Tepat pukul delapan pagi. Kantor Badan Pertanahan Nasional Depok, baru saja buka. Antrian pengambilan nomor terlihat mulai memanjang di pelataran. Nomor yang saya dapatkan melalui daring, tidak dimengerti oleh petugas. Saya dipersilakan masuk, untuk menanyakan pada petugas di dalam gedung. Berbagai pertanyaan dilengkapi dengan istilah yang masih asing tersembur dari mulut petugas berseragam krem di dalam. Sudah validasi? Mau bikin plot? SKKP? Karena melihat saya kebingungan, petugas itu mempersilakan saya menunggu, sambil memberikan secarik kertas bernomor E09. Entah apa maksudnya.
Ruangan di dalam gedung itu dingin. Meja-meja pelayanan masih banyak yang kosong, kursi-kursi empuk di depannya mulai dipenuhi warga kota, menunggu panggilan.
Desain ruangan itu terlihat meriah. Warna-warni. Nama kantor menggunakan huruf tanpa kait (sanserif) dengan nilai keterbacaan rendah, tertempel di atas keramik (granit?). Terlihat lampu kuning berbinar dari belakang huruf-huruf itu. Meriah.
Merasa cukup untuk berada di dalam ‘hingar bingar’ visual, saya pun keluar dan menghirup udara pagi.
Berjalan sedikit ke samping gedung yang ‘ramai’ tadi, beberapa pedagang sedang melayani sarapan dari samping motor atau gerobak mereka. Ada bubur ayam, bakmi ayam, kopi.
Satu di antara mereka sangat unik. Berbeda dan sangat ‘mengundang’. Sebuah motor berpayung warna-warni, dengan kotak kayu besar berisi mesin fotokopi ukuran mini di dalamnya.
Nama pemiliknya Ade Yopi. Sudah tiga bulan ini ia melayani orang yang membutuhkan jasa fotokopi, pindai, dan cetak dari tepi trotoar. Mesin fotokopinya bekerja cepat karena menggunakan teknologi laser, agar konsumen tidak menunggu lama, katanya.
Di bawah mesin fotokopi terdapat sebuah laci, ia menyimpan kertas, amplop, dan alat tulis di situ.
Mesin fotokopi yang Ade beli bekas, mendapatkan listrik dari sebuah aki (accu) mobil 12 Volt 60 Ampere per jam yang dipasangkan di tengah motor. Tegangannya 12 Volt dari aki diubah oleh sebuah penaik tegangan (inverter) yang tertempel rapih pada dinding kotak menjadi 220 Volt. Ade mengisi (charge) aki itu setiap dua hari.
Desain sederhana dan tepat-guna.
Ia bilang kekurangan dari perangkat fotokopi bergerak itu akan nyata saat turun hujan. Tampias. Ia berencana untuk mengganti payung warna-warni yang ia gunakan sekarang dengan tenda berpenampang lebih luas Namun ia juga menambahkan, tenda akan menyulitkan dirinya saat SatPol PP datang dan mengusir para pedagang trotoar. Payung lebih ringkas untuk situasi yang mengharuskannya untuk segera menyingkir.
Leave a Reply