1997_awal Juni_Edisi 070_peduli:
100% recyclable car
Diperkirakan ada sekitar 35 juta mobil di seantero bumi yang harus berubah menjadi besi tua setiap tahunnya. Artinya, setiap tahun selalu saja ada lahan baru yang harus dikorbankan untuk menampungnya. Kalau ternyata rata-rata 75% dari berat sebuah mobil adalah komponen yang dapat didaur ulang, tentu saja kenyataan tersebut cukup menggembirakan. Hanya saja, tetep ada sekitar 25% dari “sisa” mobil, yang kebanyakan terbuata dari plastik, siap memenuhi lahan pembuangan sampah. Dan ini adalah pokok masalahnya.
Akhir-akhir ini, Chrysler, Ford, GM, dan beberapa perusahaan mobil di daratan eropa lainnya sedang melancarkan berbagai jurus untuk meningkatkan daya daur ulang mobil-mobil produksi mereka. Pasalnya, Eropa hampir kehabisan lahan untuk pembuangan sampah. Karena itu, European Economic Community menetapkan bahwa pada tahun 2002, hanya 15% dari berat sebuah mobil yang diijinkan untuk dibuang ke tempat sampah.
Sampai tahun 1995, Volvo telah sekitar empat tahun melakukan percobaan pendaur ulangan di JD Bildemontering, Jonkoping, Swedia. Tujuan dari program yang merupakan kerjasama antara Volvo dengan tiga perusahaan “pencacah” dan pendaur ulang kendaraan ini, ditilik beratkan untuk mengembangkan metode pemilihan material yang dapat dan tidak dapat didaur-ulang. Selain itu, program, ini pun mencoba untuk membuat perhitungan dampak lingkungan dari berbagai bentuk aktivitas daur-ulang, mengevaluasi metode pendaur ulangan dan mempromosikan produk hasil daur ulang itu sendiri.
Apa yang telah dilakukan oleh pabrik Volvo barangkali tidak sekedar memenuhi tuntutan untuk menjaga kelestarian alam, tapi bukan tidak mungkin ketika metode daur-ulang berhasil dilaksanakan secara efisien, keuntungan pun akan lebih mengalir.
Sumber: Motor Trend, Vol. 47 No. 6, June 1995
Daur Ulang Mobil a La Srengseng Sawah
Ternyata tidak cuma kertas saja yang bisa didaur-ulang, mobil pun bisa. Di daerah Srengseng Sawah, 500 meter sebelum UI kita dapat menjumpai puluhan mobil utuh dan ratusan komponen mobil bekas siap untuk dipakai atau didaur ulang. Di lahan seluas hampir 300 meter persegi yang dimiliki Bapak Ahmad Fauzy 25 terdapat lebih dari 40 buah mobil yang sebagian komponennya mulai di koil, lampu sampai bodi masih dipakai lagi dan tentunya masih orisinil. Tempat mobil bekas yang paling besar di Jakarta Selatan ini sering didatangi penggemar dari klub-klub otomotif yang ada di Jabodetabek atau luar kota seperti, Surabaya.
Dengan 15 pegawai, yang masih mempunyai hubungan saudara, menjadikan usaha bapak ini bercabang di tempat lain, yaitu di daerah Kelapa Dua, Depok dan Ciracas, Jaktim. Jenis mobil yang dijual disini mulai buatan tahun 1960-an sampai 1980-an. Dan, dari sekian banyak merek mobil, VW, Datsun, Honda dan Mercedes merupakan merek yang banyak dicari. Biasanya, harga komponen yang dijual Fauzy berkisar dari Rp. 5000,- rupiah (untuk sebuah koil bekas)
sampai Rp. 3,5 juta (untuk sebuah bodi mobil)
Jika ada komponen yang sudah tidak bisa dipakai lagi, maka pria asal Desa Galis, Bangkalan, Madura ini akan mengirimnya ke tempat peleburan besi di daearh Pulogadung. Namun, ada pula mobil yang sudah 2 tahun belum terjual, tetapi tidak juga ia daur-ulang. Masalahnya, Fauzy sangat yakin kalau nanti akan ada yang membelinya.
Usaha yang dirintis dari tahun 1992 ini menurut rencana akan dikembangkan dengan membuka ruang pamer mobil bekas yang masih dapat dipakai. Namun, ia masih berkeyakinan bahwa usaha jual-beli “besi tua”,nya akan lebih menguntungkan dari pada menjual mobil bekas. Pasalnya, dengan harga komponen orisinil yang bisa lebih murah 60% dari harga toko dan kemungkinan untuk mendapatkan komponen langka, telah menjadikan usaha Fauzy sebagai kebutuhan baru bagi para penggemar otomotif yang saat ini kian bertambah jumlahnya. Buktikan saja, setiap Sabtu dan Minggu, deretan “besi tua” milik Fauzy tidak kalah meriah dari show room mobil.
Sumber:
Hasil perbincangan dengan Bapak Ahmad Fauzy dan Bapak Syaiful dari UD. Sinar Barokah Jaya Mandiri, Jl. Srengseng Depok No. 69 Jagakarsa Selatan (dekat Gg. Empang)
Harain Media Indonesia, Sabtu, 17 Mei 1997.
Leave a Reply