1996_mula September_Edisi 052_bahas:
Citra Niaga Samarinda: Profil Sebuah Pasar Plus
Bermula dari gagasan Gubernur Kalimantan Timur H. Soewandi, untuk membangun suatu pasar dengan konsep “membangun tanpa menggusur”. Citra Niaga menjadi pasar di Samarinda yang menjadi Zona Ekonomi Terpadu. Citra Niaga dirancang khusus untuk mengintegrasikan berbagi golongan ekonomi, mulai dari pedagang miskin/kaki lima hingga pedagang ekonomi kuat. Konsep pasar ini sendiri diilhami oleh Pasar Quincy, di Boston AS. Pembiyaan pembangunan dilakukan dengan subsidi silang, Sistem Bapak Angkat, Nantinya dana yang didapat dari pedagang besar sebagian dipakai untuk menutupi kebutuhan pembangunan sarana pedagang kaki limanya di sekitarnya.
Hal menarik dari pembangunan ini adalah proses perencanaan pembangunan pasar tersebut. Dengan konsep “Participatif Project Planning”; yaitu melibatkan seluruh calon pengguna dalam perencanaan Citra Niaga agar hasil yang dicapai memenuhi aspirasi mereka. Untuk itu, diadakanlah pertemuan-pertemuan, diskusi-diskusi antara PT. Pandurata sebagai pihak developer, PT Triaco Widya Cipta sebagai konsultan/perencana, pihak Pemda dan masyarakat (calon pengguna pasar) yang dalam persiapannya dibantu oleh Lembaga Studi Pembangunan (LSP), Jakarta. Pendekatan ini ternyata cukup efektif, terbukti dengan tetap berkumpulnya pedagang lama ketika pasar itu telah selesai dibangun. Tidak seperti kejadian di banyak pembangunan pasar yang lain, di mana ketika suatu pasar selesai dibangun maka yang menempati kios-kiosnya adalah justru pedagang baru yang mempunyai modal untuk menyewa kios, sedang pedagang lama malah tergusur karena tidak mampu membayar sewa.
Sejak pembangunan tahap satu pada tahun 1984, hingga tahun 1987, telah berhasil dibangun 141 Ruko (untuk golongan pedagang ekonomi kuat) 25 Kios, 54 Toko Plaza (untuk pedagang ekonomi menengah), dan 224 petak yang disediakan cuma-cuma untuk pedagang kaki lima. Mereka hidup berdampingan dan saling. Pedagang besar tidak akan hidup tanpa kaki lima yang selama ini menyuplai “jajanan” di sekitar pasar. Mereka pun menyadari bahwa masing-masing pedagang punya “pasar” sendiri. Bahkan, melalui Koperasi Pasar yang mereka bentuk sendiri, saat ini pedagang Citra Niaga telah berhasil membangun suatu perumahan mereka.
Atas keberhasilan pembangunan pasar ini beberapa penghargaan diperoleh oleh Citra Niaga. Penghargaan tersebut adalah Aga Khan Award pada tahun 1989, dan IAI award pada tahun 1991.
Pasar ternyata memang bukan cuma persoalan jual beli, tapi lebih merupakan suatu simbiose.
(Terima kasih kepada Pak Bambang dan Triaco atas informasinya)
Leave a Reply