Beberapa waktu lalu sebuah ‘postingan’ di Facebook Group memunculkan bangunan bekas rumah dan/atau tempat usaha Pah Wongso. Sejak itu beberapa teman berusaha mencari tahu lebih banyak tentang Pah Wongso dan bangunan itu. Di akhir beberapa diskusi yang kemudian kami lalu baik luring maupun daring, kami memutuskan untuk mengusahakan dana pembelian gedung tersebut dari kawan lainnya. Dana 5,5 Milyar, yang disampaikan oleh agen properti yang nomor kontaknya terpampang pada spanduk yang terbentang pada dinding depan, ternyata terlalu besar, bagi kenalan-kenalan kami. Belum ada pihak yang secara kongkrit bersedia membeli untuk mengonservasinya, atau pun untuk bekerjasama.
Waktu berjalan cepat. Runtuhnya gedung bersejarah menurut SK475 Dinas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu adalah sebuah keniscayaan.
Kami ingin mencoba cara lain. Berikut ini adalah sebuah ajuan yang mungkin dapat mempertahan gedung Pah Wongso, sehingga ia dapat bercerita lebih banyak.. demi masa depan yang tidak melupakan sejarahnya.
APA
Program Revitalisasi (secuplik) Blandongan. Sebuah program untuk menghidupkan kembali bangunan bersejarah demi kebaikan publik, itulah yang kami tawarkan.
DI MANA
Sejak lama dua bangunan di antara bangunan yang dulu milik Pah Wongso dan cik Kristin dibiarkan terbengkalai. Pemilik-pemilik mereka belum diketahui siapa. Kedua gedung itu sudah pasti memiliki sejarahnya sendiri, yang masih perlu dicari informasinya secara mendalam.
KAPAN
Program Revitalisasi (secuplik) Blandongan ini diharap dapat bergerak sesegera mungkin, sebelum kondisi kedua bangunan itu makin buruk.
Tahap yang akan dilalui adalah:
- Memperoleh izin dan restu dari cik Asui dan cik Kristin selaku pemilik tetangga langsung.
- Memperoleh izin dan retu dari Ketua RT dan RW
- Memublikasikan rencana program revitalisasi kepada publik
- Mulai bekerja
SIAPA
Cik Asui, cik Kristi, dan Ketua RT diharapkan untuk bersedia menjadi pembina program Revitalisasi secuplik Blandongan ini.
Kami yang terdiri dari pemerhati, pelaku konservasi bangunan tua, dan bekerja sehari-hari sebagai wiraswastawan akan menjadi pekerja program. Satu contoh hasil konservasi bangunan tua yang berfungsi baik sampai saat ini adalah Kedai Tjikini di Jalan Cikini Raya 17.
BAGAIMANA
Dua buah bangunan yang rusak tidak terpelihara itu, DAPAT dibersihkan, diperbaiki, dan dihidupkan kembali secara gotong-royong.
Hal ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi proses konservasi seutuhnya bagi kedua bangunan dan bangunan Pah Wongso. Setidaknya mendorong para pemilik bangunan untuk bersemangat kembali dalam merawat bangunan bersejarah.
Dengan izin dan restu warga, Ketua Rukun Tetangga, dan Ketua Rukun Warga, kami akan melakukan penggalangan sumber daya: pengetahuan, pemikiran, moneter, semangat, dan otot yang KEMUDIAN melakukan proses revitalisasi pada kedua bangunan itu secara sederhana dan bermartabat.
Bila para pemilik kedua bangunan tersebut muncul dan ingin meneruskan proses revitalisasi yang telah dimulai, maka program revitalisasi akan otomatis dianggap selesai.
Kegiatan dari proses revitalisasi itu adalah:
- Riset
- Pendokumentasian
- Publikasi
- Temu warga
- Pembersihan lokasi
- Penyusunan prioritas perbaikan
- Perancangan dan pembangunan kembali untuk fungsi baru bangunan
- Perbaikan
- Aktivasi fungsi bangunan bagi publik
- Penyerahan kembali kepada pemilik dan/atau kepada warga.
Leave a Reply