2001_September_Edisi 128_Sekitar Kita:
Enam Becak “Modern” Untuk Jogjakarta
Ade Tanesia

Nasib Becak Jogja agaknya jauh lebih beruntung dibanding becak-becak di kota Jakarta. Sementara becak di ibu kota di uber-uber aparat untuk dijadikan rumpon, di Jogja justru tengah digagas upaya untuk memodernisir becak sehingga tidak akan tersingkir dari sudut-sudut kota, sekaligus lebih ringan, efisien, murah dan lebih aman. Unit Studi Transportasi (UST), salah satu unit penelitian dibawah Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM, adalah lembaga yang menyemai ide untuk moderenisasi alat transportasi tanpa mesin yang kini, menurut aktivis Paguyuban Pengemudi Becak Yogyakarta (PPBY) Institute for Transportatotion and Development Policy, New York dan LPIST (Lembaga Pengembangan Inisiatif Strategi Untuk Transportasi), Jakarta, UST menggelar lomba desain becak modern untuk Jogjakarta yang berakhir 15 Juli 2001 lalu.

“Ada belasan desain becak yang masuk ke meja panitia, tapi tidak satupun dipakai untuk desain dasar prototype becak modern. Terutama karena teknis kurang memenuhi syarat untuk membuat becak lebih ringan, murah, kompetitif, efisien dan aman” ujar Janu Pardadi dari UST-PUSPAR. Dia menambahkan bahwa kini telah ada enam prototype yang siap ditawarkan pada masyarakat melalui survey awal pada tanggal 19 Agustus 2001 di seputaran boulevard kampus UGM. Di sana masyarakat, dan pengemudi becak, dapat mengikuti tets drive dan diminta menilai serta memberi masukan untuk menyempurnakan desain yang dikembangkan. Diantara enam protortype tersebut, dua diantaranya mengacu pada bentuk rickshaw, angkutan semacam becak yang jamak ditemui di India.

Menurut konsultan ITDP yang berasal dari India, G. Syam, rickshaw di kota Agra, India, setelah dimodernisasi kini menjadi lebih ringan, menarik dan menguntungkan bagi pengemudinya. “Selama 25 tahun terakhir, kehidupan tukang becak Jogja stagnan. Dengan adanya desain baru ini, bila nantinya perubahan pada kehidupan tukang becak,” harapan Pak Janu, Abang becak, ayo siap-siap ngebut dengan nyaman…