2001_November_Edisi 130_Sekitar Kita:
Pekerja Teks Membentuk Serikat
Soldaritas profesi seringkali menjadi muara dari kebersamaan dalam memperjuangkan kepentiangan. Profesi yang terkait dengan usaha penerbitan, mulai dari penulis, penerjemah, editor atau pun pekerja penerbitan pada umunya, ditengarai rentan menjadi obyek permainan pihak penerbit. Untuk menyikapi praktek yang merugikan para pekerja teks demikian mereka secara kolektif menyebut profesi diatas…..muncul gagasan untuk membentuk sebuah payung bersama kemudian disebut Serikat Pekerja Teks (SPT). “Namun serikat ini bukanlah institusi yang berstruktur, dia hanya menjadi atap dari profesi pekerja teks, sebuah tempat dimana mereka merasa aman menjalani profesinya” kata Cahyadi Joko Sungkono, atau Adi Jenggot, salah seorang penggagas SPT.
Ide berserikat para pekerja teks juga dipicu oleh rendahnya posisi tawar kelompok profesi ini dihadapan para penerbit dan distributor buku, terutama di kota Yogyakarta, dan sebagai penyiasatan mereka lantas membentuk jaringan dan membangun jalur-jalur distribusi mandiri lepas dari jalur distribusi utama.
Jaringan yang sekaligus jalur distribusi tersebut ditumbuhkan pula di beberapa kampus di berbagai kota seperti Surabaya, Malang, Bandung dan Surakarta.
“Para penulis dan penerjemah banyak yng merasa muak didikte dan dikerjain oleh lembaga penerbitan dan distributor yang telah mapan, taoi karena sendirian mereka jadi tak berdaya” tamabh Adi Janggot, seraya menyebutkan bah pemotongan kompensasi terjemahan atau naskah buku, manipulasi jumlah buku yang diterbitkan, komisi distribusi dan tidak dibayangkan royalty adalah praktek umum yang banyak dihadapi pekerja teks. Jenggot menyimpulkan bahwa harus ditumbuhkan logika pemberdayaan untuk profesi ini, dan sebuah serikat, sebagai wadah kolektif agaknya dipandang mampu menjalankan peran tersebut.
Serikat Pekerja Teks/
kelompok Kerja Dinamika
Kontak: Adi Jenggot
Perum Lojajar C26, Ngaglik Sleman Yogyakarta
T: (0274)865 993
E: djenggotmerdeka@astaga.com
Leave a Reply