Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pése bermakna ‘rasa kemanusiaan adil beradab, yang menyalakan semangat rela berkorban’. Makna ini dijadikan etos gerakan Bangkit Budaya Bahari yang sejak pertengahan 2017 digagas dan dijalankan oleh aikon – Yayasan Pikir Buat Nusantara. Gerakan ini merefleksikan, bahwa sejatinya bangsa Indonesia adalah pewaris peradaban bahari, yang perlu mewujud dalam setiap watak, laku, dan tindakan warga negara dalam upaya membangun negeri.

Walau gerakan ini berjalan perlahan dan rentan terhadap pengulangan tema dan persoalan, namun, proses ini begitu penting untuk menjamin hari esok yang lebih baik bagi negeri ini. Intermediasi kultural merupakan metode gerakan untuk mendorong munculnya ruang-ruang sosial yang mengedepankan rasa, karsa, dan karya. Pése adalah semangat yang dihembuskan di dalam gerakan Bangkit Budaya Bahari yang berpihak pada pandangan yang multikultur, kerja berjama quadra-helix, dan ekonomi kerakyatan.

Kebudayaan bahari bukanlah akhir atau konsep yang dapat gunakan sebagai obat mujarab penyembuh yang dapat menjawab secara instan segala permasalahan yang ada. Ia adalah gelombang, sebuah proses untuk mewujudkan gugus pengetahuan budaya, yang ombaknya terus membesar menggelora, semakin menajam dan semakin memberdayakan kita di dalam menghadapi tantangan paradigma kebudayaan sebagai haluan pembangunan.

Pulauku NOL Sampah merupakan kegiatan nyata yang dimulai di Pulau Pramuka. Kegiatan ini merupakan praksis, dari strategi pemajuan kebudayaan yang tacit. Kegiatan konservasi lingkungan ini mendorong kembalinya budaya bahari secara nyata. Kerja bersama antar warga pulau menangani persoalan sampah di pulau merupakan sarana pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan bahari yang mengembalikan martabat. Pulauku NOL Sampah TIDAK dapat hanya merupakan kegiatan di dalam ‘bilik’ lingkungan hidup yang berdiri sendiri. Ia perlu didampingi kekuatan ekspresi dan kinerja kesenian lokal, seperti yang telah dimulai di 2012 oleh Rumah Hijau dan Teater Lab Ciputat.

Masalah yang juga dijumpai dalam Program Pése adalah masalah ideologi patrineal, dimana kehadiran tokoh/figur berotoritas, secara sadar atau tidak, selalu ditunggu. Menurut kami, figur yang tepat adalah figur yang sederhana, berintegritas, dan memiliki kelengkapan otoritas yang dibutuhkan sebagai pemacu kerja agar dapat bergerak lebih efektif, demi meraih situasi yang di luar kebiasaan. Kondisi yang luar biasa ini dapat dilihat dari hasil-hasil kerja figur seperti: Presiden Joko Widodo, Menteri Susi Pudjiastuti, dan lainnya. Kita perlu memperbanyak figur seperti mereka. Dengan mengusahakan munculnya banyak figur itu, adalah sebuah harapan bahwa gerakan Bangkit Budaya Bahari akan dapat diadopsi, diadaptasi sesuai kondisi di banyak pulau dan wilayah pesisir Nusantara, sehingga dapat bergulir sampai jauh, demi Indonesia Raya.

Unduh Buku Putih Bangkit Budaya Bahari di bawah ini.
2018_02_10_buku putih 3B

Tags

One response to “Bangkit Budaya Bahari melalui pulaukuNOLsampah dengan Pése”

  1. […] kawan-kawan di Rumah Hijau, Lab Teater Ciputat, dan warga pulau Pramuka dan pulau Panggang. Konsep Bangkit Budaya Bahari secara nyata telah dilakukan oleh Ibu Mahariah dan sebagian warga pulau Pramuka sejak 2003, untuk […]

Leave a Reply to yuk ke pulau – aikon.org Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *