2001_Mei_Edisi 124_Lingkungan:
ancaman baterai
Joni Faizal
“Kemana saya harus membuang baterai-baterai ini?” Inilah kebingungan seorang teman dari Jerman yang tidak tahu di mana tempat pembuangan limbah baterai di Indonesia. Tidak seperti di negerinya, baterai sudah memiliki penampungan tersendiri yang nantinya akan didaur ulang. Karena tahu akan dampak baterai pada kerusakan lingkungan, teman itu akhirnya mengumpulkan baterainya untuk di bawa pulang ke Jerman.
Sulit untuk membayangkan bahwa baterai yang kita gunakan untuk senter, kamera, walkman, radio, dan berbagai jenis elektronik lainnya memiliki pengaruh buruk terhadap lingkungan. Namun demikianlah kenyataannya. Padahal, hampir setiap rumah tangga menggunakan baterai untuk berbagai keperluan. Dan sangat disayangkan, baterai bekas yang mengandung bahan beracun berbahaya (B1) itu, di antaranya adalah merkuri (Hg) dan kadmium, sering kali dibuang di sembarang tempat. Malah, karena ketidaktahuan mereka akan racun berbahaya tersebut, tidak sedikit pula masyarakat yang menggunakannya sebagai produk, semir ban mobil, cat hitam, bahan tukang kayu, kerajinan tangan, camouran plester semen , bahkan mainan anak-anak.
Orang dapat saja berpendapat bahwa kandungan merkuri dalam baterai sedikit. Tapi kalau jumlah yang sedikit itu kemudian dikumpulkan, maka lambat laun akan terjadi akumulasi merkuri yang akan mencemari lingkungan. Di Amerika, diperkirakan 2 milyar baterai bekas terbuang setiap tahun. Dan menurut standar federasi kesehatan manusia di Amerika, 80 juta liter air yang tertumpah 1 gram merkuri, merupakan air yang tergolong beresiko jika dikonsumsi sebagai air minum. Ini berarti bahwa 1 gram merkuri mampu mengkontaminasi sebuah danau. Bayangkan kalau sebuah baterai saja mengandung merkuri 0.001 gram.
Dampak merkuri
Ancaman merkuri terutama dari bentuk organiknya yang sangat beracun, yaitu metil merkuri. Zat ini akan bertahan dalam tubuh 10 kali lebih lama dibanding merkuri dalam bentuk logam seperti yang terdapat dalam baterai dan termometer. Antara merkuri anorganik dan merkuri organik terdapat suatu hubungan bentuk atau transformasi. Senyawa aril merkuri (organik) dapat berubah menjadi merkuri anorganik melalui proses transformasi di dalam tubuh dan lingkungan. Sedangkan merkuri anorganik, dapat menjadi merkuri organik melalui proses transformasi oleh mikroorganisme.
Bila seekor satwa mengkonsumsi satwa-satwa lain dalm jumlah besar, maka tubuh satwa tersebut akan mengandung merkuri sebesar jumlah seluruh kandungan merkuri yang terdapat di dalam mangsa-mangsanya.
Sebagai akibat dari fenomena yang disebut bioakumulasi ini, level kandungan merkuri dalam ikan dapat mencapai jumlah yang luar biasa, yaitu satu juta kali lebih besar dari level kandungan merkuri di dalam perairan sekitarnya.
Selain itu logam berat merkuri dapat juga masuk melalui jalan pernapasan, karena sifat merkuri yang mudah menguap pada temperatur kamar. Bagi tubuh manusia, ancaman merkuri dapat menyerang sIstem syaraf pusat, ginjal, hati, jaringan otak, serta dapat membahayakan kandungan yang berakibat pada bayi cacat lahir.
Jalan keluar
Sampai sejauh ini, hampir tidak ada upaya, baik pemerintah maupun masyarakat untuk mengumpulkan baterai bekas dengan mekanisme yang benar agar terhindar dari resiko dan dampak lingkungan Yang diakibatkannya. Dari penelitian yang dilakukan oleh Firman L. Sahwa, umumnya limbah baterai rumah tangga dibuang begitu saja oleh masyarakat ke tempat sampah. Sementara hasil kuesioner yang memberikan pilihan dalam pengolahan sampah tersEbut menyImpulkan bahwa masyarakat akan membuang sampah, baterai bekas apabila disediakan tempat-tempat khusus seperti di Rt-Rt, pasar, pos keamanan, atau pun tempat-tempat lain yang strategis dekat dengan masyarakat.
Cara lain adalah mengadakan produksi baterai dengan kadar merkuri rendah seperti yang banyak dilakukan oleh negAra-negara maju. Dari teknologi yang tercanggih, kini tersedia banyak baterai yang tidak lagi menggunakan merkuri. Namun di samping usaha-usaha itu semua, yang paling efektif adalah membiasakan penggunaan baterai yang dapat diisi ulang. Meskipun harganya mahal, namun dengan beterai semacam ini, jauh lebih hemat secara ekonomis. Dan yang paling penting, dengan mengurangi limbah yang dapat mencemari lingkungan kita.
Leave a Reply