Ditulis oleh Yan Widjaja di mailing list Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
Shanghai adalah nama sebuah
Pada Perang Dunia Kedua, rakyat Tiongkok di bawah pimpinan Dr Sun Yat-sen bangkit untuk mengusir penjajah. Ekstrimnya sampai membenci semua orang asing, khususnya bule. Pada puncaknya, penjajah meninggalkan
Nah, Es Shanghai dibuat untuk mengenang pembumi-hangusan yang luar biasa kejam itu. Jadi yang dominan pada Es Shanghai adalah siraman kuah coklatnya yang berwarna merah-kecoklatan- kehitaman, seperti bekas terbakar, pada gundukan serutan es batu. Disisipkan pula dua potong biskuit kering wafer sebagai simbolik bangunan yang runtuh. Itu bedanya dari es buah biasa, es teler, sop buah, dlsb.nya
Dulu, pada era 1950-an, orang Tionghoa-Indonesia, sebelum menikmati Es Shanghai diam-diam memanjatkan doa dalam hati, semoga arwah para korban perang di Shanghai mendapatkan ketentraman di alam baka, barulah mulai mengaduk dan menyendoknya sesuap demi sesuap.
Believe it or not, but it’s the true story about Ice Shanghai!
Sedikit koreksi oleh Liang U … Sun Yat-sen memimpin revolusi menjatuhkan dinasti terakhir Qing (Tjeng), beliau meninggal tahun 1924, jauh sebelum perang dunia ke dua. Dalam Perang Dunia kedua yang menghancurkan Shanghai adalah orang Jepang.
Leave a Reply