Berpikiran terbuka itu konon menyehatkan jiwa.

2001_November_Edisi 130_Sekitar Kita:
Merenungkan semangat juang ala Four Colours Community

Film yang baik adalah karya olahan sinematografi yang menawarkan perenungan namun tanpa pretensi untuk menggurui, selain terjaganya kualitas sajian teknis tentunya. Pendapat tersebut agaknya mengena bila dikaitkan dengan film Diantara Masa Lalu dan Masa Sekarang (DMLDMS) garapan Four Colours Community, komunitas mafin (fim maker) yang baru berdiri Juni 2001 di Yogyakarta. DMLDMS bertutur tentang libatan-libatan masa lalu dan masa sekarang di alam pikiran seorang Sasto Atmojo, mantan pejuang yang beranjak tuan namun kejuangannya masih menyala. Ruang batin tokoh ini disesaki oleh pertanyaan dan perasaan nelangsa akan tersisihkannya semangat juang yang pernah dimiliki oleh generasinya.

Film berdurasi 12 menit ini menyabet dua penghargaan di gelaran Festival Film Video Independen Indonesia (FFVI) III 2001 yang diselenggarakan Konfiden di Jakarta 11-14 Oktober lalu, yakni penghargaan dari Yayasan SET sebagai film cerita Terbaik dan Konfiden Award untuk kategori Film Terbaik/ Favorit. “DMLDMS kami garap selama tiga hari dengan biaya tak lebih dari lima ratus ribu rupiah,” kata Eddie Cahyono, sutradara sekaligus penulis naskah film yang telah dapat dikoleksi dalam bentuk VCD ini. “Meski sederhana, namun kami selalu berusaha menawarkan perenungan dalam setiap karya, dan dalam DMLDMS kami mencoba memaknai kembali arti kata berjuang” tambah Eddie. Bersama Ifa Isfansyah, Budi Tobon, Narina Saraswati, dan Tomy Taslim, eddie berupaya membangun komunitas terbuka yang merdeka dalam berpikir dan berkreasi dalam seni film yang disatukan lewat Four Colours Community.

Four Colours Community
Kontak: Ifa Isfansyah
Ketandan No. 160 Rt 04/38
Banguntapan Bantul, Yogyakarta
(0274) 377693, 08122720911
E: fourcolours2005@yahoo.com

Tags

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *