Minggu, 11 September 2022.

Membeli kartu pulsa-internet di bandara adalah kesalahan penting yang dilakukan. Harganya terlalu mahal. 650 Lira (kurang lebih 600 ribu rupiah) untuk quota 25 Gigabyte data benar-benar menyesakkan.

Seorang petugas bandara mengarahkan saya untuk berjalan terus menuju lift. Ternyata yang didapat di dunia maya, belum tentu tepat, karena perubahan selalu terjadi di dunia nyata. Saya berjalan menuju lift bersama beberapa turis dan menekan tombol -2, turun.

Di bawah dapat dijumpai banyak bus berderet, di samping papan-papan informasi mengenai perjalanan yang ditawarkan. Saya memilih rute HVIST14, bus menuju kota Kadikoy. 74 Lira.

Pukul 17 saya tiba di terminal besar Kadikoy. Terminal yang berdampingan dengan pelabuhan kapal-kapal ferry. Gawai berisi 25 Gigabyte mahal itu mulai bekerja sesuai fungsinya. Peta perjalanan muncul, mengarah ke Timur 2 kilometer. Setelah berjalan kaki 20 menitan di antara kesibukan pejalan kaki lain dengan beragam rupa dan warna, sampailah saya di Muze Gazhane.

Serap dan Seline menyambut gembira, sambil mengantar dan menunjukkan lokasi pameran Pustaka Bergerak Indonesia. Sebuah ruang 8 x 5 meter di dalam bangunan tua yang baru dibuka 9 Juli 2021, setelah mengalami revitalisasi (sekian lama).

Angka di pojok kiri atas tertera 7:57.

Kapal-kapal putih dengan ban-ban penyelamat berwarna jingga yang sudah pudar di sampingnya, terlihat memuntah dan menghirup banyak manusia ke dalam badan yang besar mereka, melalui bangunan krem bertulis Kadikoy Iskelesi. Para pekerja kota terlihat bergegas masuk dan keluar. Turis terlihat sulit lepas pandangannya dari gawai di genggamannya.

18 derajat calcius banyak manusia baru saja atau akan menyeberangi selat Bosporus, badan laut yang membelah kota Istanbul, satu-satunya kota di dunia yang berada di benua Asia dan Eropa.

Menikmati Menemen sebagai menu sarapan. Tenang, janji dengan Serap, Seline, dan kawan-kawan pukul 10 di Gazhane