Dari sang ayah, Oom Ki Hauw memperoleh ilmu soal cetak mencetak. Ia meneruskan usaha percetakan ayahnya itu yang konon dimulai sejak tahun 1900-an. Anak-anaknya sekarang tidak ada mau meneruskan, sehingga mesin-mesin yang masih kokoh terjaga oleh pelumas dan penutup plastik itu diam mengumpulkan debu.
Semua mesin cetaknya menggunakan tenakan kayuh, injak, atau putar. Tidak pakai listrik. Huruf-huruf timah dari ukuran enam ‘pun’ (sebutan jaman dulu untuk ukuran besar huruf: ‘point’) sampai 24 ‘pun’ masih berada di tempatnya – di laci-laci tipis dalam lemari kayu jati yang berjejer sepanjang dinding.
Nama usaha keluarga ini adalah Percetakan Juwana. Dulu satu-satunya percetakan di Kota Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sejak awal, usaha ini berada dalam rumah berdinding kayu di sebelah sebuah jalan kecil yang pernah ‘heboh’ oleh ‘kerusuhan’ geng Nero. Furnitur, perlengkapan kantor, dan atribut cetak mencetak masih lengkap menunggu energi baru yang mau mengaktifkannya.
Leave a Reply