pengetahuannya kepada orang lain.
Pameran ini adalah tindak lanjut dari topik penelitian kapal otok-otok yang telah menjadi tesis dan telah memperoleh nilai sangat baik. Dalam studi magisternya, Enrico akhirnya memilih pengkajian seni. Dalam proses penelitian dan penyusunan tesis, Enrico jelas sekali sangat terlibat dengan topik penelitiannya. Hal ini barangkali ada hubungannya dengan passion-nya yang selalu ingin bekerja untuk membela sesuatu yang diyakininya penting. Tahun 1994 ia menggagas media Aikon dan bersama teman-teman yang memiliki semangat dan mimpi yang sama, mereka berhasil
menerbitkan [aikon!] yang out of the box dan memperjuangkan isu lingkungan selama beberapa tahun. Dari beberapa karya yang sudah dikerjakannya, kita tahu bahwa Enrico selalu bekerja keras untuk passion-nya bukan untuk uang, tetapi untuk keyakinannya. Jalan yang dipilihnya ini, saya yakin sama sekali tidak mudah. Akan tetapi, kita memerlukan sosok seperti Enrico Halim, manusia yang memperjuangkan apa yang diyakininya dan berusaha keras untuk mewujudkannya meski harus menghadapi banyak kendala demi alasan kemanusiaan.
Selamat untuk pameran “Oom Otok-Otok Oom” di Galeri Kertas. Semoga terus bersemangat dan selalu berbagi gagasan yang tidak biasa dengan para penggiat seni, pembela lingkungan hidup, dan menginspirasi siapa saja untuk berbuat baik bagi sesama.
Leave a Reply